Kesehatan Paru Paru

Wanita Ini Ganti Paru-paru Sampai Dua Kali Akibat Penyakit Genetik Kronis

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tiffany Senter (25) adalah seorang wanita muda yang dikabarkan mengalami gangguan pada organ paru-parunya sehingga ia harus sampai alami pergantian paru-paru dua kali. Penyakit cystic fibrosis atau fibrosis kistiklah yang menjadi penyebab utamanya di mana dirinya sudah alami ini sejak lahir. Diketahui pula bahwa penyakit ini adalah penyakit genetik yang kronis.

Menurut hasil lansiran dari Detik Health bersumber dari The Sun, kondisi paru-paru Tiffany bukannya membaik justru makin buruk sehingga terpaksa ia keluar dari sekolah. Karena mengalami kelemahan di bagian paru-parunya itulah ia memperoleh perlindungan ekstra dengan dihindarkan dari anak-anak lain, sebab nyawa Tiffany terancam ketika hanya ada temannya yang menderita flu.

Sejak lahir membawa penyakit ini, Tiffany sendiri sudah pernah coba atasi dengan menempuh tindakan medis berupa transplantasi paru-paru di usianya yang masih 17 tahun waktu itu. Transplantasi paru ini diharapkan mampu menyelamatkan hidupnya, namun malah terjadi penolakan oleh tubuhnya terhadap organ baru tersebut 4 tahun sesudah transplantasi.

Ia pun selama 9 bulan perlu menunggu donor paru baru dan melalui alat bantu nafas sekaligus alat bantu khusus untuk makanlah ia mencoba bertahan di rumah sakit 3 bulan terakhir. Ini karena fungsi paru-parunya diketahui hanya tinggal 9 persen. Padahal di awal, kinerja paru Tiffany normal dengan persentase kurang lebih 93 persen.

Dirinya tak tinggal diam ketika berada di rumah sakit, sebab ia justru mencoba melakukan percobaan tampilan baru pada riasan wajah sesudah menonton berbagai video tutorial make up dari YouTube. Ya, kegiatan tersebut ia kerjakan masih di tempat tidur rumah sakit tempat ia dirawat dengan alasan bahwa ia merasa akan segera meninggal akibat paru-paru kanannya yang sudah gagal fungsi, sehingga ia ingin mempercantik tampilan luarnya.

Menurutu dari kutipan Daily Mail, ia menuturkan pula bahwa motto hidupnya kini adalah bahwa ketika ia tampak terlihat baik, maka perasaannya juga baik, itulah kenapa ia memulai aktivitas merias wajah. 1,5 tahun berlalu, rupanya tahap pertama penolakan dialami oleh paru-parunya yang kemudian menjadi sebuah proses kegagalan. Tingkat kelemahan tubuhnya ditambah dengan trauma dalam menempuh transplantasi selanjutnya menjadikan peluangnya untuk bertahan hidup terlampau kecil.

Dalam kondisinya yang masih bisa bernapas menggunakan paru kirinya, ia hendak mengejar karir sebagai ahli kosmetik dan berharap untuk bisa memperoleh lisensi bisnis kosmetik. Setelah menonton berbagai video tutorial make up dari YouTube itulah ia merasa terinspirasi bahkan untuk melakukan transformasi pada ruang tidurnya menjadi sebuah studio make up.

Tiffany Senter pada dasarnya terdiagnosa mengalami penolakan organ secara kronis sehingga sistem daya tahan tubuhnya tidak dapat ditekan atau dikontrol agar bisa berhenti membuat tubuhnya keliru menganggap paru-parunya sebagai benda asing. Bahkan obat apapun yang telah ia terima dan gunakan tak mampu secara efektif mengatasi hal ini.

Sampai kini pun sebenarnya kasus cystic fibrosis diketahui belum ada obatnya sehingga perawatan yang ditempuh oleh pasien rata-rata hanyalah sebagai pereda gejala dan memperlambat peningkatan risiko komplikasi pada penderitanya. Selain dengan obat-obatan, terapi inilah yang biasanya diberikan:

  • Terapi oksigen yang tujuannya adalah untuk meminimalisir kondisi hipertensi paru sekaligus menurunkan kadar oksigen pada darah.
  • Terapi khusus untuk membuang lendir kental baik itu melalui alat khusus, teknik pernapasan, ataupun penepukan di bagian punggung atau dada penderita.
  • Modified postural drainage yang tujuannya untuk membuang lendir yang menumpuk di bagian paru-paru secara lebih mudah melalui perubahan posisi tubuh.
  • Terapi fisik melalui juga olahraga yang tujuannya adalah demi membuat kebugaran tubuh pasien meningkat.

Pada kasus Tiffany, transplantasi paru menjadi satu-satunya solusi karena fungsi parunya yang tergolong gagal. Transplantasi sendiri merupakan tindakan medis berisiko tinggi dan dilakukan sebagai langkah untuk memperpanjang usia pasien.