Hernia epigastrik merupakan kondisi yang cukup umum dengan prevalensi dilaporkan hingga 10%.
Sekitar 2-3% dari semua kasus hernia abdominal merupakan hernia epigastrik.
Hernia epigastrik ialah tonjolan yang terjadi pada bagian atas dinding perut, pada area yang disebut sebagai epigastrium, yang mana terletak di atas pusar dan di bawah tulang dada.
Hernia epigastrik terjadi ketika bagian dalam lapisan dari otot perut melemah, menyebabkan jaringan di dalam perut mendorong melalui otot.
Kondisi ini dapat mengakibatkan lengkungan usus atau jaringan perut terdorong dalam kantung. Hernia dapat menyebabkan sakit berat dan masalah-masalah serius lain yang memerlukan operasi darurat.
Kondisi ini dapat berupa bawaan sejak lahir. Ukuran hernia dapat berupa tonjolan kecil hingga besar. Pada beberapa pasien terbentuk lebih dari satu hernia pada satu waktu.
Hernia jenis ini merupakan kondisi yang cukup umum di antara orang dewasa dan anak-anak. Hernia epigastrik juga dapat terjadi pada janin.
Sekitar 1,6-3,6% dari semua hernia abdominal dan 0,5-5% dari semua hernia abnominal yang dioperasi merupakan hernia epigastrik.
Baik pria maupun wanita dapat mengalami hernia epigastrik, tapi pria 2-3 kali lipat lebih berisiko mengalami hernia epigastrik. Insidensi hernia epigastrik lebih tinggi pada pasien berusia 20 hingga 50 tahun.
Dalam 20% kasus hernia epigastrik muncul dengan jumlah lebih dari satu.
Dinding perut memiliki bagian alami yang merupakan titik lemah potensial. Hernia dapat berkembang pada bagian tersebut atau bagian lain akibat peregangan berat dari dinding perut, penuaan, perlukaan, bekas luka operasi atau kelemahan bawaan sejak lahir.
Hernia epigastrik biasanya bawaan lahir, disebabkan oleh kelemahan pada dinding otot perut atau penutupan yang tidak sempurna dari jaringan perut selama perkembangan janin.
Beberapa faktor dapat menyebabkan atau memperburuk hernia epigastrik, meliputi:
Hernia epigastrik biasanya mengakibatkan timbulnya tonjolan pada daerah di bawah sternum atau tulang dada, dan di atas pusar. Tonjolan umumnya mudah terlihat dan sering kali tidak menimbulkan gejala.
Beberapa pasien pada usia anak-anak dan remaja dapat tidak menyadari adanya hernia epigastrik. Tonjolan hernia juga dapat tidak terlihat kecuali ketika pasien menangis, mengejan ketika buang air besar, atau melakukan aktivitas lain yang menimbulkan tekanan pada perut.
Gejala umum hernia epigasatrik meliputi:
Jika hernia mengalami komplikasi strangulasi, pasien dapat mengalami gejala lain seperti sakit yang teramat dan terus menerus, mual, muntah, pembengkakan dan kemerahan. Strangulasi merupakan kondisi berbahaya yang memerlukan penanganan sesegera mungkin.
Hernia epigastrik yang tidak ditangani dapat mengarah pada terjadinya komplikasi seperti:
Hernia epigastrik yang tidak ditangani dapat menyebabkan kondisi berisiko fatal. Sebaiknya segera mendapatkan penanganan medis jika mengalami gejala seperti muntah, demam, dan peningkatan sakit perut.
Diagnosis hernia epigastrik dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik. Dokter akan memeriksa riwayat kesehatan pasien, riwayat kesehatan keluarga, dan menanyakan gejala apa saja yang dialami pasien.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pengecekan bagian perut dan meraba dengan pelan area yang terdampak. Dokter juga dapat meminta pasien untuk duduk, berbaring atau berdiri dalam berbagai posisi.
Umumnya hernia epigastrik dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis saja. Namun teknik imaging seperti ultrasound, CT scan, MRI, radiografi polos, dan herniografi, dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau memeriksa kondisi pasien dengan lebih jelas. Tes imaging telah dilaporkan meningkatkan akurasi diagnosis hingga lebih dari 97%.
Hernia epigastrik tidak dapat sembuh dengan sendirinya. Pasien biasanya disarankan untuk melakukan operasi perbaikan, termasuk pada pasien janin. Hal ini dikarenakan risiko hernia dapat bertambah besar dan mengakibatkan lebih banyak komplikasi dan rasa sakit.
Sebelum operasi dilakukan pasien diminta menjalani beberapa pemeriksaan seperti tes darah, kardiogram, X-ray dada, dan pemeriksaan kesehatan kondisi lain.
Untuk mengurangi faktor risiko, dokter dapat menginstruksikan pasien untuk mengurangi berat badan atau berhenti merokok sebelum operasi.
Penggunaan obat seperti aspirin, pengencer darah, anti peradangan, dan vitamin E perlu dihentikan sementara selama beberapa hari hingga seminggu sebelum operasi.
Operasi perbaikan hernia dapat dilakukan dengan anestesi umum atau lokal, bergantung pada preferensi individu dan pertimbangan dokter.
Kemudian dokter bedah membuat suatu insisi pada hernia dan memasukkan laparoskop, yaitu sebuah alat berupa tabung kecil dengan lampu dan kamera yang memungkinkan dokter untuk melihat organ-organ perut dan hernia.
Dokter bedah akan membuat insisi lain untuk memasukkan peralatan bedah. Selanjutnya kantung hernia (bagian jaringan yang menonjol keluar) akan dipindahkan kembali ke posisinya. Dinding otot yang kemudian diperkuat dengan beberapa jahitan.
Jahitan permanen digunakan pada dinding otot lemah berukuran kecil. Area dinding otot lemah yang berukuran besar dapat memerlukan patch dari mesh atau jaring nilon, yang dijahit ditempat untuk menutup lubang.
Mesh merupakan penanganan standar untuk hernia berukuran besar, tapi tidak cocok digunakan jika pasien memiliki riwayat penolakan implan bedah atau kondisi lain yang mencegah penggunaan mesh.
Pada sebagian besar kasus hernia, pasien dapat kembali beraktivitas normal dalam 2 hingga 4 minggu. Pasien berusia lanjut dapat memerlukan waktu lebih lama.
Setelah operasi, normal untuk pasien merasa sakit, tidak nyaman, pembengkakan dan memar pada bagian perut. Dokter dapat memberikan pereda rasa sakit untuk 48 jam pertama.
Perut biasanya bengkak selama satu minggu pertama paska operasi. Selama masa pemulihan ini, insisi (luka dari operasi) sebaiknya dilindungi selama melakukan aktivitas yang meningkatkan tekanan pada bagian perut.
Pasien dapat memberikan tekanan kuat namun pelan pada garis insisi saat melakukan aktivitas berikut:
Setiap operasi memiliki risiko komplikasi. Komplikasi primer biasanya berupa pendarahan dan infeksi, namun hal ini tidak umum terjadi pada operasi perbaikan hernia.
Perbaikan hernia epigastrik dan umbilical sering kali dilakukan dengan prosedur bedah dengan tingkat komplikasi relatif rendah, sekitar 3,5%.
Pasien sebaiknya segera menghubungi dokter jika mengalami gejala komplikasi berikut:
Hernia epigastrik yang telah diperbaiki dapat muncul lagi atau dapat muncul hernia baru yang berdekatan dengan perbaikan sebelumnya. Rasio kambuh jangka panjang setelah operasi perbaikan hernia dilaporkan sebesar 10%.
Setelah operasi perbaikan secara laparoskopik, berkumpulnya cairan di dalam bekas kantung hernia umum terjadi. Kondisi ini disebut seroma dan biasanya dapat membaik seiring waktu.
Terdapat risiko kecil terjadinya perlukaan pada usus, pembuluh darah, dan saraf. Kesulitan buang air kecil tidak biasa terjadi paska operasi perbaikan hernia.
Hernia tidak selalu dapat dicegah. Terkadang suatu kondisi yang merupakan bawaan lahir atau operasi sebelumnya memicu terjadinya hernia.
Meski demikian, dapat dilakukan beberapa penyesuaian gaya hidup untuk membantu mencegah hernia, yaitu dengan cara menurunkan banyaknya regangan pada tubuh.
Berikut beberapa kiat untuk mencegah hernia: