HIV AIDS pastinya sudah bukan hal yang asing bagi masyarakat Indonesia karena sebagai salah satu jenis penyakit menular, AIDS termasuk juga dalam penyakit yang mengancam. Akibat infeksi virus HIV, muncul kemudian sekumpulan gejala serta infeksi maupun sindrom disebabkan kerusakan sistem imunitas tubuh. Itulah mengapa seseorang yang terkena infeksi virus bakal lebih rentan terhadap infeksi oportunistik atau lebih gampang terserang tumor.
Banyak orang kemudian menjadi penasaran seperti apa dan bagaimana saja cara penularan HIV. Karena di Indonesia sendiri HIV AIDS adalah kondisi penyakit yang cukup mengancam dan menakutkan, maka setiap orang perlu mengetahui dan mengenali supaya bisa mencegah. Untuk menghindari AIDS, media penularan virusnya yang termasuk umum harus dipahami dengan benar.
(Baca juga: ciri-ciri hiv aids)
Penularan atau penyebaran virus HIV yang terutama dan justru yang paling harus diwaspadai adalah lewat hubungan intim. Seseorang yang menderita atau sudah terkena infeksi virus HIV lalu kemudian berhubungan badan dengan pasangannya, maka pasangannya pun akan berisiko tinggi terkena infeksi virus yang sama.
Penularan virus lewat cairan dari organ intim sangat berbahaya dan kini kasus-kasus seperti ini angkanya pun semakin meningkat. Bahkan media ini pun juga dianggap yang paling gampang untuk menyebarkan virus HIV. Salah satu penyebabnya jelas adalah karena saking banyaknya tempat-tempat prostitusi baik itu yang sudah terang-terangan atau tempat yang terselubung.
Ketika penderita infeksi virus HIV berhubungan intim dengan pasangannya tanpa menggunakan pelindung alias kondom, risiko pasangan terkena infeksi pun jelas jauh lebih besar. Penularan dari hal ini tak hanya berpengaruh pada penjaja dan pencari seks, tapi orang-orang yang sebenarnya tak tahu-menahu atau tidak berdosa pun menjadi ikut getahnya.
Seperti misalnya saja seseorang yang sudah menikah, lalu ia mencari hiburan ke tempat-tempat prostitusi di mana kesehatannya tidak terjamin. Tak ada yang menjamin bahwa tempat tersebut bebas dari virus HIV dan sekalinya terkena infeksi virus, ia dapat menularkannya kepada sang pasangan resminya. Saat melakukan hubungan dengan pasangan resminya, otomatis pasangannya bisa ikut tertular.
Seseorang yang datang ke tempat prostitusi lebih dari sekali lebih besar risikonya tertular HIV AIDS karena seringnya berganti-ganti pasangan saat berhubungan intim. Dengan seenaknya bergonta-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual, ini bakal memudahkan pelaku seks untuk terkena virus HIV yang entah berasal dari pasangan yang mana.
Perlu juga untuk diketahui bahwa penyebaran dan penularan virus HIV tak hanya dapat terjadi lewat hubungan seksual pasangan berlawanan jenis atau yang disebut juga dengan istilah heteroseks. Pasangan sesama jenis pun juga bisa mengalami penularan virus ini, yakni homoseks. Khusus pada pasangan homoseks, penularan mampu terjadi akibat dari hubungan lewat anus.
Pada pasangan sesama jenis atau homoseks, proses hubungan intim lewat anus ini bisa menjadi cukup mengancam. Ini karena pembuluh darah yang ada pada anus diketahui sangat gampang mengalami pecah atau ruptur. Jadi sewaktu salah satunya sudah terkena infeksi HIV, otomatis ini akan masuk ke pembuluh darah pasangannya secara lebih mudah.
Selain dari hubungan seksual dan gonta-ganti pasangan seksual, tentunya cairan darah adalah cara penularan berikutnya yang paling umum. Ketika virus HIV dapat masuk ke dalam sistem pembuluh darah, virus ini bakal mampu berkembang di bagian dalam tubuh manusia. Transfusi darah adalah contoh dari media penularan yang perlu diwaspadai.
Ketika seseorang sudah terkena infeksi virus HIV AIDS tapi tidak menyadarinya dan malah berani mendonorkan darah, ini akan berakibat buruk bagi pasien yang menerima darah dari pendonor tersebut. Transfusi darah di mana darah pendonornya sudah mengandung virus HIV tentunya akan mengakibatkan pasien penerima donor darah akan terinfeksi juga.
Itulah yang menjadi alasan mengapa sebelum penerimaan donor darah, pendonor darah harus diperiksa lebih dulu dan dipastikan bahwa ia dalam keadaan yang sehat. Tak hanya terbukti bebas dari virus HIV, pendonor juga sebaiknya tidak memiliki penyakit tertentu supaya bisa menolong pasien yang membutuhkan darah tanpa menularkan virus atau bakteri apapun.
Tentu untuk membuat proses ini aman, peranan dari tenaga medis sangat besar, khususnya mereka yang ada di unit donor darah serta pada unit transfusi darah. Sebagai bagian yang menyediakan kantong darah, mereka harus meyakinkan dan meneliti betul-betul bahwa darah yang hendak didonorkan bebas dari virus apapun, termasuk virus HIV.
(Baca juga: bahaya hiv aids)
Selain dari media tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian juga merupakan hal yang sebaiknya dihindari karena dapat menularkan virus HIV dengan mudah. Tak hanya di rumah sakit saja, jarum suntik pun kerap digunakan oleh para pengguna narkoba dan biasanya juga digunakan secara bergantian sehingga tak aman lagi.
Di rumah sakit, jarum suntik, khususnya penggunaan pada unit donor darah perlu diperiksa kesterilannya. Tenaga medis harus bisa menjamin bahwa alat yang mereka gunakan merupakan alat suntik yang steril dan tidak untuk berkali-kali. Jarum suntik yang benar adalah digunakan sekali pakai saja dan seharusnya 1 jarum suntik tidaklah dipergunakan untuk menangani beberapa pasien.
Media jarum suntik sudah terbilang umum dalam menularkan virus HIV dan ini lebih sering terjadi pada para pecandu narkoba yang gemar menggunakan narkoba suntik secara bergantian dengan temannya. Kemampuan bertahan hidup virus HIV pada jarum suntik yang sudah pernah dipakai bisa sampai 42 hari dan ini pun berdasarkan pada suhu serta faktor lain.
Jarum suntik tak hanya bisa ditemukan di rumah sakit atau pada lingkungan pengguna dan pecandu narkoba saja. Jarum serta alat tusuk lainnya yang mampu menembus kulit biasanya juga bisa dijumpai pada tempat-tempat servis tato, tindik serta akupuntur dan masih banyak lagi. Selalu waspadai tempat-tempat ini karena melalui alat-alat tersebut, khususnya yang tidak begitu steril, mampu menularkan virus HIV.
Dari ibu ke anaknya pun penularan HIV AIDS dapat terjadi, terutama kepada anak yang masih bayi. Lewat ASI atau Air Susu Ibu, penularan tersebut berpotensi tinggi untuk terjadi, maka penting untuk menghindari hal ini dengan melakukan skrining pada ibu hamil sebelum melahirkan.
Bahkan sebelum hamil pun, para istri bisa mencoba untuk menempuh metode skrining sebagai salah satu cara mengetahui terkena HIV AIDS. Walau penularan HIV dari ibu ke anak ini adalah kasus yang cukup jarang atau langka, tetap saja ada peluang untuk terjadi dan lebih baik dicegah.
Risiko seperti ini cukup besar terutama ketika sang ibu atau ayah dari si jabang bayi telah terdiagnosa mengidap HIV positif. Calon bayi yang nantinya akan dilahirkan bisa ikut terkena virus ini apabila dari sang ibu dan ayahnya belum mendapatkan penanganan. Penularan semacam ini masih bisa dicegah, jadi sebaiknya lebih mewaspadainya.
Dengan mewaspadai sedari dini dan melalui pemeriksaan skrining pada sang calon ibu, dokter pun bakal mampu membantu memberikan solusi terbaik. Biasanya, tindakan dokter yang paling umum adalah melakukan pemberian metode menyusui dengan benar kepada para calon ibu. Setelah terdeteksi awal, kemungkinan penularan HIV ke bayi dari sang ibu pun bisa tidak terjadi sama sekali.
Penularan HIV AIDS dari ibu ke anak juga bisa terjadi ketika proses persalinan terjadi yang memang juga termasuk cukup langka dan jarang. Pada saat persalinan berlangsung, darah sang ibu serta cairan di dalam rahim atau sekresi maternal mampu menjadikan si bayi terkena kontaminasi saat dilahirkan.
Kalaupun ada beberapa kabar yang menyatakan bahwa penularan virus HIV dapat etrjadi lewat plasenta, hal ini sudah diteliti dan tidak terjadi. Ini karena plasenta tak dapat tertembus oleh HIV sehingga risiko penularan yang diperkirakan mampu terjadi ketika hamil justru tidaklah ada. Kalaupun ada, risiko ini cukup kecil.
Mengetahui sejak dini apakah sang ibu menderita HIV bakal sangat membantu, karena dokter pun bakal melakukan pemberian terapi obat. Obat ARV atau Anti Retro Virus adalah yang biasanya diberikan oleh dokter. Bahkan demi meminimalisir risiko penularan, persalinan yang dilakukan adalah dengan metode caesar.
Dokter akan mengupayakan berbagai cara untuk membuat kontaminasi darah atau cairan yang berasal dari ibu ke area tubuh bayi menjadi minimal. Nyatanya, cara-cara tersebut sangat berhasil dan bahkan menekan potensi penularan HIV secara efektif dan total. Dengan kata lain, kemungkinan penularan pun bisa saja malah tak terjadi alias 0 persen.
(Baca juga: cara mengobati hiv aids)
Media yang Bukan Penyebar Virus HIV
Penularan HIV memang cukup mengerikan karena pada dasarnya pengobatan untuk penyakit ini masih belum begitu diketahui secara pasti. Namun ada beberapa kesalahpahaman yang dimiliki orang-orang kebanyakan tentang proses dari penyebaran virus HIV. Penting untuk diketahui bersama bahwa virus HIV tidak mampu bertahan lama berada pada luar tubuh manusia dan produksi ulang pun tidak bisa di luar tubuh manusia. Jadi, berikut ini merupakan media-media yang bukan penyebar virus HIV seperti yang dikhawatirkan.
Rata-rata penularan HIV AIDS sebenarnya terjadi ketika ada kontak secara langsung dari cairan-cairan tubuh atau setidaknya mengenai cairan selaput maupun jaringan yang mengalami kerusakan. Cairan tubuh yang sudah terkontaminasi oleh virus HIV dan masuk ke pembuluh darah di mana jaruk suntik menjadi perantaranya juga akan menyebabkan penularan. Cairan selaput yang disebutkan sebelumnya pada umumnya dijumpai di dalam mulut, penis, vagina serta anus.
(Baca juga: perbedaan aids dan hiv)
3 Kategori Cara Penularan
Setelah mengintip bagaimana saja cara penularan HIV, berikut Anda bisa lihat konklusi sekaligus kategori cara penularan virus HIV mulai dari yang paling umum terjadi, kurang umum, hingga yang paling jarang. Dengan mengetahui kategorinya, Anda bisa lebih mewaspadai media penularan sehingga risiko terkena HIV AIDS pun berkurang.
Dari sekian banyak kasus penularan HIV, cara-cara berikut inilah yang tergolong paling umum dan banyak dijumpai di sekitar kita.
Ada juga cara-cara penularan HIV yang terbilang kurang umum tapi juga tetap pada sejumlah kasus masih terbilang sering. Hanya saja, dibandingkan dengan cara penularan pada poin sebelumnya memang cara-cara berikut ini bukanlah yang utama.
Penting juga untuk mengenali cara-cara penularan HIV apa saja yang termasuk pada kategori jarang. Selain menambah pengetahuan, tentunya ini juga menjadi hal yang patut kita waspadai.
(Baca juga: pantangan penderita aids)
Setelah menyimak berbagai info mengenai cara penularannya, tentu Anda pun penasaran seperti apa kira-kira tanda bahwa seseorang mengalami penyakit HIV AIDS. Pada pria dan wanita, berikut adalah kondisi yang bisa diwaspadai ketika muncul:
Rasa sakit yang muncul di kepala sebagai tanda penyakit HIV tidaklah seperti sakit kepala biasanya. Ini biasanya terjadi pada laki-laki dan rasa sakitnya bakal terasa begitu hebat di mana kepala yang sakit bisa kambuh secara mendadak. Ketika kepala yang sakit ini tak diatasi secepatnya, ada kemungkinan untuk berkembang menjadi vertigo.
Kelenjar getah bening yang membengkak bisa juga menjadi pertanda bahwa seorang laki-laki mengidap HIV AIDS. Meski memang tidak selalu menjadi tanda dari adanya kondisi ini, ada baiknya untuk memeriksakan diri supaya dapat diketahui secara jelas apa arti kemunculan benjolan tersebut. Kelenjar getah bening sendiri biasanya melekat di bagian selangkangan, ketiak serta leher dan ketika terjadi pembesaran alias pembengkakan, muncul benjolan yang ketika Anda menekannya bakal menimbulkan rasa sakit.
Bila Anda mengalami batuk-batuk tanpa alasan, begitu juga diikuti dengan sesak nafas, kemungkinan besar yang ada di benak adalah munculnya penyakit asma atau penyakit jantung. Namun rupanya, salah satu ciri dari penyakit HIV AIDS adalah timbulnya kondisi tersebut. Jadi, lebih baik Anda perhatikan betul gejala satu ini dan segera hubungi dokter bila berlanjut disertai gejala-gejala lain yang mencurigakan.
Penyebab demam bisa sangat beragam dan demam sendiri dapat menjadi gejala dari berbagai penyakit. Namun apapun penyakitnya, saat demam, sudah pasti Anda perlu ke rumah sakit dan memeriksakannya. Ada potensi bahwa demam merupakan tanda dari tubuh yang sudah terinfeksi virus HIV.
Sering lupa mungkin kerap dianggap hal biasa, namun perhatikan bahwa pada gejala HIV AIDS, salah satu kondisi yang perlu diwaspadai adalah ingatan yang berkurang ditambah sulit fokus dan konsentrasi. Bila Anda sudah mulai suka bingung ditambah pula rasa sakit kepala hebat yang menyertai, ada kemungkinan cukup besar bahwa tubuh sudah terkena infeksi virus HIV. Bahkan pada sistem periferal atau persarafan ujung, akan timbul pula rasa kesemutan dan nyeri.
Mual dan muntah merupakan tanda dari HIV AIDS meski memang kedua kondisi tersebut juga dapat menandai adanya kondisi kesehatan lainnya. Penyakit maag pun kerap ditandai dengan kedua masalah kesehatan tersebut, tapi penyakit HIV AIDS biasanya juga bisa ditunjukkan lewat rasa mual, kemudian muntah serta sakit di bagian tenggorokan.
Hal ini menjadi lumrah terjadi karena ada kaitannya dengan sakit tenggorokan serta mual dan muntah yang sebelumnya sudah disebutkan. Ketika rasa sakit muncul di bagian tenggorokan, otomatis proses menelan menjadi begitu sulit dan tak nyaman. Ditambah pula dengan kondisi pencernaan yang kurang baik, penurunan nafsu makan adalah akibatnya. Jika terus-menerus demikian, otomatis tak heran lagi kalau berat badan harus turun.
Rasa lelah akan menghantui walaupun Anda tak banyak beraktivitas yang berat-berat. Gejala ini tak memiliki alasan yang jelas, ditambah pula rasa pegalnya otot sehingga memang membuat Anda menjadi malas bergerak dan enggan beraktivitas seperti biasanya. Bila tubuh merasakan hal demikian, belum lagi disertai gejala-gejala awal HIV lainnya tersebut, segeralah ke dokter untuk pemeriksaan lengkap.
(Baca juga: penyakit paling mematikan di dunia)
Informasi tentang cara penularan HIV ini kiranya menjadi pengetahuan kita bersama agar dapat menghindari segala bentuk penularan dan penyebarannya. Kiranya info tersebut mampu menjadikan kita lebih waspada dan berhati-hati serta jeli terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar kita, bahkan saat di rumah sakit sekalipun.