Pada era kini, apabila seorang wanita memiliki keluhan pada organ reproduksinya, dapat dengan mudah menemui ahli kandungan, berkonsultasi dan melakukan pengobatan tanpa canggung menahan rasa malu. Begitu halnya dengan aneka masalah kewanitaan yang sudah banyak dibahas di media, kemudian menjadi hal yang biasa. Lain halnya apabila ada seorang pria yang mengalami masalah pada organ reproduksinya, ia lebih banyak menyembunyikannya dan tidak mau berkonsultasi. Hal ini karena adanya rasa malu atau mungkin tidak tahu mana tempat yang tepat untuk menangani masalahnya.
Ironi tentang masalah sistem reproduksi pria yang terabaikan ini sebenarnya tidak perlu terjadi andai andrologi lebih dikenalkan pada masyarakat. Pun dengan terkuaknya berbagai problem kesehatan reproduksi dalam rumah tangga di mana wanita selalu menjadi kambing hitam, semestinya masalah reproduksi pada pria harus lebih diperhatikan agar setara. Apalagi pada tahun 1969 sudah ada jurnal berbahasa Jerman yang membahas tentang andrologi. Di sinilah kemudian ilmu yang membahas kesehatan sistem reproduksi pria berkembang.
Pengertian Andrologi
Andrologi adalah bagian dari ilmu kedokteran yang khusus mempelajari struktur serta fungsi sistem reproduksi pria. Ilmu ini dipelajari sejak akhir tahun 1960-an. Bahasan andrologi termasuk penyakit alat vital, gangguan fungsi seksual, penyakit kelamin serta penyakit yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi pada pria. Karena organ genitalia pria terhubung dengan organ urinaria, maka disebut sistem genitourinaria. Tidak seperti pada wanita yang terpisah.
Ada lebih dari 90 % kasus masalah reproduksi pria yang memiliki penyebab yang dapat didiagnosa lalu disembuhkan. Penanganannya bisa dengan obat-obatan, namun pada kasus tertentu butuh terapi dan pembedahan. Kemajuan ilmu kedokteran yang pesat berdampak sangat besar pada perkembangan andrologi. Sehingga kini andrologi mendapat tempat sebagai bidang spesialis yang penting dan dibutuhkan masyarakat.
(Baca juga: Ciri-ciri Sperma Sehat – Bahaya Menelan Sperma – Makanan Penambah Sperma)
Spermatozoa
Spermatozoa yang lebih sering disebut sperma adalah sel gamet pria. Ukuran panjang keseluruhan sekitar 50-60 mikrometer yang terdiri 3 bagian yaitu bagian kepala, bagian tengah / leher dan ekor. Jumlah normalnya 20 juta per mili. Sperma ini dihasilkan oleh testis, sedangkan cairan semennya diproduksi oleh kelenjar tambahan di sepanjang saluran reproduksi pria.
Proses pembentukan sperma dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
Seperti dijelaskan sebelumnya, sperma terdiri dari 3 bagian. Kepala sperma mengandung nucleus dengan bagian ujung mengandung akrosom yang menghasilkan enzim yang berfungsi menembus lapisan sel telur / ovum pada waktu fertilisasi. Bagian tengah sperma mengandung mitokondria penghasilkan ATP sebagai sumber energi pergerakan sperma. Sedangkan bagian ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak.
Organ-organ pada fungsi reproduksi pria antara lain:
Testis adalah suatu kantong pada alat kelamin pria. Fungsinya sebagai pemroduksi sel sperma pada tubulus seminiferus-nya.
Epididirmis merupakan kumpulan saluran kecil dan memadati struktur yang menempel pada testis. Seteah sel sperma dihasilkan tubulus seminiferus, kemudian disalurkan menuju epididimis. Di sini, sel sperma mengalami pematangan sel.
Duktus deferens merupakan saluran setelah epididimis yang berguna untuk mengeuarkan sel sperma yang telah matang.
Vesikula seminalis sebagai tempat diproduksinya cairan yang bersifat alkali, yang mengadung unsur hara dan prostaglandin untuk menetralisir keasaman vagina.
Glandula prostat atau kelenjar prostat ini juga menghasilkan cairan alkali yang berfungsi membantu menetralisir keasaman vagina. Selain itu juga dapat meningkatkan motilitas sel sperma di dalam rahim. Campuran keduanya kemudian lazim disebut cairan semen.
Glandula bulbouretralis yang berbentuk seperti balon terletak pada pangkal pertemuan duktus ejakulatorius dengan uretra. Glandula ini menghasilkan sekret yang berfungsi sebagai pelumas yang melubrikasi ujung penis demi mempermudah penetrasi.
Penis adalah organ reproduksi yang paling dikenal kalangan awam. Penis ini diibaratkan sebagai kejantanan pria. Pada hubungan seksual, organ ini merupakan penghantarkan sel sperma menuju sel ovum yang telah menanti di tuba falopi wanita. Fungsi ereksi dan ejakulasi penis yang baik sangat berperan dalam keberhasilan pembuahan / fertilisasi.
(Baca juga: Penyakit Kelamin – Balanitis – Fimosis)
Dalam mempelajari masalah kesehatan reproduksi (kespro) pada pria, maka perlu dipahami tentang organ dan mekanisme reproduksinya. Masalah andrologi yang muncul dapat berupa masalah pada sperma atau pada organ kelamin. Masalah ini biasanya lebih kompleks karena dapat berupa kelainan anatomi yang bisa diderita sejak lahir ataupun dampak dari infeksi ataupun kebiasaan tertentu, maupun gangguan fungsional karna masalah hormon atau penyakit yang menyerang.
Menurut World Health Organization (WHO), ruang lingkup andrologi meliputi infertilitas, disfungsi seksual, andropause dan penggunaan kontrasepsi pada pria.
Infertilitas merupakan keadaan tidak terjadinya kehamilan setelah 12 bulan senggama tanpa pemakaian kontrasepsi. Kesukaran mempunyai anak ini terjadi pada sekitar 10-12 % pasangan suami istri (pasutri). Penyebab dari faktor wanita terjadi sekitar 41 %, sedangkan pada pria ada sekitar 24 %. Selain itu penyebab dari kedua pihak ada sekitar 24 %, dan 11 % sisanya tidak diketahui penyebabnya secara pasti.
Pada pria, penyebab infertilitas pria bisa terjadi karena:
Ada baiknya pasutri menemui dokter spesialis andrologi secara bersamaan sebab dilakukan anamnesa atau pengumpulan informasi mengenai riwayat kesehatan mencakup penyakit atau tindakan operasi yang pernah dilakukan, serta riwayat hubungan seksual yang mencakup frekuensi, posisi dan lain sebagainya. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik yang dilanjutkan dengan analisa cairan semen pada sperma untuk bertujuan menunjang kemudahan diagnosis.
Perlu diperhatikan sebelum melakukan analisa cairan semen, maka pria harus abstinentia seksual yakni tidak ejakulasi dengan cara apapun selama 3-4 hari sebelumnya. Keadaan saat itu juga cukup sehat, dengan cukup istirahat, tidak merasa lapar ataupun letih.
Untuk analisa cairan semen, cara pengeluaran semen terbaik adalah dengan masturbasi di laboratorium karena didapatkan cairan semen saat itu yang akurat. Namun bila merasa risih dan sulit mengeluarkan sperma dengan tindakan masturbasi di laboratorium, maka boleh mengeluarkannya di tempat lain misalnya di rumah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan cairan semen untuk keperluan analisa adalah:
Analisa yang dilakukan pada cairan semen yang terkumpul adalah dengan kultur semen, tes antibodi sperma, dan juga biokimia semen (fruktosa, alfaglukosidase).
(Baca juga:Penyebab Dengkul Kopong – Pria Memakai Celana Dalam Wanita)
Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi atau yang bernama lain impoten ialah ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi penisnya yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan. Ini masalah seksual yang sangat mengganggu, karena juga berdampak pada kepuasan wanita pasangannya. Sekitar 10-15 % pria Indonesia yang sudah menikah mengalami gangguan seksual ini. Banyak juga yang menyembunyikan dan membiarkan gangguan ini sehingga dapat mengoyak kebahagiaan perkawinan. Ini adalah suatu kesalahan yang fatal.
Macam disfungsi ereksi
Disfungsi ereksi terbagi menjadi 2, yaitu disfungsi ereksi primer dan disfungsi ereksi sekunder.
Pada disfungsi ereksi, ada beberapa faktor penyebabnya. Antara lain:
Alur pemeriksaan disfungsi ereksi
Cara paling sederhana dengan merasakan sendiri ketidakmampuan mencapai atau mempertahan ereksi yang cukup dalam melakukan senggama dengan baik. Untuk memperjelas, perlu evaluasi dengan menjawab sejumlah pertanyaan sebagai alat uji sederhana. Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain:
Setelah menjawab pertanyaa-pertanyaan ini, kemudian memberi nilai yang sesuai International Index of Erectile Function (IIEF), yaitu 1 = tidak pernah, 2 = sesekali, 3= sedang, 4 = sering, 5 = selalu
Penilaian yang didapat dan artinya:
Andropause
Andropause merupakan sindroma kekurangan testosteron yang terjadi pada pria usia lanjut karena menurunnya kadar testosteron yang disebabkan oleh menurunnya fungsi poros pengendali produksinya yakni hypothalamus, hipofisis, dan gonad di otak. Testosteron merupakan hormon seks yang penting untuk perkembangan alat reproduksi dan fungsi seksual sejak dalam kandungan, pubertas, sampai usia tua. Dengan bertambahnya usia, kadar testosteron akan menurun secara perlahan.
Sebabnya adalah:
(Baca juga: Ciri-ciri Depresi – Akibat Depresi – Perbedaan Depresi dan Gangguan Bipolar)
Alur pemeriksaan andropause
Selain lewat dampak yang dirasakan, untuk memperjelas kondisi andropause perlu evaluasi dengan menjawab sejumlah pertanyaan sebagai alat uji sederhana. Pertanyaan-pertanyaan untuk pria diatas 40 tahun itu antara lain:
Jika minimal ada 3 jawaban “ya” maka kemungkinan besar kadar testosteron menurun, yang dikenal dengan nama Partial Androgen Deficiency in Aging Men (PADAM).