Sementara itu, anak jaman now rata-rata sudah memegang smartphone dan memiliki akun sosial medianya sendiri. Para orang tua pun beberapa ada yang bahkan kewalahan untuk mengawasi anak-anaknya dalam penggunaan medsos. Dilansir dari laman Detik Health, seorang psikolog dari Universitas Indonesia, Laras Sekarasih, PhD mengatakan bahwa seringkali konten pornografi yang ada di medsos merupakan perilaku seksual yang sehat atau bukan.
Hal ini mungkin kemudian makin membikin para orang tua panik dan khawatir sehingga mulai memberikan larangan atau restriksi terhadap anak-anak mereka dalam penggunaan medsos. Namun menurut Laras, harus ada alasan dan edukasi yang benar dari orang tua kepada anak sambil mengawasinya agar anak juga sedari dini mulai bijak dalam mengelola medsos. Berikut adalah tips untuk orang tua bisa mengedukasi anak tanpa harus vulgar sehingga kesehatan mentalnya terjaga baik.
Setiap orang tua sedari dini perlu memberikan pengertian secara jelas tentang perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Contoh yang bisa diberikan kepada anak adalah seperti misalnya perempuan nantinya seperti ibu dan laki-laki seperti ayah untuk kemudian membimbing anak bisa membedakan pakaian sesuai jenis kelamin dan bahkan dalam penggunaan toilet umum sekalipun.
Karena masih anak-anak terkadang orang tua membiarkan apa yang mereka ingin lakukan, termasuk di tempat umum. Ajarkan kepada anak supaya mampu menghargai diri sendiri. Tanamkan rasa malu sejak dini, yakni seperti melarang anak untuk tak mengganti pakaian di depan orang banyak, apalagi melepas pakaian sembarangan di depan umum. Bahkan penting juga untuk memberi tahu batasan dalam hal bermain dengan teman lawan jenis.
Anak-anak yang khususnya masih dalam usia pra sekolah atau di pendidikan anak usia dini belum begitu mengerti tentang bagaimana mereka harus melindungi diri dari penyimpangan seksual yang rata-rata orang dewasalah yang melakukan. Ajarkan anak untuk berkata tidak bahkan kepada orang dewasa dan katakan kepada mereka bahwa mengatakan tidak bukanlah suatu larangan.
Setiap anak apalagi ketika sudah usia sekolah harus tahu bagian-bagian tubuhnya dan fungsi dari bagian tubuh tersebut. Para orang tua sebaiknya mulai mengajarkan tentang bagian tubuh yang tak boleh orang lain lihat maupun sentuh, seperti bibir, dada, bokong, dan juga organ reproduksi.
Banyak orang tua kini menganggap bahwa memberikan gadget kepada anak adalah cara supaya anak diam dan tidak mengganggu waktu dan kesibukan orang tua. Bahkan ada pula orang tua yang tanpa pengawasan penuh membiarkan sang anak mengakses gadget secara bebas dengan alasan supaya anak bisa belajar banyak.
Ini bukanlah langkah tepat untuk mengedukasi anak agar belajar secara mandiri. Anda tetap perlu mengawasi dan membatasi penggunaan gadget karena adanya konten berunsur pornografi dari games yang mereka unduh. Menghindarkan anak dari gadget sebenarnya adalah yang paling aman, namun pembatasan dan pengawasan ketat juga diperlukan apabila Anda tetap ingin anak menggunakannya.
Selain penggunaan gadget, penting untuk juga mengetahui apa yang sehari-hari anak tonton. Batasilah waktu menonton TV-nya, dan awasi apa saja jenis tontonan yang anak coba nikmati. Meski tontonan khusus anak, ada pula yang menyuguhkan adegan yang sebenarnya belum pantas untuk anak tonton.
Karena usia anak masih suka meniru apa yang ada di depan mata mereka, maka ada kemungkinan adegan-adegan yang tak sepantasnya dan tak bernilai pendidikan tersebut ikut ditiru oleh anak Anda. Jadi jika Anda memiliki waktu, bermainlah dengan anak secara kreatif ketimbang menyuguhkan acara TV yang kurang mendidik.
Banyak orang tua menganggap bahwa pembicaraan seputar perubahan fisik dan emosi yang dialami pada usia remaja tak sebaiknya dilakukan ketika anak belum mencapai usia belasan tahun. Padahal, Anda tak perlu menunggu sampai mereka usia pra-remaja untuk membicarakan topik pubertas supaya mereka bisa paham lebih dini.
Tak banyak anak yang suka bercerita ini itu kepada orang tuanya karena malu atau bahkan mungkin karena merasa diabaikan. Oleh sebab itu, bimbinglah anak supaya mereka tahu bahwa Anda adalah orang tua yang bisa dipercaya sehingga mereka tak lagi malu atau takut menceritakan segala hal dengan Anda.
Ajarlah mereka agar tidak ada satu pun yang disembunyikan, termasuk apabila memperoleh perlakuan menyimpang dari orang lain atau bahkan perlakuan tak pantas. Ketika rasa percaya anak mulai tumbuh terhadap orang tua, maka mereka pun tak akan ragu untuk memberi tahu Anda sekalipun pelaku perbuatan tak menyenangkan memberi ancaman.
Para orang tua tak perlu tegang ketika harus membicarakan pendidikan seksual pada anak. Anda bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dan santai ketika membahas hal ini supaya mereka pun tidak takut jika ingin menanyakan beberapa hal kepada Anda.
Anda pun tak usah malu apabila memang tidak mengetahui jawabannya, katakan sejujurnya bahwa Anda tidak tahu dan Anda bisa meminta orang lain yang Anda percaya untuk membantu menjelaskan. Gunakanlah bahasa dan diksi yang mudah dimengerti oleh anak tapi juga tidak terkesan menakuti apalagi terlalu vulgar.
Sesudah melakukan diskusi dan bahkan memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang anak-anak Anda ajukan, ujilah mereka apakah sang anak memang sudah benar-benar memahaminya. Jawablah dengan lembut apabila memang sang anak menanyakan lagi jika belum mengerti atau bila ada pertanyaan baru di benak mereka.
Orang tua memang sebaiknya lebih banyak belajar lebih dulu tentang pendidikan seks agar bisa menjelaskan secara tepat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak; apalagi jika anak-anak Anda adalah anak-anak kritis. Orang tua sendiri pun perlu berpartisipasi dalam sebuah forum diskusi serta sering-sering membaca agar mampu mengedukasi anak dengan benar.