Pernikahan dini bukan hanya masalah yang dihadapi di Indonesia saja, sebab nyatanya ada kurang lebih 15 juta anak perempuan yang usianya bahkan belum genap 18 tahun tapi harus menikah per tahunnya. Dan rupanya, dari hasil penelitian yang ada para anak perempuan yang rentan menikah terlalu muda justru mereka yang tinggal dalam kemiskinan.
Salah satunya adalah Ola yang menikah di usia 14 tahun di mana ia adalah seorang pengungsi Suriah. Karena perang, hal ini menjadi pemicu banyak keluarga kemudian merasakan kemiskinan dan hidup berpindah-pindah. Rasa khawatir terhadap keselamatan anak-anaknya kemudian membuat keluarga terdorong menikahkan anak-anak perempuan mereka walau masih dalam usia sekolah.
Menikah terlalu dini alias menikah muda memang sudah biasa di Indonesia, apalagi kebanyakan orang zaman dulu melakukannya. Hanya saja dibalik itu, ada sejumlah bahaya dari tindakan pernikahan dini yang perlu dipikirkan dan dipertimbangkan oleh para orangtua seperti masalah kesehatan fisik hingga mental ini.
Pernikahan terlalu muda alias di bawah umur mampu menimbulkan masalah psikologis pada pasangan tersebut, seperti gangguan kecemasan, trauma hingga depresi. Pertengkaran akan lebih mudah terjadi pada pernikahan yang dijalani oleh usia terlalu muda, belum lagi jika langsung dikaruniai anak yang dampaknya bisa juga sampai ke anak.
Pertengkaran, rasa stres dan tertekan, gangguan cemas, trauma dan depresi dapat terjadi pada umumnya pernikahan dini karena mental yang belum dewasa. Tak sedikit pula yang berakhir dengan kekerasan dalam rumah tangga yang dipicu dari hubungan yang bentrok walau tak selalu demikian.
Perempuan menikah terlalu dini memang mampu hamil, namun ada risiko hipertensi yang cukup besar. Tekanan darah dapat meningkat yang dipicu oleh pre-eklampsia; tak hanya itu, peningkatan kadar protein pada urine sekaligus organ rusak dalam tubuh pun cukup mungkin terjadi sehingga mengancam kesehatan dan pertumbuhan janin.
Bahaya menikah muda lainnya adalah saat sang perempuan dapat hamil, fisik dan mentalnya yang belum cukup siap mampu membuat perkembangan janin tak maksimal. Inilah yang kemudian memperbesar potensi keguguran jauh lebih besar pada perempuan yang usianya belum dewasa tapi sudah menikah dan hamil.
Bayi lahir dengan berat badan rendah atau bayi lahir prematur juga cukup berisiko pada para ibu hamil khususnya para perempuan muda. Tak hanya itu, bayi yang lahir secara prematur pun tergolong rentan terkena masalah penglihatan, gangguan kognitif, masalah pencernaan, hingga gangguan pencernaan.
Selain hipertensi, risiko anemia cukup besar pada para perempuan yang menikah dini di mana anemia ini paling berisiko dialami saat kehamilan masih muda. Hanya saja untuk masalah kekurangan mineral zat besi ini bisa disiasati dengan mengonsumsi makanan penambah darah atau makanan yang mengandung zat besi tinggi.
Melahirkan di usia yang belum genap 18 tahun rupanya memiliki risiko tinggi meninggal pada waktu persalinan menurut lansiran dari National Health Service. Secara fisik perempuan di bawah 18 tahun belum siap hamil apalagi melahirkan seperti misalnya kondisi kecilnya panggul sehingga proses mengeluarkan bayi jadi lebih sulit. Risiko sama besarnya pada bayi karena dapat juga meninggal saat dilahirkan.
Masih dalam masa pertumbuhan, remaja perempuan dengan sistem reproduksi yang juga masih berkembang dan belum sempurna akan memicu kanker serviks sekaligus PMS atau penyakit menular seksual. Ketika berhubungan intim terlalu muda dengan pasangannya, wanita berpotensi besar terkena HPV (human papillomavirus) di mana virus ini rupanya dapat berkembang menjadi kanker yang mengancam jiwa.
Itulah bahaya menikah muda dari segi kesehatan yang penting untuk diketahui para perempuan dan laki-laki yang memutuskan ingin menjalani pernikahan dini. Selain itu, jalan masih panjang dan wanita pun berhak untuk mengejar impian sekaligus karir yang bagus demi masa depannya di zaman seperti sekarang.