Proses kehamilan adalah suatu rantai dari proses reproduksi manusia untuk mendapatkan keturunan. Didalam kehamilan terdapat 2 nyawa yang harus dijaga dan dipertahankan mengingat banyaknya faktor yang dapat membahayakan sang Ibu dan janin. Dalam kehamilan satu-satunya jalan yang menghubungkan antara Ibu dan janin adalah tali pusat yang masuk ke plasenta. Melalui jalur inilah kebutuhan nutrisi janin dapat terpenuhi. Bisa dibayangkan jika ada kelainan yang terjadi melalui jalur ini (kelainan implantasi plasenta dan insersi tali pusat) tentu dapat membahayakan keselamatan janin. Tidak hanya itu, jika terjadi hal membahayakan dan menyebabkan perdarahan juga dapat membahyakan nyawa Ibu.
(Baca juga: Jenis kelainan plasenta)
Plasenta
Plasenta normal berbentuk bulat dengan berat sekitar 500 gram dengan ukuran skitar 20 sentimeter. Plasenta terhubung dengan tali pusat yang berperan sebagai tempat lewatnya pembuluh darah sebgai suplai nutrisi dan oksigen pada janin. Umumnya plasenta terletak dan berimplantasi di dekat area fundus uteri (bagian atas rahim) baik pada sisi depan atau belakang. Area fundus menjadi tempat implantasi yang normal dikarenakan permukaannya luas dan cocok menjadi tempat plasenta menempel. Namun keadaan tersebut bukan berarti seluruh kehamilan akam memiliki tempat implantasi (menempel) yang normal. Ada juga kelainan implantasi yang dapat terjadi.
(Baca juga: Penyebab hcg maningkat)
1. Plasenta previa
Plasenta previa merupakan salah satu kelainan implantasi plasenta dimana plasenta berada dekat dengan jalan lahir (ostium uteri internum) atau bahkan menutup jalan lahir. Faktor yang menyebabkan terjadinya plasenta previa adalah kehamilan yang lebih dari 1 kali atau faktor pertambahan usia, tiwayat operasi sesar sebelumnya, riwayat keguguran (abortus), riwayat meroko serta gangguan vaskularisasi juga merupakan faktor terjadinya plasenta previa. Plasenta previa terbagi 4 jenis, antara lain tipe totalis (menutup seluruh ostium), parsialis (menutup sebagian ostium), marginalis (berada tepat di tepi ostium) dan letak renda (berada dekat dari ostium). (Baca juga: penanganan atonia uteri)
Pada saat proses kelahiaran akan terjadi pembukaan servis (pembukaan jalan lahir) sehingga ketika pembukaan semakin besar, maka plasenta yang dekat ostium akan terlepas dan terjadi perdarahan. Umumnya perdarahan yang dirasakan tanpa disertai nyeri. Perdarahan bisa banyak ataupun sedikit. Plasenta previa merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan sebelum kelahiran. Penanganan plasenta previa yaitu segera melahirkan (mengakhiri kehamilan) bila usia bayi sudah cukup untuk hidup diluar kandungan atau mempertahankan kehamilan selama mungkin. (Baca juga: Penyebab kram perut normal dan pada wanita hamil)
2. Plasenta yang berimplantasi terlalu dalam (akreta, perkreta, dan inkreta)
Salah satu kelainan tempat implantasi plasenta berupa implantasi yang terlalu dalam. Implantasi yang terlalu dalam, memiliki dampak terjadinya pelepasan plasenta saat setelah kelahiran bayi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya retensio plasenta dan terjadi perdarahan. Plasenta akreta merupakan terjadinya implantasi dapat mencapai lapisan miometrium.
Plasenta inkreta terjadi implantasi yang sudah menembus lapisan miometrium. Sedangkan implantasi inkreta menembus hingga lapisan serosa uterus. (Baca juga: Penyebab tetanus neonatorum dan luka)
Penyebab terjadinya implantasi yang dalam karena terjadi kelainan pada sel desidua basalis dan tidak terbentuknya lapisan fibrinoid (lapisan nitabuch), akibatnya bagian jonjot akan terus masuk berimplantasi. Kelainan ini dapat disebabkan karena adanya jaringan parut akibat bekas operasi sesar, bekas luka pada uterus dan bekas kuret. Faktor lain yaitu riwayat kehamilan yang sudah berkali-kali. Penanganan yang dilakukan bila terjadi plasenta yang tidak segera lahir akibat kelainan ini, maka dapat dilakukan tindakan operasi untuk mengeluarkan plasenta segera. (Baca juga: Cara mencegah down syndrome)
Tali pusat
Funiculus umbilicalis atau biasa disebut tali pusat merupakan saluran penghubung antara plasenta dan masuk ke pusar bayi. Dari saluran inilah nutrisi dan oksigen dapat lewat dan tersalurkan pada bayi. Tali pusat mempunyai panjang sekitar 50 sentimeter untuk memudahkan janin dalam proses rotasi atau bergerak. Jika tali pusat pendek, maka akan menyulitkan proses kelahiran bayi dimana bayi belum keluar namun talipusat tidak dapat meregang karena plasenta masih menempel pada rahim akibatnya bayi sulit lahir. Namun jika terlalu panjang juga berbahaya karena dapat terlilit pada leher bayi dalam kandungan sehingga mengancam nyawa bayi dan menyulitkan proses persalinan. Selai kelainan panjang, tali pusat juga memiliki kelainan pada pertemuan dengan plasenta (insersi) yang juga dapat membahayakan ibu dan janin.
(Baca juga: Bahaya zat fenilanin bagi ibu hamil dan kesehatan)
1. Insersio velamentosa
Insersio velamentosa merupakan salah satu kelainan insersi tali pusat pada plasenta. Insersio velamentosa terjadi hubungan antara tali pusat dengan plasenta melalui selaput janin. Kelainan ini terjadi biasanya pada kehamilan ganda (kembar). Pada insersio velamentosa, tali pusat dihungkan ke plasenta melalui pembuluh-pembuluh darah didalam selaput janin.
Namun pada insersio velamentosa dapat terjadi vasa previa, dimana pembuluh darah tersebut berjalan disekitar ostium uteri (jalan lahir). Namun hal ini dapat menjadi berbahaya ketika pada proses persalinan dapat terjadi perdarahan karena saat ketuban pecah, pembuluh darah ikut robek dan terjadilah perdarahan sebelum kehamilan. (Baca juga: Bahaya akibat kekurangan yodium bagi ibu hamil)
Tanda dan gejala yang dapat terjadi berupa adanya perdarahan saat sebelum proses kehamilan (saat ketuban pecah), yang mengakibatkan pembuluh darah yang menuju janin terganggu sehingga mengganggu jantung janin pula. Denyut jantung janing menjadi meningkat bahkan dapat memberikan komplikasi meninggal. Penanganan yang dilakukan saat terjadinya perdarahan, maka persalinan harus dilakukan segera/cepat (mengakhiri kehamilan) karena dapat mengancam nyawa dari Ibu dan janin. (Baca jgua: Bahaya merkuri pada kosmetik dan makanan bagi ibu hamil)
2. Insersi battledore
Insersi battledore merupakan kelainan tali pusat dimana insersi tali pusat tertanam pada tepi plasenta yang cenderung bersifat rapuh sehingga mudah terlepas. Sebenarnya insersi battledore tidak berbahaya, namun ketika insersi tali pusat rapuh maka dapat mengancam janin. Fungsi tali pusat pada janin sebagai penyalur nutrisi dari Ibu ke janin, serta membawa kebutuhan oksigen serta sebagai saluran pembuangan dari janin. Ketika terjadi kerapuhan pada janin, dan mudah terlepas maka kondisi suplai ke janin tidak terpenuhi sehingga membahayakan nyawa janin.
Gejala yang terjadi adalah peningkatan denyut jantung janin lalu melemah dan akhirnya janin meninggal. Oleh karenanya diperlukan penanganan segera dalam proses melahirkan bayi, agar bayi dapat segera bernapas dan memperoleh oksigen langsung dari dunia luar (mengakhiri kehamilan). (Baca juga: Penyebab bibir sumbing pada bayi selama masa kehamilan)