Pemanis buatan kerap diandalkan dan digunakan seiring meningkatkan jenis program diet di kalangan masyarahat. Pada makanan olahan seperti permen karet, selai, soda dan sirup pun terdapat kandungan-kandungan pemanis buatan. Kalori di dalam pemanis buatan seperti sakarin, sukrolosa, siklamat dan aspartam memang tergolong sedikit sehingg aman dan tak meningkatkan gula darah terlalu drastis.
Namun jangan dikira bahwa pemanis buatan itu aman sama sekali karena meski para pelaku diet dan juga para penderita diabetes lebih memilih pemanis buatan, tetap ada efek yang perlu diketahui. Benar adanya bahwa mayoritas produk pemanis buatan tidaklah mengandung kalori dan kalaupun ada maka kadarnya pun sangat rendah. Hanya saja, mengonsumsi berlebih atau terlalu sering memicu bahaya pemanis buatan.
Bukankah pemanis buatan pada umumnya justru dikonsumsi oleh penderita diabetes dan membantu mereka dalam membatasi asupan gula agar tak meningkatkan gula darah secara drastis? Menurut hasil penelitian dari Eropa, justru ada peningkatan akan risiko diabetes tipe 2 lebih tinggi 2 kali lipat.
Bahkan risiko diabetes tipe 2 akibat mengonsumsi pemanis buatan bisa meningkat hanya karena mengonsumsi minuman berpemanis buatan sekali saja. Jadi, perlu juga untuk memerhatikan batasan akan penggunaan pemanis buatan, khususnya minuman-minuman yang mengandung bahan tersebut. Karena aman, banyak orang kemudian mengonsumsi terlalu sering, maka dari itu waspadai efek buruknya.
Ditemukan bahwa lingkar pinggang pengonsumsi pemanis buatan yang terlalu rutin dan sering dapat meningkat. Bahkan tak hanya itu, jumlah lemak di perut pun ikut meningkat di mana pemicu utamanya adlaah aktivitas sebuah gen yang ada kaitannya dengan sel lemak baru yang diproduksi akibat konsumsi sukralosa.
Hal ini dinyatakan dalam sebuah penelitian yang dilakukan periset di Washington University. Tentunya saat mengetahui adanya kondisi peningkatan lingkar pinggang berikut bertambahnya lemak perut, hal ini sangat berkaitan dengan obesitas dan juga bermacam-macam masalah kesehatan lainnya. Walau dipercaya aman, namun mengonsumsi rutin dalam jangka panjang juga cukup berbahaya.
Para ahli meyakini bahwa pemanis buatan yang dikonsumsi secara terus-menerus dalam waktu yang lama mampu meningkatkan potensi tubuh lebih sensitif terhadap gula. Karena sensitivitas tubuh yang meningkat, otomatis hal ini menjadi penyebab dari otak yang kemudian kecanduan gula.
Bagaimana kondisi kecanduan gula itu? Ada kecenderungan untuk terus-terusan ingin mengonsumsi pemanis buatan karena rasa pemanis buatan dapat berpotensi lebih manis dari gula pada umumnya. Contoh paling dekat adalah sukralosa di mana kemudian pengonsumsi akan memiliki motivasi yang lebih untuk menikmati pemanis buatan jauh lebih banyak dan sering.
Pemanis buatan memang diketahui tanpa kalori atau kalaupun ada jumlah kadarnya sangatlah rendah. Gula olahan sendiri pun mampu membuat kadar gula darah naik dan turun secara cepat yang memengaruhi rasa lapar kerap atau mudah datang. Otomatis Anda pun akan memiliki keinginan mengonsumsi sesuatu yang bisa memuaskan rasa lapar tersebut bukan?
Saat tubuh terus-tersan menginginkan asupan kalori demi mengisi kekosongan asupan kalori, malah justru pada akhirnya inilah yang menyebabkan Anda mengonsumsi kalori secara lebih banyak. Pemanis buatan dapat memberikan efek-efek yang justru berkebalikan dari apa yang kita harapkan. Bila seperti ini, otomatis diet pun akan menjadi gagal karena asupan kalori yang coba dilebihkan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa bahaya dari pemanis buatan yang dikonsumsi rutin dan sering adalah penumpukan lemak dan peningkatan lingkar pinggang. Bila hal tersebut tak kemudian diatasi dengan membatasi konsumsi pemanis buatan, maka itu artinya pengonsumsi membiarkan tubuhnya mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.
Menurut penelitian yang ada, disebutkan bahwa pemanis buatan yang dikonsumsi dalam bentuk minuman mampu membuat berat badan bertambah dalam waktu yang panjang. Seperti kita tahu, minuman berkandungan pemanis buatan tentunya makin marak saja penjualannya dan bisa kita jumpai dengan mudah di manapun. Oleh karena itu, risiko kasus obesitas di kalangan masyarakat pun makin tinggi.
Bukan hanya itu, perlu juga diketahui bahwa neurobiologis Universitas Yale Qing Yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengganti gula dan efeknya terhadap berat badan sekaligus nafsu makan. Pada dasarnya rasa manis tinggi pada pemanis buatan akan membuat seseorang bisa kecanduan dan memicu konsumsi gula atau kalori berlebih yang pada akhirnya menjadi pemicu obesitas.
Saat sudah terlalu sering mengonsumsi pemanis buatan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya hal ini mampu menjadi pemicu dari kecanduan gula atau pemanis buatan itu sendiri. Bahkan buah-buahan yang manisnya alami pun akan kalah. Inilah yang menyebabkan pengonsumsi pemanis buatan tak lagi tertarik dengan buah-buahan dan sayuran karena rasanya kurang enak.
Sebagai risiko dari ketidaktertarikan terhadap buah dan sayur yang seharusnya mampu menjadi pengganti gula dan lebih bergizi, pengonsumsi dapat mengalami kekurangan nutrisi. Hal ini biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang menuju obesitas. Itulah mengapa penting untuk tahu betul batasan konsumsi pemanis buatan supaya tidak kemudian menjadikan tubuh kurang nutrisi.
Pemanis buatan dapat berefek cukup berbahaya bagi kesehatan walau banyak dari kita menganggap bahwa pemanis buatan jauh lebih baik ketimbang gula. Sebuah hasil studi kohort di Denmark menyatakan bahwa dari tahun 1996-2002, 59.334 wanita diteliti dan sebagai hasilnya ditemukan bahwa minuman ringan berpemanis buatan mampu meningkatkan potensi persalinan prematur.
Bahaya Kesehatan Lainnya dari Pemanis Buatan
Ada perdebatan di antara para ilmuwan dan FDA di mana dalam penelitian yang menentukan efek aspartam, sukralosa dan sakarin pada manusia dan tikus akhirnya mampu mengubah jalur metabolisme mikroba6. Perubahan mikrobiota usus menjadi peningkat intoleransi glukosa menurut studi yang ada.
Usus yang sehat akan mampu mengoptimalkan sistem daya tahan tubuh berikut juga menjaga fungsi metabolisme supaya tetap baik dan normal, seperti misalnya kadar kolesterol, gula darah dan tekanan darah. Penelitian lanjutan masih dilakukan hanya saja diyakini oleh para ilmuwan bahwa pemanis buatan berkaitan juga dengan beberapa kondisi di bawah ini:
Masih diperlukan studi atau penelitian lanjutan untuk menentukan bahaya pemanis buatan bagi kesehatan, walau memang untuk sukralosa, neotam dan aspartam sudah dinyatakan aman bagi para ibu hamil sedangkan stevia dan sakarin belum mendapat persetujuan untuk wanita hamil/menyusui bisa mengonsumsinya. Alangkah baiknya membatasi konsumsi pemanis buatan demi mencegah kondisi kesehatan yang tak diinginkan.