Mental yang turun artinya kesehatan mental sedang mengalami gangguan. Meski hal seperti ini umum terjadi, namun kondisi penurunan mental masih dianggap sebagai hal tabu sehingga timbul diskriminasi terhadap para penderita gangguan atau penurunan mental. Untuk gejala penurunan mental sendiri, apa saja keluhan atau kondisi yang perlu diwaspadai sejak awal?
Seseorang yang sedang mengalami atau merasakan tekanan akan memiliki keinginan untuk tidur terus-menerus. Tidur terlalu lama dianggap menjadi suatu solusi bagi mereka yang mengalami stres dan hal ini bisa berlangsung di atas 8 jam tapi juga akan tetap ngantuk terus bahkan setelah bangun dari tidur panjang.
Pada beberapa kasus, tekanan dan stres justru malah membuat seseorang sulit untuk terlelap karena pikirannya terus bekerja tanpa henti. Insomnia adalah nama lainnya atau bisa juga sulit tidur ini ada kaitannya dengan sleep apnea sehingga bila terus berlanjut seperti ini, penderita harus segera ke dokter dan berkonsultasi.
Ketika seseorang mengalami penurunan mental karena stres, berbagai pikiran buruk pasti berkecamuk sehingga akhirnya mampu menjadikannya sulit untuk berkonsentrasi kapan pun dan pada kegiatan apapun. Penurunan mental yang diakibatkan stres jangka pendek rupanya bisa memicu pelepasan hormon oleh daya otak sehingga bila sudah tahap kronis, konsentrasi bisa mudah terpecah.
Karena kesehatan mental turun akibat stres serta ketegangan yang tidak diharapkan, sakit kepala menjadi mudah datang. Cemas berlebihan ditambah stres tahap berat mampu menimbulkan gejala seperti sering sakit kepala dan terkadang penggunaan obat pun kurang begitu mempan selama stres masih ada.
Mental yang menurun kesehatannya bisa jadi menyebabkan gejala seperti rasa bersalah yang muncul secara terus-menerus. Biasanya, hal ini ditandai dengan kerap menyalahkan diri sendiri karena hal-hal yang ia lakukan atau putuskan. Bahkan sebaik apapun yang dilakukan, ia akan tetap mengritik diri sendiri.
Mental yang menurun karena terus-menerus stres bisa saja menyebabkan seseorang jadi malas untuk makan, bahkan ketika dihadapkan dengan makanan favorit sekalipun tetap tak akan berselera makan. Hal ini biasanya disebabkan oleh otak dan pikiran yang sudah telanjur terlalu tertekan.
Seperti masalah tidur, ada yang sulit untuk tidur tapi ada pula yang merasa bahwa gejalanya adalah justru tidur berlebihan. Begitu pula dengan nafsu makan, ada yang justru nafsu makannya menurun, tapi ada pula yang justru bertambah dan akhirnya makan secara berlebihan sebagai pelarian dari masalah dan stres.
Fungsi mental yang menurun dapat menyebabkan seseorang sulit mengendalikan sisi emosionalnya. Itulah kenapa hormon stres justru terus meningkat tapi tanpa bisa mengontrolnya dengan baik. Dengan begitu, emosi mudah untuk tidak stabil dan menjadi lebih sensitif serta tersinggungan.
Mental yang turun juga mampu menyebabkan fisik terasa cepat lelah. Walau aktivitas yang dilakukan tak terlalu padat, kesibukan di dalam pikiran mampu melelahkan tubuh sehingga akhirnya malas untuk melakukan apa saja.
Saat fungsi mental turun atau terganggu, pada beberapa kasus jantung seseorang bisa mulai lebih cepat daripada normalnya di mana hal ini dapat terjadi secara berkelanjutan. Detak jantung yang degupannya terlalu kencang pada umumnya ada kaitan erat dengan serangan panik yang seharusnya segera diperiksakan ke dokter.
Khawatir adalah perasaan yang manusiawi, namun ketika berlebihan dan dirasakan secara terus-menerus, maka ini bisa jadi adalah tanda mental yang menurun. Saking cemas dan tidak tenangnya, hal ini bisa menyebabkan susah tidur dan tak nafsu makan.
Perasaan sedih yang melanda tanpa alasan jelas juga dapat menjadi gejala dari kesehatan mental yang turun. Biasanya perasaan sedih ini disertai dengan mudah marah, fisik yang lebih gampang lelah dan juga tak bersemangat dalam menjalani hari-harinya.
Seperti yang sudah diulas sebelumnya, mental yang menurun dapat menyebabkan seseorang kehilangan nafsu makan atau bahkan bertambahnya nafsu makan. Bila terjadi secara terus-menerus, maka akhirnya berat badan pun ikut terpengaruh, entah itu mengalami kenaikan berlebihan dan menyebabkan obesitas atau penurunan berat badan drastis.
Selain sakit kepala, perut pun dapat merasakan sakit dan nyeri karena saking khawatir dan cemas secara berlebihan. Pada kondisi sakit perut sebagai gejala turunnya mental seseorang, rasa nyerinya akan bertahan lama sehingga jangan sampai disepelekan dan perlu segera diperiksakan ke dokter.
Ketika mood atau suasana hati seseorang mengalami perubahan yang drastis, dari yang terlalu senang tapi kemudian langsung merasa sedih, lalu yang tadinya terlalu hiperaktif tapi kemudian menjadi terlalu melankolis, ini juga dapat menjadi tanda kuat akan kesehatan mental yang turun apalagi jika hal ini terjadi dalam waktu lama.
Menjadi terlalu pendiam dan bahkan menarik diri dari lingkungan sosial bisa jadi adalah tanda bahwa seseorang sedang mengalami penurunan mental. Rasa ingin selalu menyendiri terus-menerus dapat menjadi ciri bahwa seseorang tengah mengalami gangguan psikotik, bipolar atau bahkan depresi.
Beberapa orang dengan kondisi mental yang turun karena stres dapat menjadi perokok yang terlalu aktif. Banyaknya pikiran akhirnya mampu menjadikan seseorang menjadikan aktivitas merokok sebagai solusi atau pelariannya. Dengan begitu, setiap kali merasa stres ia akan mulai merokok dan merokok terus.
Selain merokok, gejala turunnya mental seseorang adalah dengan mengonsumsi minuman beralkohol secara sering. Berbagai masalah dan banyaknya pikiran dianggap dapat diselesaikan dengan efek alkohol sehingga kebanyakan orang akan minum minuman keras secara berlebihan tanpa memerhatikan bahaya lebih lanjutnya.
Pada banyak kasus, orang-orang dengan kesehatan atau fungsi mental yang menurun akan mulai menggunakan obat-obat terlarang sebagai bentuk pelarian depresi dan stresnya, selain dari rokok dan minuman alkohol. Berbagai jenis narkoba dapat disalahgunakan sebagai gejala dari penurunan kesehatan mental.
Orang-orang dengan masalah penurunan mental dapat juga ditandai dengan turunnya pula motivasi untuk berbuat baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Contohnya saja adalah ketidakpedulian terhadap penampilan diri, seperti mengenakan baju yang ada lubangnya, mengenakan pakaian yang jelas-jelas ada noda kotornya, atau pakaian yang belum dicuci atau disetrika.
Gejala-gejala penurunan mental tersebut sebaiknya tidaklah diabaikan begitu saja. Berawal dari stres dan tekanan yang dianggap biasa, sebenarnya faktor tersebut mampu menjadi alasan seseorang mengalami gangguan fungsi mental secara lebih serius. Jika diperlukan, terapi perilaku kognitif atau terapi lainnya kemungkinan penderita harus tempuh.