Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem daya tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV dan lain-lain) sehingga penderita lebih rentan mengalami infeksi dan sulit melakukan penyembuhan.
HIV sendiri ditularkan melalui kontak langsung antara membran mukosa (lapisan kulit bagian dalam) atau aliran darah dengan cairan tubuh tertentu seperti darah, sperma (air mani), cairan per vaginam, serta air susu ibu. Penularan pun hanya dapat terjadi melalui transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi darah penderita HIV/ AIDS, persalinan ibu terdiagnosa HIV kepada bayinya, menyusui, atau bentuk kontak lain yang melibatkan cairan tubuh tersebut.
Stigma negatif kerap kali melekat pada orang dengan HIV/ AIDS (ODHA). Secara tidak langsung hal ini menyebabkan penanggulangan HIV/ AIDS semakin sulit karena jumlah penderitanya sendir tidak dapat diperkirakan (berjalan underground). Kebanyakan ODHA merasa malu dan takut untuk mengungkapkan meski untuk alasan pengobatan. Lalu, bagaimana penanggulangan dapat dilakukan secara efisien jika tenaga kesehatan saja susah mengidentifikasi siapa saja yang mengidap HIV/ AIDS?
Test VCT dan terapi ARV
Karena HIV/ AIDS masih menjadi pemasalahan kesehatan global yang signifikan, muncullah Voluntary Counselling and Testing sangat berperan dalam penyebaran penyakit tersebut. Layanan konseling dan tes berdasar sukarela ini membantu pencegahan, perawatan serta pengobatan bagi ODHA. Dalam pelaksanaannya, VCT bersifat rahasia dan dilakukan secara sukarela dengan inisiatif dan persetujuan orang yang akan diperiksa.
Hasil pemeriksaan pun akan dijaga kerahasiannya. Disini, peran konselor dan petugas kesehatan dianggap paling berperan membantu mental ODHA. Karena infeksi HIV/ AIDS tidak memiliki gejala yang jelas, VCT perlu dilakukan sebagai langkah dini mendapat informasi sejauh mana virus menyerang dan pengobatan apa yang tepat dilakukan.
Walaupun belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan HIV/ AIDS secara total, terapi ARV (antiretroviral) dipercaya mampu menekan perkembangan virus HIV dalam tubuh. Dengan menekan laju serangan virus, kualitas hidup ODHA dan daya tahan tubuh bisa seperti orang pada kebanyakan dan tidak terlihat layaknya orang tanpa infeksi HIV/ AIDS.
Edukasi Sebagai Sarana Penting Menghapus Stigma HIV/ AIDS
Edukasi sejak dini dianggap sebagai kebutuhan penting, khususnya remaja yang menjadi modal utama dalam memperbaiki kondisi saat ini. Remaja dianggap penting karena mereka adalah penerus upaya pengendalian terkait HIV/ AIDS. Bernard Adi selaku Kordinator Edutainment dari Yayasan AIDS Indonesia pun mengatakan perubahan padangan masyarakat pada ODHA hanya dapat dilakukan melalui edukasi yang benar. Pada umumnya, stigma muncul karena ketidak lengkapan informasi yang diterima mengenai dampak, sumber, dan resiko penularan sehingga tidak ingin bergaul dengan ODHA.