Gagap merupakan sejenis gangguan bicara ketika aliran bicara terganggu tanpa disadari sehingga membuat penderitanya melakukan pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata, atau frasa, dan juga terjadi jeda atau hambatan tanpa disadari sehingga mengakibatkan penderitanya mengalami gagal memproduksi suara. Gagap umumnya dialami oleh anak-anak meskipun tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga bisa mengalami gangguan ini. Gagap pada usia anak-anak sangat wajar terjadi mengingat mereka berada pada fase belajar mengeja kata atau berada dalam proses belajar berbicara.
Lain halnya pada anak-anak, pada orang dewasa gagap biasanya diakibatkan oleh berbagai macam hal, seperti cedera, penyakit saraf, atau karena penyakit stroke. Pada beberapa kasus, trauma psikologi dan juga penggunaan obat-obatan juga bisa menyebabkan gagap. Untuk lebih jelasnya berikut ini beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang menderita gagap, terutama pada orang-orang yang telah berusia dewasa.
Penyebab Gagap
Hingga saat ini penyebab utama gagap masih belum diketahui. Namun menurut penelitian, gagap disebabkan oleh faktor genetik dan juga neurofisiologi. Umumnya gagap merupakan gangguan yang bersifat variabel, di mana munculnya gangguan ini hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat berbicara melalui telepon, tingkat kegagapan seseorang bisa meningkat dan menurun pada kurun waktu tertentu. Untuk lebih lengkapnya, berikut ini beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang menderita gagap.
1. Gangguan pada Kendali Motorik Bicara
Pada kondisi ini, penderita gagap kebanyakan akan mengalami gagap secara permanen. Kondisi ini meliputi beberapa hal, seperti gangguan pada koordinasi motorik dan sensorik organ berbicara atau pada pengaturan tempo atau waktu berbicara.
2. Faktor Genetik
Gagap ternyata merupakan gangguan bicara yang sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan atau genetis. Seseorang yang memiliki kerabat atau anggota keluarga yang menderita gagap ternyata juga beresiko untuk mengidap gangguan yang sama. Kelainan genetis tersebut juga bisa mempengaruhi pusat bahasa yang ada di otak. Bahkan menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh seorang peneliti dari National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD) di Amerika menyebutkan bahwa gagap merupakan kelainan bicara yang disebabkan oleh kelainan mutasi gen. Gen tersebut berhubungan erat dengan beberapa jenis penyakit metabolik.
(Baca juga: jenis-jenis kelainan metabolik)
3. Kondisi Kesehatan
Kondisi kesehatan seseorang juga bisa menyebabkan gagap. Adapun beberapa kondisi kesehatan yang dimaksud adalah trauma, stroke, atau karena cedera pada otak. Dapat disimpulkan bahwa kondisi kesehatan yang dimaksud di sini sebenarnya bisa teratasi ketika penyakit tersebut sembuh. Jadi ketika penyakit tersebut hilang maka gagap secara otomatis juga akan sembuh.
4. Gangguan Mental
Kondisi mental seseorang ternyata juga bisa berpengaruh pada kondisi berbicara. Gangguan mental seperti trauma emosional bisa menyebabkan seseorang menderita gagap. Selain itu, tekanan tertentu juga bisa menyebabkan seseorang menjadi gagap. Misalnya saja gugup karena berbicara di depan banyak orang. Gagap seperti ini biasanya sifatnya temporal. Gagap akan kambuh ketika kondisi mental atau psikis seseorang sedang tidak stabil. Sementara itu pada kondisi tertentu gagap tidak akan kambuh, misalnya ketika sedang bernyanyi, berbicara sendiri, atau sedang berbicara serempak dengan banyak orang.
(Baca juga: jenis gangguan mental pada anak – jenis-jenis penyakit sakit jiwa)
5. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga bisa mempengaruhi seseorang terkena gagap. Umumnya gagap lebih sering diderita oleh laki-laki dari pada wanita. Meskipun tidak mustahil gagap juga bisa diderita oleh perempuan. Kondisi ini kemungkinan berkaitan erat dengan kondisi mental seseorang berdasarkan jenis kelaminnya, di mana pria kemungkinan lebih labil dibandingkan perempuan.
6. Masa Tumbuh Kembang yang Terhambat
seorang anak yang memiliki kelainan tumbuh kembang atau lebih tepatnya masa tumbuh kembang yang terhambat kemungkinan besar atau lebih beresiko terkena gagap. Kondisi tersebut kemungkinan besar berkaitan erat dengan perkembangan otak anak. Saat tumbuh kembang seorang anak terganggu kemungkinan besar tumbuh kembang otaknya juga mengalami gangguan. Hal itulah yang menyebabkan sistem motorik bicara anak juga mengalami gangguan.
7. Tekanan dari Orang Tua atau Keluarga
Munculnya gangguan berbicara berupa gagap pada anak-anak sangat sering terjadi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh tekanan dari orang tua atau keluarga yang memiliki harapan tinggi terhadap anaknya untuk segera lancar berbicara. Pada masa anak-anak mulai belajar berbicara sangat wajar ketika cara bicara anak tergagap karena mereka sedang belajar memahami apa yang mereka dengar. Sayangnya beberapa orang tua atau anggota keluarga menganggap anak-anak seperti itu mengalami gangguan bicara (gagap) sehingga menekan atau memaksa si anak untuk berbicara secara lancar. Hal itulah yang justru menyebabkan anak mengalami gagap secara permanen.
8. Kembar Identik
Penelitian juga menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki kembaran atau lebih tepatnya kembar identik memiliki resiko untuk terkena gagap dibandingkan anak-anak yang tidak kembar atau anak-anak yang kembar secara fraternatal.
Itulah 8 faktor yang bisa menyebabkan seseorang menderita gagap. Dari beberapa penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa gagap bisa diderita secara permanen dan juga temporal. Baik permanen ataupun temporal, kedua kondisi tersebut bergantung pada penyebab gagap itu sendiri.
Gejala Gagap
Ada beberapa gejala yang akan muncul ketika seseorang menderita gagap. Beberapa gejala gagap berikut biasanya akan bertambah parah ketika seseorang sedang stres, tertekan, atau gugup. Untuk lebih jelasnya berikut ini beberapa gejala seseorang yang mengalami gagap:
Ada beberapa kondisi yang harus diperhatikan dan hendaknya segera menghubungi dokter atau ahli terapi ketika seseorang mengalami beberapa gejala berikut ini:
Terapi untuk Penderita Gagap
Penyembuhan gagap pada seseorang biasanya dilakukan melalui metode terapi. Adapun terapi gagap tersebut biasanya memiliki pendekatan dan tingkat keefektifan yang berbeda sebab nantinya akan disesuaikan dengan kondisi dan juga kebutuhan pasien. Terlepas dari hal tersebut, biasanya tingkat keefektifan terapi gagap lebih tinggi ketika diberikan kepada penderita yang masih berusia dini atau muda, misalnya saja anak-anak yang masih berusia pra sekolah. Selain itu, dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga ataupun orang tua sangat menentukan keberhasilan terapi gagap. Adapun beberapa pendekatan yang sering digunakan untuk terapi gagap ialah sebagai berikut:
1. Terapi Bicara
Pendekatan ini mengajarkan pasien untuk mengendalikan dan memperhatikan tempo atau cara mereka ketika sedang berbicara. Terapi bicara akan membantu pasien mengenali kapan mereka mengalami gagap ketika sedang berbicara. Terapi ini biasanya dilakukan dengan mulai berbicara dengan tempo yang sangat pelan kemudian berangsur menemukan pola bicara secara normal hingga pasien menemukan kepercayaan diri ketika berbicara.
2. Terapi Perilaku Kognitif
Terapi perilaku kognitif bertujuan untuk membantu pasien agar mengenali dan mengubah pola pikirnya yang bisa berakibat pada memburuknya gejala gagap yang dialami. Metode ini juga akan membantu pasien untuk memecahkan penyebab tersembunyi yang berkaitan dengan gagap, misalnya saja pemicu stres, gelisah, dan berbagai hal yang berkaitan dengan kepercayaan diri.
3. Perangkat Elektronik
Peralatan elektronik digunakan untuk mengobati gagap. Adapun alat yang digunakan biasanya berupa alat bantu dengar atau sebuah alat yang berbentuk seperti aplikasi ponsel. Adapun contoh alat yang sering digunakan adalah DAF (delayed auditory feedback) yakni alat untuk mendapatkan umpan balik auditori lambat. Selain alat tersebut ada juga alat bernama FSAF (frequency-shifted auditory feedback) yakni alat umpan balik auditori pengubah frekuensi.
Itulah beberapa hal terkait dengan gagap, mulai dari penyebab, gejala, dan juga terapi yang bisa digunakan untuk menyembuhkan gagap. Kebanyakan penderita gagap bisa sembuh dengan terapi dan juga tentu dengan dukungan dari orang-orang terdekat seperti orang tua dan juga keluarga.