Botulisme bukan menunjukkan nama suatu penyakit, melainkan suatu kondisi yang berbahaya, yang dapat menimbulkan kematian. Botulisme merupakan suatu kondisi keracunan oleh bakteri Clostridium botulinum. Sebenarnya kondisi yang cukup langka, namun bakteri tersebut terkenal mematikan dan paling berbahaya. Racunnya dapat melumpuhkan kerja organ tubuh seperti syaraf otak, tulang belakang, pernapasan, dan sebagainya. Bayangkan kalau yang diserang adalah otot-otot pernapasan? Otot-otot menjadi lumpuh dan tidak berfungsi. Berapa lama manusia dapat bertahan hidup dengan tidak bernapas?
Clostridium botulinum menghasilkan senyawa beracun yang disebut botulinum, yang dapat disingkat BTX atau BoNT. Senyawa ini mempunyai 7 tipe dengan masing-masing bagian yang diserang berbeda. Tipe A,B, E, dan F menyerang manusia. Sedangkan tipe C dan D menyerang hewan atau binantang. Ada ratusan senyawa Clostridium botulinum lain yang tidak berbahaya karena memang bakteri ini bakteri anaerob yang dapat hidup di lingkungan tanpa Oksigen atau udara. Dan spora yang dihasilkannya merupakan alat untuk bertahan hidup, bukan seperti spora jamur yang menjadi alat perkembangbiakkan.
Artikel terkait :
Telah di sebutkan sebelumnya, bahwa ada ratusan jenis bakteri Clostridium botulinum ada di tanah, air, dan udara. Bakteri bisa hidup di tempat yang tidak ada oksigen maupun sedikit oksigen. Nah, ketika C. botulinum berada dalam kondisi tidak mendapatkan oksigen, dia mengeluarkan racun. Dan ketika bakteri masuk ke dalam makanan kaleng, masuk ke dalam tubuh manusia, atau tanah oksigen yang diterima kurang. Akhirnya bakteri mengeluarkan racunnya. Penyebab botulisme di bagi menjadi 3 sesuai jenis botulisme, berdasarkan dengan caranya bakteri masuk ke dalam tubuh dan penyebab tersebut antara lain :
Racun bakteri botulisme yang hidup dan berkembang dalam makanan. Umumnya, yang dimaksud adalah segala jenis makanan kaleng. Dalam makanan kaleng oksigen hanya ada dalam jumlah sangat sedikit sehingga ketika bakteri C. botulinum masuk maka racun akan dihasilkan. Racun yang dihasilkan akan termakan manusia saat makanan kaleng dikonsumsi. Jenis bakteri ini termasuk yang tahan terhadap panas, tidak mati kalau dimasak, apalagi kalau makanan kaleng langsung dikonsumsi tanpa dimasak ulang. Kondisi yang dialami karena keracunan makanan umumnya langsung pada kelumpuhan syaraf otak dan tulang belakang.
Botulisme luka, sesuai sebutannya masuk melalui luka yang terbuka. Jenis bakteri ini ketika masuk belum mengeluarkan racunnya, namun ketika sudah masuk tubuh manusia dan hanya mendapat sedikit oksigen maka racun yang mematikan dihasilkan. Orang yang sering menggunakan obat-obatan terlarang dengan jarum suntik paling rentan terhadap Clostridium botulinum. (baca : Bahaya Narkoba dan 20 Jenis Jenis Narkoba).
Penyebab bayi menderita kondisi ini adalah infeksi saat kontak makanan atau kontak dengan tanah. Misalnya bayi sudah mulai makan makanan tambahan atau bayi sudah mulai merangkak dan tak disengaja lepas di wilayah tanah. Bakteri yang masuk tumbuh, berkembang, dan mengeluarkan racun di usus bayi. Akibatnya saluran pencernaan mengalami kelumpuhan. Kondisi bayi sakit ini, biasanya bayi di bawah usia 1 tahun. Konsumsi madu pada bayi usia di bawah 1 tahun juga dapat mengakibatkan masuknya racun bakteri.
Artikel terkait :
Sesuai dengan kategori penyebab botulisme yang terbagi menjadi 3, maka gejala botulisme secara umum juga terbagi tiga. Gejala infeksi bakteri Clostridium bervariasi tergantung penyebabnya.
Gejala biasanya baru ditunjukkan 12 sampai 36 jam konsumsi makanan yang terkontaminasi. Gejala awalnya adalah gastrointestinal (gangguan pencernaan), seperti mual, muntah, dan keram perut. Selanjutnya, baru kelihatan gejala khas gangguan neurologis (sistem syaraf), seperti ; penglihatan kabur, penglihatan ganda, kelopak mata sayu, kesulitan menelan dan mulut kering, kesulitan berbicara, kesulitan bernapas, demam, dan wajah lemah yang diikuti dengan kelumpuhan seluruh badan.
Ketika bakteri menginfeksi tubuh, sekitar 12 – 36 jam barulah bakteri berkembang. Namun gejala yang menunjukkan keracunan terlihat lebih lambat daripada keracunan bakteri karena makanan. Butuh waktu sekitar 6 sampai 8 hari. Gejala awal yang ditimbulkan dan gejala lanjutan sama dengan gejala karena makanan yang terkontaminasi.
Gejala keracunan bakteri C.botulinum pada bayi agak berbeda dengan gejala karena infeksi melalui luka dan melalui makanan. Pada bayi yang mengalami kondisi botulisme biasanya akan sembelit. Barulah setelah itu akan diikuti gejala nerulogis, seperti suara lemah, kesulitan menghisap ASI, sulit makan, kelelahan, rewel, kelopak mata layu, dan anggota tubuh lemas. (baca : Ciri ciri Bayi Diare dan Disentri pada Bayi ).
Namun demikian, ada gejala umum botulisme. Yang artinya, apapun penyebabnya, kemungkinan besar akan mengalami gejala ini, yaitu :
Kondisi keracunan pada seseorang tidak semua termasuk gejala botulisme. Ada orang yang keracunan makanan, memang karena dalam makanan tercampur dengan zat racun tertentu dengan sengaja. Bisa berbahaya, bisa tidak. Oleh karena itu, perlu diagnosa dokter untuk memastikan kondisi penderita, apakah keracunan akibat bakteri Clostridium botulinum atau tidak. Diagnosa yang dilakukan dokter, biasanya dengan beberapa cara berikut.
Dokter akan melakukan fisik, seperti tanda-tanda lemah otot, tanda kelumpuhan (kelopak mata dan suara lemas), dan berbagai tanda lain yang telah diuraikan pada gejala-gejalanya.
Dokter mengajukan beberapa pertanyaan seputar konsumsi dan kegiatan yang dilakukan pasien 24 jam terakhir. Ada kemungkinan racun bakteri dari makanan atau karena luka di bagian tubuhnya. Atau bisa jadi, dengan gejala mirip ternyata pasien mengalami keracunan makanan biasa. Pada pasien bayi, dokter juga akan menayakan konsumsi madu selama 24 jam terkahir dan aktivitasnya yang berhubungan dengan tanah.
Tes darah diperlukan untuk mengetahui adanya infeksi pada tubuh. Sel darah putih akan meningkat tajam, jika ada infeksi bakteri. Sementara tes terhadap tinja dilakukan untuk mengetahui adanya bakteri Clostridium botulinum di dalam usus.
Bila seseorang terkena racun yang dikeluarkan oleh bakteri C. botulinum, maka dokter juga akan mengambil sampel dari makanan yang dicurigai mengandung bakteri untuk diperiksa kandungannya. Botulisme yang salah diagnosa atau tidak langsung ditangani akan mengakibatkan penyakit yang parah dan di antara akibatnya, yaitu :
Setelah dokter mendiagnosa adanya kondisi botulisme, maka proses pengobatan dimulai. Dikatakan proses karena kondisi ini tidak akan langsung sembuh dan membaik. Butuh waktu beberapa minggu atau beberapa bulan agar semua fungsi tubuh normal kembali. Pengobatan tidak menyembuhkan kelumpuhan oto yang terjadi, hanya menjaga agar kondisi tubuh tidak semakin memburuk. Umumnya memang kelumpuhan akibat racun bakteri Clostridium botulinum tidak permanen. Beberapa perawatan pada penderita botulisme yang diberikan dokter, yaitu:
Penderita akan disarankan untuk menjalani rawat inap selama beberapa hari. Selama rawat inap, dokter akan memberikan beberapa pengobatan yang akan menetralisir racun.
Antitoksin diberikan untuk menetralisir racun dengan jalan disuntikkan ke dalam tubuh, agar reaksinya lebih cepat dirasakan. Antitoksin dari jenis imun globulin botulisme atau baby big diberikan kepada penderita bayi.
Antibiotik diberikan hanya untuk penderita yang disebabkan karena luka, untuk mencegah infeksi lain. Pemberian jenis-jenis antibiotik dan manfaatnya kepada penderita karena sebab lain dapat mempercepat pelepasan racun.
Alat bantu pernapasan perlu disediakan dan dipersiapkan jika pasien penderita mengalami gangguan pada sistem pernapasan yang mengakibatkan napas pendek atau sesak.
Setelah racun dinetralkan, semua fungsi tumbuh perlahan akan kembali normal. Namun, kelumpuhan yang terjadi perlu rehabilitasi. Pasien perlu terapi beberapa kali untuk pembiasaan tubuhnya menjalankan aktivitas kembali, hingga benar-benar sembuh total.
Setelah memahami penyebab dan pengobatan botulisme, tentunya kita sudah memahami bahwa kondisi botulisme dapat dicegah terjadinya. Artinya, tidak semua orang dengan kondisi luka akan mengalaminya, jika dirawat dengan benar, demikian juga dengan bayi. Tidak semua bayi akan mengalami kondisi tersebut. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah keracunan bakteri Clostridium botulinum, yaitu :
Artikel terkait :
Demikian artikel kali ini tentang botulisme mulai dari penyebab, gejala, diagnosa, pengobatan hingga pencegahan. Semoga uraian tersebut bisa bermanfaat bagi kita.