Sering cemas kerap kali dikaitkan dengan rasa stres, mulai dari stres karena sekolah atau pekerjaan, stres karena memiliki hubungan yang kurang baik atau sedang bermasalah dengan pasangan, teman maupun keluarga, stres disebabkan masalah keuangan, trauma, atau juga stres dikarenakan menderita penyakit tertentu. Namun kita juga perlu memahami bahwa psikologis bukan satu-satunya faktor penyebab sering cemas, faktor non-psikologis pun mampu mendasarinya.
Ketika aliran darah menuju otak tak mampu membawa cukup oksigen, kecemasan dapat timbul karenanya sebagai efek dari serangan panik. Membiarkan hal ini tanpa langsung memperoleh penanganan khusus, maka penderitanya bisa mengalami sakit kepala hingga kehilangan kesadaran. Meningkatkan asupan sodium serta sering berolahraga adalah kunci agar tidak kekurangan oksigen.
Kafein tak hanya menawarkan manfaat dalam bentuk peningkatan energi maupun membantu supaya mata tetap melek dan jauh dari rasa ngantuk. Namun lebih dari itu, sebenarnya kafein yang biasanya didapat dari minuman kopi juga dapat meningkatkan kewaspadaan pengonsumsinya.
Sekalipun kafein bisa diandalkan sebagai penambah semangat dan pendukung agar bisa tetap konsentrasi, ada mode fight-or-flight yang bisa kafein aktifkan di dalam tubuh kita. Ketika mode ini teraktivasi, otomatis kecemasan bisa ditimbulkannya. Semakin sering mengonsumsi kafein, maka ada kemungkinan makin sering pula rasa cemas itu muncul.
Hormon tiroid di dalam tubuh kita berperan besar dalam menjadi penghasil energi sekaligus pendukung proses metabolisme. Hanya saja ketika produksi hormon tiroid tak terproduksi secara seimbang oleh kelenjar tiroid alias terdapat gangguan di sana, maka kecemasan, depresi, insomnia, gangguan memori, kegugupan dan peningkatan detak jantung berisiko terjadi.
Kurangnya asupan cairan pada tubuh, khususnya air putih mampu meningkatkan risiko gangguan suasana hati dan mental. Hasil penelitian oleh University of Connecticut Human Performance Laboratory menunjukkan bahwa tubuh yang memperoleh cairan cukup dapat meminimalisir potensi gangguan kognitif, mood, dan mental.
Sementara itu, oleh Tufts University, sebuah hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa cairan tubuh yang tak memadai khususnya pada atlet memicu suasana hati yang buruk karena membuat para atlet mudah marah. Kekurangan cairan juga menjadikan seseorang mudah tegang, cemas dan bahkan kebingungan sehingga penting untuk mengasup cairan setiap hari secara cukup, apalagi air putih 8-10 gelas.
Bukankah karena seseorang cemas dan stres maka memilih untuk mengonsumsi minuman beralkohol? Efek dari minuman alkohol memang akan membuat kecemasan hilang, tapi tentu efek ini terjadi sementara. Ketika kadar alkohol yang masuk ke dalam tubuh semakin tinggi, kecemasan dan kebingungan pun mudah timbul dan malah menjadi-jadi nantinya.
Bagi pengonsumsi obat batuk, migrain, dekongestan, asma, serta obat sakit kepala, rasa cemas bisa saja datang dan menghantui sebagai efek negatifnya. Tak hanya itu, detak jantung pun terasa lebih cepat dan akan menjadi mudah gugup. Cobalah konsultasikan hal ini dengan dokter untuk alternatif pengobatan yang kiranya dapat lebih membantu tanpa efek yang terlalu negatif.
Rasa cemas itu kurang nyaman dan tidak menyenangkan bukan? Apalagi kalau terlalu sering. Jadi bila salah satu atau beberapa faktor tersebut diketahui menjadi alasan mengapa Anda sering cemas, segera atasi baik itu dengan berhenti dari penggunaan obat tertentu pemicu cemas, membatasi alkohol dan kafein, lebih banyak minum air putih, serta cek kesehatan dan berkonsultasi dengan dokter.