Seorang wanita asal Clackmannan, Skotlandia bernama Toni Steedman tengah menikmati waktu liburannya bersama suami ketika kejadian tak menyenangkan dan mengejutkan dialaminya. Menikmati liburan di kolam renang lokal yang dianggapnya aman ternyata malah membuat dirinya segera dibawa ke rumah sakit gara-gara perdarahan.
Setelah naik wahana perosotan air “Kamikaze” di kolam renang tersebut, tiba-tiba perdarahan terjadi di mana darah terus keluar dari organ intimnya. Apakah memang perosotan air tersebut memang berbahaya sampai mencederai pengunjung yang memainkannya? Perosotan ini dikenal dengan kemiringan dan ketinggian ekstrem sehingga yang bermain di sini akan dibuat seolah jatuh sebelum meluncur pada bagian akhir yang relatif panjang.
Dilansir dari The Sun, sebelum naik wahana ini rupanya Toni tak diingatkan oleh petugas yang berjaga di situ untuk menyilangkan kaki sekaligus membuat tangan dalam posisi terlipat lebih dulu. Ketika kemudian dirinya meluncur begitu cepat dan tubuhnya menghantam air di bawah, dirinya merasakan sesuatu yang ganjil, ada sesuatu yang pecah.
Ketika ia berdiri, ia merasakan sensasi seperti ingin buang air kecil, dan di saat itulah darah mulai mengalir keluar. Bahkan saat keluar dari kolam pun, ia mengatakan bahwa jejak darah mengikutinya sehingga langsung dilarikan ke rumah sakit yang tak jauh dari lokasi kolam renang tersebut.
Sebagai penanganannya, tim medis harus mengoperasinya supaya luka pada rahim bisa ditutup. Ya, sesuatu yang pecah adalah kondisi rahim yang robek akibat mendapat tekanan air yang begitu kencang saat meluncur tadi kata dokter. Toni dapat lega karena untungnya dirinya bisa pulih dan bekerja lagi usai istirahat selama 8 minggu dan masih mampu memiliki anak meski rahimnya sempat luka karena kecelakaan tersebut.
Ada beberapa faktor yang sebenarnya meningkatkan risiko rahim mudah luka atau robek sehingga saat bermain perosotan air yang ekstrem perdarahan terjadi, seperti:
Meski menurut pengakuan wanita 26 tahun ini dirinya dapat hamil lagi usai kecelakaan yang terjadi tahun 2017 lalu tersebut, sebenarnya kemungkinan rahim robek lagi cukup besar. Ketika rahim sudah pernah robek, risiko untuk terjadi kembali bisa sampai dua kali lipat.