Merk Obat A

Antiprestin – Obat Apa – Fungsi Obat – Dosis dan Efek Samping – Kontraindikasi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Antiprestin termasuk ke dalam golongan obat antidepresan, merupakan obat keras sehingga hanya bisa didapatkan dengan menggunakan resep dokter. Antiprestin tersedia dalam bentuk sediaan kapsul dengan dosis 10 mg dan 20 mg

Komposisi

Antiprestin memiliki kandungan fluoksetin sebagai senyawa aktifnya. Fluoksetin termasuk ke dalam antidepresan golongan SSRI (Serotonin Selective Reptake Inhibitor / Penghambat Ambilan Kembali Serotonin yang Selektif)

Indikasi

Antiprestin diindikasikan untuk pengobatan:

Mekanisme Kerja Obat

Berbagai gangguan psikologis yang diindikasikan untuk penggunaan Antiprestin diketahui dapat disebabkan oleh kurangnya neurotransmitter serotonin di dalam otak. Neurotransmitter adalah suatu senyawa yang terdapat di dalam otak dan berfungsi sebagai pembawa pesan antar sel saraf, terdapat berbagai jenis neurotransmitter antara lain serotonin, norepinefrin, dopamin, dll. Neurotransmitter disimpan di dalam vesikel (semacam kantong) yang berada di ujung akson sebuah sel saraf (akson adalah perpanjangan dari badan sel saraf yang berfungsi menghantarkan impuls ke sel saraf lain). Untuk menghantarkan impuls, neurotransmitter akan dilepaskan dari vesikel ke celah sinaps (pertemuan antara akson suatu sel saraf dengan dendrit sel saraf lain) kemudian berikatan dengan reseptor spesifiknya di dendrit sel saraf lain (dendrit adalah perpanjangan dari badan sel saraf yang berfungsi menerima impuls dari sel saraf lain). Setelah impuls terhantarkan, neurotransmitter akan diambil kembali oleh akson tempat asalnya untuk digunakan lagi kemudian atau untuk didegradasi oleh enzim. Fluoksetin bekerja dengan menghambat akson mengambil kembali serotonin yang telah dikeluarkannya sehingga serotonin dapat berada di celah sinaps lebih lama dan dapat kembali berikatan dengan reseptor spesifiknya. Jadi, fluoksetin tidak akan meningkatkan produksi serotonin, namun hanya mempertahankan jumlah serotonin yang sudah ada.

Dosis dan Cara Pemberian

  • Depresi, OCD: dosis awal yang dianjurkan adalah 20 mg/hari, dosis dapat ditingkatkan setelah penggunaan selama beberapa minggu tetapi tidak boleh melebihi 80 mg/hari
  • Bulimia: 60 mg/hari
  • Gangguan panik: 10 mg/hari selama minggu pertama, kemudian dinaikkan menjadi 20 mg/hari. Dosis bisa kembali dinaikkan setelah penggunaan selama beberapa minggu, tetapi tidak boleh melebihi 60 mg/hari
  • Kapsul diminum dengan bantuan sedikit air, jangan mengeluarkan obat dari kapsulnya
  • Antiprestin dapat diminum sebelum atau sesudah makan

Kontraindikasi

Pasien yang memiliki kondisi-kondisi berikut tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi Antiprestin:

  • Hipersensitif terhadap fluoksetin
  • Menggunakan obat pimozide atau thioridazine dalam 5 minggu terakhir
  • Ibu menyusui
  • Sedang melakukan pengobatan menggunakan linezolid atau metilen blue

Efek Samping

Berikut ini adalah efek samping yang mungkin timbul setelah Anda menggunakan Antiprestin, persentase di dalam tanda kurung menunjukkan persentase pasien yang mengalami efek samping tersebut:

  1. Sakit kepala (20-25%)
  2. Insomnia (10-33%)
  3. Mual (12-29%)
  4. Merasa cemas (6-15%)
  5. Anoreksia (4-17%)
  6. Asthenia / merasa kelelahan (10-15%)
  7. Merasa gugup (8-14%)
  8. Diare (8-18%)
  9. Somnolen / kesadaran menurun, mudah tertidur (5-17%)
  10. Tremor (3-13%)
  11. Merasa pusing (9%)
  12. Berkeringat secara berlebih (5-10%)
  13. Mulut kering (6-10%)
  14. Dispepsia (6-10%)
  15. Penurunan libido (2-5%)
  16. Hipertensi / darah tinggi (>1%)
  17. Jantung berdebar (>1%)
  18. Tinnitus / telinga berdenging (>1%)
  19. Muntah (>1%)
  20. Kenaikan berat badan (>1%)

Terlihat dari persentase masing-masing efek samping, bahwa tidak semua pasien pengguna Antiprestin akan mengalami efek samping akibat penggunaan obat ini. Namun, jika Anda merasakan efek samping apapun, baik yang sudah disebutkan di atas atau efek samping lainnya setelah menggunakan Antiprestin, segeralah konsultasikan hal tersebut kepada dokter dan/atau apoteker agar hal tersebut bisa segera ditindaklanjuti.

Kategori Keamanan bagi Ibu Hamil dan Menyusui

  • Fluoksetin termasuk ke dalam kategori C untuk penggunaan oleh ibu hamil, yaitu obat yang hanya boleh digunakan oleh ibu hamil jika manfaat yang didapat lebih besar daripada risiko yang mungkin timbul
  • Sebuah uji klinis di Eropa yang dilakukan oleh The European Network of Teratology Information Services menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menggunakan fluoksetin selama trimester pertama kehamilan berisiko lebih besar mangalami kelainan pembentukan sistem kardiovaskular
  • Fluoksetin didistribusikan oleh tubuh ke dalam ASI sehingga penggunaannya dikontraindikasikan untuk ibu menyusui

Interaksi Obat

Berikut ini adalah obat-obatan dan makanan yang dapat menimbulkan interaksi obat saat dikonsumsi bersamaan dengan Antiprestin:

  1. Obat-obat berikut dapat meningkatkan efek fluoksetin dengan menghambat metabolisme fluoksetin oleh hati sehingga fluoksetin bertahan lebih lama di dalam tubuh: artemether, lumefantrin, thioridazine, haloperidol, quinidine
  2. Obat-obat berikut akan mengalami peningkatan efek jika digunakan bersamaan dengan fluoksetin karena fluoksetin menghambat metabolismenya oleh hati: astemizole, cisapride, eliglustat, pimozide, thioridazine, amitriptilin, aripiprazole, carvedilol, klorpromazin, simetidin, klomipramin, desipramine, dekstrometorfan, doksepin, duloksetin, haloperidol, propanolol, prometazin, warfarin
  3. Obat-obat berikut dapat meningkatkan jumlah serotonin sama seperti fluoksetin sehingga penggunaannya secara bersamaan dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom serotonin: isokarboksazid, linezolid, metilen blue, fenelzin, prokarbazin, selegiline, tranilsipromin, alfentanil, amitriptilin, amoxapine, buspirone, citalopram, klomipramin, siklobenzaprine, desipramine, desvenlafaksin, dekstrometorfan, dolasetron, doksepin, duloksetin, fentanil, fluvoksamin, granisetron, imipramin, metoklopramid, morfin, sertralin
  4. Pemberian obat-obat berikut bersamaan dengan fluoksetin dapat meningkatkan toksisitas fluoksetin: gosereline, leuprolide
  5. Obat-obat berikut dapat mengganggu irama jantung bila diberikan bersamaan dengan fluoksetin: pimozide, thioridazine, amiodarone, cisapride, disopyramide, quinidine
  6. Pemberian apixaban bersamaan dengan fluoksetin dapat meningkatkan efek antikoagulasi apixaban karena fluoksetin juga memiliki efek sebagai antikoagulan
  7. Pemberian fluoksetin bersamaan dengan bupropin dapat meningkatkan toksisitas bupropion
  8. Clopidogrel dapat mengalami penurunan efek jika diberikan bersamaan dengan fluoksetin karena fluoksetin menghambat metabolisme clopidogrel oleh hati sedangkan clopidogrel harus diaktivasi terlebih dahulu oleh hati untuk bisa memberikan efek pada tubuh
  9. Penggunaan fluoksetin bersamaan dengan obat-obat NSAID (Non-Steroid Antiinflammatory Drugs) seperti aspirin, asam mefenamat, ibuprofen, diklofenak, dll dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan

Ingatlah untuk selalu mengkonsultasikan mengenai obat apapun (sintetismaupun herbal) yang sedang atau akan Anda gunakan kepada dokter dan/atau apoteker untuk memastikan bawa penggunaan obat tersebut bersamaan dengan Antiprestin tidak akan menimbulkan efek samping tidak diinginkan yang akan merugikan bagi Anda. Jika ternyata obat tersebut tidak bisa digunakan bersamaan dengan Antiprestin, mungkin dokter akan mengganti salah satu obat tersebut dengan obat lain sebagai alternatif atau dosis salah satu obat akan diturunkan.

Perhatian

  1. Jangan pernah memulai, mengulang atau menghentikan pengobatan Antiprestin tanpa resep dari dokter karena penggunaan obat ini harus disesuaikan dengan kondisi pasien yang harus diperiksa secara seksama.
  2. Jangan mengubah dosis Antiprestin yang telah diresepkan oleh dokter.
  3. Selalu beritahukan kepada dokter jika Anda memiliki alergi terhadap obat-obat tertentu.
  4. Untuk mendapatkan efek yang maksimal, usahakan untuk selalu meminum Antiprestin di waktu yang sama setiap harinya.
  5. Jika Anda lupa untuk meminum Antiprestin, segeralah minum obatnya jika jadwal minum obat berikutnya belum terlalu dekat. Jika jadwal minum obat berikutnya sudah dekat, lewatkan saja dosis sebelumnya dan minumlah Antiprestin pada jadwal berikutnya dengan dosis normal (jangan menggandakan dosis obat untuk mengganti dosis yang terlewat).
  6. Sebuah uji klinik jangka pendek menunjukkan bahwa pemberian antidepresan dapat meningkatkan keinginan bunuh diri pada pasien usia dewasa muda (<24 tahun), oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan secara ketat untuk penggunaan antidepresan (termasuk fluoksetin) pada pasien usia dewasa muda.
  7. Jangan gunakan Antiprestin bersamaan dengan obat antidepresan golongan MAOI (Monoamine Oxidase Inhibitor), misalnya moklobemid, fenelzin, isokarboksazid karena dapat menimbulkan terjadinya sindrom serotonin.
  8. Waspadai terjadinya sindrom serotonin pada penggunaan antidepresan golongan SSRI (termasuk fluoksetin), sindrom serotonin adalah kumpulan gejala yang terjadi akibat rangsangan serotonin yang terlalu banyak .meliputi: demam (yang bisa mencapai 410C), tremor, badan gemetar, pelebaran pupil, diare, dan berkeringat secara berlebih. Sindrom serotonin biasanya muncul jika Anda menggunakan obat golongan SSRI bersamaan dengan obat lain yang juga dapat meningkatkan kerja serotonin. Jika Anda merasakan gejala-gejala tersebut setelah menggunakan Antiprestin, segeralah pergi ke dokter.
  9. Terdapat beberapa kejadian hipoglikemia (kadar glukosa dalam darah terlalu rendah) pada pasien diabetes yang mengkonsumsi obat antidiabetes dan fluoksetin.
  10. Waspadai penggunaan Antiprestin pada pasien yang memiliki riwayat aritmia, gagal jantung, dan infark miokard / serangan jantung karena fluoksetin berpotensi menyebabkan gangguan irama jantung.
  11. Jika pengobatan Antiprestin akan dihentikan, jangan menghentikan pengobatannya sekaligus, namun lakukanlah penurunan dosis sedikit demi sedikit selama 4-6 bulan untuk menghindari terjadinya gejala putus obat (withdrawal symptom) seperti mual, insomnia, mudah marah dan berkeringat secara berlebih.