Hernia

Hernia Hiatus – Penyebab, Gejala, Diagnosa dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Hernia pastinya merupakan sebuah istilah yang sudah sering kita dengar, namun sebagian orang masih belum begitu mengerti apa itu hernia. Hernia sendiri merupakan kondisi jaringan otot sekitar tubuh yang melemah, terutama pada bagian perut. Dengan demikian, otomatis organ dalam tubuh pun yang di sekeliling perut atau abdomen menjadi terdorong  lewat jaringan yang lemah tadi.

Setelah mengetahui gambaran umum akan hernia, maka kita bisa beralih pada hernia hiatus. Hernia hiatus ini dapat dialami seseorang terutama saat sebagian lambung naik ke diafragma karena terdorong. Ada sebuah lubang yang dinamakan hiatus pada diafragma dengan fungsi sebagai penghubung lambung dan esofagus. Lambung otomatis mencuat keluar ketika kelemahan terjadi lewat lubang tersebut yang bisa sampai ke rongga dada.

(Baca juga: efek samping hernia)

Penyebab Hernia Hiatus

Otot yang menjadi lemah dan menjadi penyebab hernia masih belum begitu diketahui penyebab pastinya, tapi selalu ada faktor-faktor risiko yang diduga berpengaruh cukup besar dalam hal ini. Di bawah ini adalah sejumlah faktor peningkat potensi dari hernia hiatus pada seseorang:

  • Faktor Usia

Faktor risiko yang paling tinggi terkait dengan hernia hiatus adalah faktor usia. Ini karena seiring usia yang bertambah, otomatis otot diafragma akan mengalami kelemahan dan tidak sekuat dulu lagi. Semakin tua, maka otot akan mengalami kelemahan yang terus-menerus sehingga potensi mengalami hernia hiatus juga ikut naik. Jadi, bisa dikatakan bahwa orang-orang yang telah masuk usia 50 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena hernia hiatus karena otot mulai melemah.

  • Ukuran Hiatus saat Lahir Lebih Besar

Bayi yang lahir dengan ukuran hiatus jauh lebih besar dari hiatus pada bayi-bayi lain pada umumnya mampu meningkatkan risiko terjadinya hernia hiatus ketika ia besar. Cobalah cek kondisi ukuran hiatus sang buah hati ketika lahir dan konsultasikan dengan dokter tentang kemungkinan hernia hiatus dan bagaimana cara mengatasinya.

(Baca juga: efek samping usus turun)

  • Faktor Luka pada Diafragma

Hernia hiatus juga merupakan sebuah kondisi yang dapat dialami oleh seseorang oleh karena faktor luka pada bagian diagfragma. Adanya luka atau misalnya robekan pada daerah diafragma akan menyebabkan risiko hernia hiatus meningkat. Maka sangat penting juga untuk pemeriksaan secara rutin agar masalah seperti ini dapat diketahui sejak awal.

Bukan hanya jenis-jenis penyakit jantung, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan stroke saja yang bisa dialami oleh orang-orang yang obesitas. Masalah kegemukan rupanya juga sangat mampu meningkatkan risiko hernia hiatus. Oleh sebab itu, penting untuk mulai menata pola makan dan hidup Anda agar lebih seimbang dan sehat sehingga berat badan tetap ideal.

  • Tekanan

Hernia hiatus dapat terjadi akibat tekanan yang terjadi secara konstan pada jaringan otot di sekeliling hiatus. Tekanan ini bisa berasal dari hal-hal yang sebenarnya sangat biasa kita lakukan, yaitu seperti saat mengejan pada waktu buang air besar. Tak hanya itu, tekanan bisa datang dari kondisi muntah, batuk hingga mengangkat benda yang berat.

(Baca juga: gejala usus turun)

Gejala Hernia Hiatus

Ketika kondisi hernia hiatus masih awal dan masih kecil, biasanya tidak ada gejala yang terlalu kelihatan. Pada kasus hernia hiatus yang besarlah yang biasanya kemudian terjadi gejala. Ada sejumlah gejala hernia hiatus besar yang penderita bakal alami, seperti misalnya sebagai berikut:

  • Kesulitan menelan
  • Kesulitan bernapas
  • Muncul sensasi terbakar pada area dada yang disebabkan oleh asam yang naik hingga ke kerongkongan.
  • Bersendawa
  • Sakit di bagian perut atau area dada
  • Palpitasi
  • Feses yang keluar berwarna gelap dan biasanya ini menjadi tanda terjadinya perdarahan di bagian saluran pencernaan.
  • Mual
  • Muntah darah
  • Mudah merasa sangat kenyang setiap sesudah makan.

Ketika Anda memang merasakan beberapa gejala tersebut, jangan ragu untuk langsung memeriksakan diri ke dokter sebelum sakit bertambah parah dan sulit diobati.

Anda dianjurkan untuk ke dokter ketika rasa sakit melanda bagian perut dan dada sekaligus juga terasa mual maupun muntah darah. Ketika kondisi-kondisi tersebut juga dibarengi dengan sulitnya buang gas, maka Anda memang perlu ke dokter sebab diduga berat Anda sedang mengalami gangguan hernia atau jepitan.

Bantuan medis perlu diperoleh segera karena kondisi tubuh pada setiap orang dan juga reaksinya berbeda-beda satu dengan yang lainnya, jadi untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan Anda memerlukan dokter. Berdiskusilah dengan dokter tentang apa saja yang Anda rasakan selama ini dan tanyakan juga kemungkinan-kemungkinan sekaligus solusi bagi kondisi yang sedang dialami.

(Baca juga: pengobatan hernia tanpa operasi)

Metode Diagnosa Hernia Hiatus

Karena pada sebagian kasus tak ada gejala yang muncul pada hernia hiatus kecil, maka memang penderita tak akan sadar bahwa ia tengah menderita hernia hiatus. Pada kasus hernia hiatus kecil, biasanya terdeteksi justru setelah penderita memeriksakan diri untuk masalah kesehatan lainnya sehingga barulah diketahui adanya masalah hernia.

Ketika gejala-gejala yang sudah disebutkan sebelumnya dialami dan Anda memutuskan untuk segera periksa ke dokter, maka biasanya dokter bakal mulai memeriksa dengan langkah-langkah seperti di bawah ini:

  • Pengajuan pertanyaan – Dokter akan bertanya kepada pasien tentang segala kemungkinan gejala dan gangguan-gangguan lain yang kiranya dialami. Hal ini adalah untuk meyakinkan dokter juga dalam menentukan apakah gejala tersebut memang merujuk pada kondisi hernia hiatus.
  • Tes darah – Pemeriksaan darah juga diperlukan dan dalam hal ini tujuan utama dari pemeriksaan darah adalah untuk mendeteksi anemia.
  • CT scan dan X-ray – Pasien setelah ditanya dan dites darah, maka perlu juga kiranya menempuh pemeriksaan melalui pencitraan medis untuk mengetahui kondisi bagian dalam tubuhnya.
  • Esofagram – Metode diagnosa ini juga kiranya dianjurkan oleh dokter dan pasien memerlukannya supaya mampu mendapatkan gambaran lebih jelas dari bagian perut, esofagus, serta saluran pencernaan pada hasil pencitraan medis tadi. Cairan kapur yang pasien minum sebelum pemeriksaanlah yang akan menghasilkan gambaran jelas. Di dalam cairan ini ada kandungan barium yang bakal menjadi pelapis saluran pencernaan bagian atas supaya saat diperiksa akan mudah terlihat.
  • Radiografi – Metode pemeriksaan ini adalah untuk salah satu cara menggunakan sinar X yang gunanya adalah untuk pembentukan bayangan benda yang dikaji di film. Tujuan pasien gejala hernia hiatus menempuh pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan bayangan pada udara di belakang jantung di bagian foto area thoraks maupun dada.
  • Endoskopi – Metode diagnosa ini juga begitu penting karena dengan metode inilah dapat diketahui apakah ada peradangan di dalam tubuh pasien. Cara pemeriksaannya adalah dengan memasukkan sebuah tabung fleksibel yang lengkap dengan lampu serta kamera ke dalam tenggorokan dan lanjut ke kerongkongan hingga perut untuk mendapatkan gambaran bagian tersebut.
  • Fluoroscopi – Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengetahui bagian lambung yang terserang herniasi.
  • Manometri – Metode pemeriksaan satu ini adalah cara untuk mengukur pergerakan dan tekanan yang ada di dalam esofagus. Untuk caranya, biasanya dokter akan memasukkan kateter lewat hidung, lanjut ke esofagus, kemudian sampai ke perut.

(Baca juga: gejala turun berok)

Cara Mengobati Hernia Hiatus

Pengobatan yang diberikan pada pasien dengan hernia hiatus biasanya hanya bertujuan untuk membuat gejala-gejala yang dirasakan berkurang. Ketika terjadi refluks asam dan juga sensasi panas di bagian dada, metode pengobatan inilah yang biasanya Anda akan dapatkan dari dokter:

  • Obat pereda produksi asam, contohnya seperti ranitidine, famotidine, nizatidine dan juga cimetidine.
  • Obat penghambat produksi asam, contohnya seperti lansoprazole dan omeprazole yang bertugas menyembukan juga bagian jaringan esofagus.
  • Antasida yang bertujuan sebagai penetral asam yang ada di dalam perut.

Selain obat-obatan yang telah disebutkan, dokter juga kemungkinan dapat menyarankan untuk pasien menempuh prosedur operasi. Operasi diperlukan ketika kondisi gejala hernia hiatus tak kunjung membaik atau malah justru makin buruk. Untuk kasus hernia hiatus besar, biasanya memang operasilah jalan keluar yang paling baik dan memang rata-rata kondisi ini kemungkinan besar perlu dioperasi.

Prosedur operasi dipilih atau disarankan oleh dokter supaya lambung yang tidak lagi pada tempatnya dapat kembali pada posisi semula. Tujuan dari operasi ini juga untuk membuat bukaan atau hiatus menjadi lebih kecil. Selain itu, lingkaran otot juga bisa terekonstruksi dengan baik pada hiatus supaya jauh lebih kuat. Apabila hernia perlu diangkat, operasilah yang perlu pasien tempuh.

(Baca juga: obat tradisional hernia)

Sejumlah metode operasi yang bisa ditempuh oleh pasien hernia hiatus antara lain adalah:

  • Laparoskopik – Operasi ini dokter lakukan dengan bantuan monitor supaya lokasi kelainan yang terjadi dapat ditentukan secara persis. Dengan monitor tersebut, kesalahan lokasi dapat diminimalisir.
  • Laparotomi – Operasi ini biasa dilakukan dengan membentuk irisan tunggal di bagian abdomen pasien.
  • Toraktomi – Operasi ini dokter lakukan dengan membentuk irisan tunggal di bagian dinding dada pasien.

Operasi dirasa perlu ketika memang kondisi gejala pasien tak kunjung reda atau karena obat-obatan tak mempan. Prosedur operasi untuk pasien hernia hiatus adalah dengan melakukan penutupan bagian lemah dari diafragma. Dengan cara inilah, lambung dapat dicegah untuk tidak makin naik ke atas diafragma kembali.

Hanya saja, ada pula beberapa cara lain yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala hernia hiatus. Berikut di bawah ini adalah langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan di rumah selama masa perawatan. Langkah-langkah ini tujuannya adalah untuk mengurangi sekaligus menghilangkan gejala secara alami.

  • Menghindari kebiasaan minum minuman beralkohol. Hal ini lebih-lebih berlaku terutama pada waktu sedang sakit, hentikan konsumsi minuman keras. Bahaya minuman keras bagi kesehatan cukup besar, termasuk juga memengaruhi tingkat keparahan hernia hiatus.
  • Menghindari rokok, baik itu kebiasaan merokok atau menghirup asapnya. Rokok kaya akan racun, maka dari itu hindarilah rokok agar tidak terkena bahaya merokok bagi kesehatan.
  • Makan dalam porsi kecil. Untuk menghindari kondisi gejala semakin buruk, cobalah untuk membiasakan mengonsumsi makanan dalam porsi kecil saja. Hindarilah makan dengan porsi besar. Bahkan ketika sudah malam, Anda sebaiknya tidak makan lagi 2-3 jam sebelum tidur. Hal ini bukan hanya bagus untuk yang sedang diet, namun memang sangat membantu dalam meringankan gejala hernia hiatus.
  • Makan pelan-pelan. Tak hanya masalah porsi, Anda juga perlu membiasakan makan perlahan-lahan selama masa pemulihan dan hindari makan terlalu cepat.
  • Menghindari makanan pemicu heartburn (sensasi panas pada dada). Sebaiknya Anda juga mulai pilih-pilih dalam hal makanan karena jika tidak, gejala bisa saja bertambah serius. Oleh karena itu, makanan-makanan yang perlu dihindari antara lain adalah makanan pedas, gorengan, makanan yang terbuat dari tomat, bawang-bawangan, buah yang mengandung asam atau buah-buahan sitrus, serta coklat.
  • Menurunkan berat badan bagi yang obesitas. Karena obesitas merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko terkena hernia hiatus, otomatis untuk meredakan gejala Anda perlu untuk menurunkan berat badan. Tak hanya meredakan gejala hernia hiatus, menjaga berat badan tetap pada berat idealnya juga akan membantu menjauhkan diri dari penyakit-penyakit kronis seperti jantung, stroke dan lainnya.
  • Menaikkan sisi kepala saat tidur. Untuk merasa jauh lebih baik dan nyaman, setiap kali Anda hendak tidur bisa coba sisi kepala kasur dinaikkan sekitar 15 cm.

(Baca juga: hernia umbilikalis – penyebab hernia pada pria dan wanita)

Itulah sedikit informasi tentang hernia hiatus yang sebenarnya bisa segera diatasi sebelum gejala menjadi lebih buruk. Agar lebih jelas, Anda bisa datang ke dokter penyakit dalam untuk melakukan konsultasi, lebih tepatnya dokter subspesialisasi Gastro Entero hepatologi untuk memperoleh pengobatan yang tepat.