Sakit gigi sangat tidak nyaman rasanya. Aktivitas apapun yang dilakukan menjadi tidak fokus. Bahkan, tidur tidak bisa nyenyak. Dari semua tindakan pada perawatan dan pengobatan gigi, salah satunya adalah mencabut gigi. Biasanya hal ini adalah alternatif terakhir yang dilakukan dan banyak orang juga khawatir dengan akibat pencabutan gigi.
Mengapa gigi harus dicabut? Ternyata tidak semua gigi yang harus dicabut karena alasan gigi tidak dirawat. Di bawah ini beberapa penyebab gigi harus dicabut.
Gigi dianggap harus segera dicabut, apabila rusak parah dengan lubang yang sudah tidak bisa ditambal lagi. Bahaya gigi berlubang yang dibiarkan sampai merusak syaraf mata. Gigi yang keropos juga termasuk ke dalam gigi rusak. Pada kasus ini, obat sakit gigi berlubang sudah tidak dapat digunakan dengan efektif.
Gigi yang tumbuh melebihi tempat gigi yang ada, sehingga akhirnya gigi tumbuh bertumpuk-tumpuk dan berdesakan. Bila ingin merapikan gigi tersebut agar bentuknya indah, maka beberapa gigi harus dicabut. Yang paling umum dilakukan adalah pencabutan terhadap gigi bungsu. Pencabutan merupakan cara mengatasi gigi bertumpuk yang paling awal.
Gigi mengalami infeksi atau gangguan kesehatan lain. Karena hal tersebut, maka gigi harus dicabut agar infeksi tidak mengganggu gigi lain.
Dengan alasan-alasan tertentu maka orang mencabut giginya. Namun, setelah pencabutan tidak semua berjalan baik. Ada yang kemudian menjadi penyebab sakit gigi kambuh dan sebagainya. Untuk menghindari masalah setelah gigi dicabut dan mempercepat proses penyembuhan maka ada pantangan setelah cabut gigi yang wajib diketahui dan dilaksanakan, terutama jika pencabutan dengan operasi gigi. Beberapa pantangan tersebut adalah seperti di bawah ini.
Pada saat proses pencabutan gigi selesai, biasanya dokter sudah meminta pasien berkumur-kumur, baru meletakkan kapas di bagian yang dicabut giginya. Setelah itu, sebaiknya pasien yang giginya dicabut tidak perlu berkumur-kumur lagi. Meskipun pasien merasa tidak nyaman karena merasa ada bekas darah di mulutnya.
Berkumur-kumur, apalagi dengan kuat akan menekan gusi pada gigi yang baru dicabut dan mengganggu proses pembekuan darah. Pembekuan akan gagal dan bagian gusi dapat berdarah kembali. Jika pasien harus berkumur, misalnya bagian dari wudhu, maka berkumurlah dengan perlahan, jangan kuat-kuat dan berulang-ulang.
Selesai pencabutan gigi, biasanya pasien akan diberi obat penghilang rasa sakit karena sedikit sakit saat selesai gigi dicabut adalah wajar. Jangan mengisap gusi yang giginya dicabut, meskipun terasa sakit. Pembekuan darah yang sudah terjadi sehingga darah berhenti mengalir akan kembali terbuka. Dengan mengisap gusi, memungkinkan terjadi aliran darah atau pendarahan kembai pada bekas gigi yang dicabut. Salah satu gerakan mengisap yang dilarang adalah minum menggunakan sedotan. Jika pasien ingin minum, sebaiknya dengan cara bisa dan tidak menggunakan sedotan sementara waktu.
Ketika ada rasa tidak nyaman, terkadang pasien menyentuh gusi tempat gigi sebelum dicabut. Hal ini tidak boleh atau pantang untuk dilakukan karena khawatir terjadi infeksi pada luka di gusi yang sedang mengalami proses penyembuhan. Tangan yang menyentuh gusi tidak steril dapat membawa infeksi bakteri, virus, atau jamur. Infeksi dapat masuk melalui luka pada gusi dan mengalir melalui darah masuk ke dalam tubuh. Hal tersebut bisa membuat pasien cabut gigi mempunyai kemungkinan gangguan kesehatan lain.
Pasien yang habis dicabut giginya dilarang makan dan minum yang panas. Disarankan untuk makan dan minum yang dingin, seperti es krim. Pantangan ini juga berkaitan dengan pembekuan darah pada gusi yang telah dicabut giginya. Proses penyembuhan dengan membekunya darah bisa gagal.
Sentuhan gusi dengan makan dan minuman panas mengakibatkan terbukanya kembali luka yang telah mengalami pembekuan. Dengan demikian, terjadi kembali pendarahan setelah gigi dicabut. Selain itu, suhu panas pada makanan dapat memicu terjadinya infeksi dan dry socket yang menyebabkan sakit dan nyeri pada gusi. Perhatikan makanan untuk gusi berdarah agar cepat sembuh.
Pasien yang habis dicabut giginya melalui pencabutan gigi, baik secara biasa maupun dengan operasi dilarang merokok minimal 1 x 24 jam pertama sesudahnya. Meskipun bagi perokok, ini terasa berat, tetap harus dilakukan. Pertama karena dengan merokok mulut akan melakukan gerakan mengisap gusi. Hal ini akan membuat pembekuan darah yang sudah terjadi gagal dan dapat mengakibatkan pendarahan ulang.
Yang kedua, bahaya tembakau rokok karena mengandung banyak zat kimia racun. Dengan merokok, zat kimia di dalamnya masuk ke dalam mulut dan dapat dengan mudah masuk melalui tubuh melalui luka yang belum sembuh pada gusi. Masuknya zat beracun, dapat menimbulkan masalah kesehatan baru pada tubuh pasien.
Selain itu, zat-zat rokok yang menyentuh gusi yang masih dalam masa penyembuhan dapat menimbulkan infeksi dan membuat gusi terasa nyeri dan sakit setelah gigi dicabut. Alkohol juga dilarang karena zat yang ada pada alkohol dapat menunda atau memperlama waktu penyembuhan.
Setelah pencabutan gigi selesai dan dokter mempersilakan pasien berkumur-kumur, maka di atas gusi diberi kapas dan dilarang membukanya selama lebih kurang 30 menit. Kapas digigit di sela gusi yang telah dicabut giginya akan menekan dan membentuk pembekuan darah. Saat ini pasien dilarang meludah, meskipun terasa banyak air ludah di rongga mulut, tekanlah air ludah tersebut atau telan.
Menelan ludah, sebenarnya sering dilakukan dan tidak akan memberi efek negatif bagi tubuh. Meludah saat masih ada kapas di gusi atau sering meludah sesudahnya dapat membuat proses pembekuan darah terganggu. Pembekuan darah akan ikut terbuang bersama air ludah dan berisiko pendarahan dapat terjadi kembali.
Makan di bagian sisi yang dicabut dilarang minimal selama 1 hari. Dengan makan pada sisi gigi tersebut akan memungkinkan salah astu bagian makanan, terutama makanan yang berupa butiran masuk ke dalam gusi dan menyangkut di sela-selanya. Saat makanan masuk ke gusi, gusi akan terasa sakit dan nyeri kembali. Pembekuan darah yang terbentuk dapoat hilang karena kemudian akan ada usha pasien mengeluarkan makanan yang tersangkut di sela gusi.
Untuk memperkecil terperangkapnya makanan di sela gusi, selain dilarang makan di sisi gusi yang dicabut, sebaiknya pasien tidak mengkonsumsi makanan berupa butiran dulu, seperti nasi dan kacag-kacangan. Bila perlu pasien dapat memakan makanan lunak dan lembut selama beberapa hari. Makanan lembut seperti bubur akan membantu menghindari pengunyahan dan terperangkapnya bagian makanan di sela gusi. Setelah proses pencabutan gigi selesai sebaiknya Anda konsumsi makanan penguat tulang dan gigi.
Saat pasien menyikat gigi selama sampai 3 hari setelahnya, dilarang menyikat gigi dengan keras pada bagian yang dicabut giginya. Bila menyikat gigi terlalu keras, maka memungkinkan terjadinya pendarahan dan infeksi.
Beberapa pantangan setelah cabut gigi di atas harus dilaksanakan agar penyembuhan gusi yang telah dicabut giginya berlangsung cepat dan tidak menimbulkan rasa nyeri atau infeksi. Ini karena infeksi pada gigi dapat merambat ke bagian tubuh lain seperti rahang, tulang, dan syaraf mata. Apabila setelah 3 hari gigi dicabut masih terasa nyeri dan berdarah, maka pasien harus segera kembali ke dokter dan mendapat penganan lanjutan. Semoga artikel tentang pantangan setelah cabut gigi ini membantu dan bermanfaat.