Defibrilator merupakan sebuah stimulator detak jantung di mana cara kerja alat ini bergantung pada listrik yang bertegangan tinggi. Alat ini diperlukan supaya korban serangan jantung dapat menjadi pulih kembali. Penggunaan dari eksternal defibrilator otomatis diketahui bisa dilakukan melalui implan atau tanam dalam tubuh pasien. Namun, sebagai alat eksternal yang biasa pun juga bisa dipakai.
Defibrilator pada zaman sekarang sudah menjadi sebuah peralatan yang dianggap integral di tengah masyarakat, terutama pastinya dalam komunitas medis. Lalu apa bedanya defibrilator dengan pacemaker? Banyak mungkin yang kurang tahu-menahu tentang apa perbedaan keduanya; pacemaker dikenal sebagai alat khusus pacu jantung yang biasa membantu para dokter untuk membuat stimulasi listrik ke jantung bertahan.
Ketika stimulasi listrik ke jantung dapat dipertahankan, maka kemungkinan untuk menstabilkan sekaligus memulihkan ritme normal jantung pun menjadi lebih optimal. Karena dapat digunakan dengan cara implan maupun eksternal, inilah yang menyamakan antara pacemaker dengan defibrilator. Irama jantung yang terganggu pun bisa timbul dari beragam sumber, seperti blok jantung, cacat keturunan, faktor usia (menua), hingga efek samping dari penggunaan obat jantung itu sendiri.
Penggunaan dari alat defibrilator ini pun memiliki dosis tertentu, jadi tak bisa dilakukan ke pasien secara sembarangan. Terapi energi listrik ini bakal dilaksanakan melalui electrode yang penempatannya secara umum ada di permukaan dinding dada penderita.
Defibrilator terkadang datang dengan dilengkapi ECG, tapi ada pula yang tidak, namun memang bisa dengan mudah dihubungkan ke ECG monitor. ECG atau Electrocardiogram penempatannya biasa dilakukan di 1 unit di mana defibrilator digunakan supaya kondisi detak jantung pada penderita gagal jantung kongestif dapat terdeteksi.
Defibrilator ini juga merupakan alat medis yang peletakannya pun tak bisa di manapun. Alat ini harus dan wajib diletakkan khusus di ruang Emergency. Meski demikian, alat ini juga bisa dimanfaatkan di mobil ambulans untuk pertolongan pada pasien jika terjadi apa-apa. Karena defibrilator ini tersedia bersama dengan baterai yang mudah di-charge, maka bisa digunakan di mobil ambulans.
(Baca juga: cara menyembuhkan jantung bengkak – penyebab gangguan ritme jantung)
Jenis-jenis Defibrilator
Secara umum, defibrilator yang penggunaannya di rumah sakit adalah M-series monophasic dan juga defibrilator biphasic. Defibrilator ini juga digabungkan dengan NTP (Non-Invasive Transcutaneous Pacing), ECG, serta fungsi lainnya yang biasa memantau pasien. Supaya dapat mengetahui seperti apa defibrilator itu, di bawah ini adalah sejumlah jenis defibrilator yang bisa dikenali.
Pasien dengan potensi atau risiko tinggi menderita ventricular fibrillation akan menggunakan implan defibrilator ini. Ada rekaman sinyak jantung penderita yang disimpan oleh jenis defibrilator ini, berikut juga data diagnostik serta sejarah terapi gagal jantung penderita. Volume yang diketahui pada jenis implan ini adalah tidak lebih dari 70 cc.
Pada jenis defibrilator ini transistor di dalamnya pun ada lebih dari 30 juta dan yang disalurkan adalah sekitar 20 micro ampere selama bekerja memantau secara terus-menerus. Jenis implan ini mendapatkan sumber energi dari baterai LISVO (Lithium Perak Vanadium Oksida) untuk bisa bekerja. Kemampuan bertahan di suhu 30-60 derajat Celsius adalah keunggulan lain dari defibrilator yang tertutup rapat ini.
Kalibrasi dari DC defibrilator selalu pada satuan joule atau watt-detik di mana ini adalah ukuran tenaga listrik di dalam kapasitor. Dalam watt-detik, energi yang di dalamnya setara dengan 1 ½ kapasitansi yang ada pada farad dan kemudian dikalikan dengan tegangan volt kuadrat.
Defibrilator dapat bekerja secara sukses tergantung dari jumlah tenaga/energi yang diberikan tentunya. Asumsi nilai resistansi yang penempatannya antara electrode yang menjadi alat simulasi resistansi dari pasien adalah yang menjadi faktor untuk memperkirakan pemberian energi kepada pasien. 60-80 persen adalah jumlah dari energi yang diberikan oleh rata-rata defibrilator.
Pada jenis ini, defibrilator memiliki kemampuan super tinggi dan akurat dalam proses analisa ECG dan memutuskan penyaluran kejutan secara optimal. Untuk mendeteksi fibrilasi ventrikel, memang alat ini dirancang khusus dan yang mengejutkan adalah spesifisifitas dan sensitivitasnya diketahui sebanding dengan paramedis yang sudah profesional dan terpercaya. Alat ini jugalah yang melakukan rekomendasi serta pemberian energi di mana energi disesuaikan dengan kejutan dari defibrilasi.
Jenis Gelombang Defibrilator
Pada alat defibrilator sendiri, gelombangnya pun memiliki jenis-jenis yang berbeda di bawah ini adalah ulasan sekilas tentang tipe defibrilator apa saja yang pada umumnya digunakan:
(Baca juga: penyakit akibat kekurangan lemak bagi tubuh)
Mode Pengoperasian Defibrilator
Pada proses pengoperasian defibrilator, ada mode-mode yang biasa dilakukan, yakni mode internal dan eksternal seperti yang telah dideskripsikan singkat sebelumnya. Berikut adalah ulasan singkat mengenai mode-mode tersebut:
Pada pasien yang sedang menempuh operasi terbuka, maka mode defibrilasi internal inilah yang dilakukan dan pemberiannya langsung kepada jantung. Energi maksimum yang digunakan termasuk kecil, yakni 50 J yang biasa digunakan dengan tujuan sebagai pencegahan luka atau kerusakan otot jantung. Sementara itu, diketahui bahwa ukuran diameter paddle-nya adalah 50 mm.
Pada mode satu ini, pemakaian atau pengoperasian dari defibrilator adalah dengan menempelkan kedua paddle atau electrode ke dada pasien. Barulah sesudah itu dilanjutkan dengan menekan tombol push di mana bisa ditemukan pada electrode. Tombol tersebut bisa ditekan supaya tegangan kejutan bisa diberikan dan sewaktu proses tersebut kapasitor ada pada keadaan charge. Dengan energi 100-200 J, 20 MS adalah waktu lamanya discharge dari kapasitor.
(Baca juga: pemeriksaan mri)
Prinsip dan Cara Kerja Defibrilator
Defibrilator memiliki prinsip kerja di mana arus listrik masuk pada rangkaian catu daya dan kemudian dengan dioda arus tersebut disearahkan. Dengan menekan tombol charge, otomatis kapasitor bakal terisi dan sesudah diketahui bahwa kapasitor telah penuh, tekan tombol shock supaya muatan listrik yang ada di kapasitor bisa dilepaskan ke pasien lewat media paddle apex dan paddle sternum.
Untuk cara kerjanya, di bawah ini adalah langkah-langkahnya:
(Baca juga: diagnosis gagal jantung – jenis-jenis penyakit jantung)
Fungsi dan Peralatan Defibrilator
Fungsi utama dari defibrilator adalah sebagai pemberi energi dengan bentuk kejut listrik. Tujuan dari defibrilator ini adalah untuk membuat aktivitas jantung yang tadinya sempat terganggu menjadi kembali aktif. Pada waktu jantung pasien mengalami yang namanya fibrilasi, defirbrilator bisa menjadi alat bantu bagi resistansi jantung.
Untuk peralatan yang digunakan dalam prosedur pemakaian defibrilator ini, ada beberapa yang biasa dipakai, yakni:
Pemeliharaan Defibrilator
Tentu saja alat medis sekalipun perlu dipelihara dengan baik supaya tetap bekerja dengan baik. Pemeliharaan yang baik adalah sebuah cara agar membuat fungsi alat tetap terjaga. Untuk langkah-langkah pemeliharaan, berikut di bawah ini adalah sejumlah cara yang kiranya bisa diperhatikan:
(Baca juga: penyebab cairan di paru-paru)
Perbedaan Defibrilasi dan Kardioversi
Bila defibrilasi adalah metode atau tindakan medis untuk mengobati pasien yang bermasalah dengan jantung menggunakan aliran listrik, bukankah kardioversi adalah hal yang sama? Mungkin ada beberapa orang yang memerlukan informasi perbedaan keduanya.
Untuk lebih tepatnya, defibrilasi merupakan metode pengobatan melalui aliran listrik secara singkat dan dilakukan secara asinkron. Indikasi semacam VT polymorphyc yang diketahui tak stabil, VT tanda nadi, dan VF adalah indikasi dari kebutuhan pasien akan bantuan defibrilasi.
Ada beberapa alasan mengapa defibrilasi dibutuhkan seawal mungkin bagi pasien, yaitu:
Selain dari defibrilator, jeli diketahui adalah alat yang banyak digunakan untuk masalah ini. Penggunaan jeli ini pada umumnya adalah untuk membuat tahanan dada berkurang dan membantu agar aliran listrik ke jantung terhantarkan dengan baik. Biasanya, jeli ini digunakan dengan cara dioles pada paddle (keduanya).
Berbeda dari defibrilasi, kardioversi adalah metode pengobatan yang memang sama-sama memakai aliran listrik dengan waktu yang termasuk singkat, hanya saja dilakukan secara sinkron. Apabila sebelumnya defibrilasi dilakukan secara asinkron, kardioversi justru sebaliknya.
Dan pada umumnya, kardioversi ini dilakukan ketika ditemukan indikasi-indikasi seperti atrial fibrilasi, atrial flutter, supra ventrikel takikardi, dan ventrikel takikardi. Sedangkan untuk alat-alat yang digunakan dalam prosedurnya, defibrilator dengan modus sinkron, troli emergensi, jeli, alat bantu nafas, elektrode EKG dan juga obat jenis sedatif dan analgesik adalah yang paling diperlukan.
Pada kardioversi, energi awal untuk Atrial Flutter dan SVT adalah 50 J dan jika tak sukses maka energi mampu dinaikkan menjadi 360, 300, 200, atau paling tidak 100 J. Pada atrial fibrilasi dan VT monomorphic, energi yang digunakan di awal berada pada 100 J namun bisa juga bila ingin meningkatkannya menjadi 360 J.
Besarnya modus dan energi pada VT polymorphic pada dasarnya justru sama seperti yang dipakai ketika melakukan proses defibrilasi. Bahkan untuk prosedur penggunaan dan tindakan dari kardioversi juga tak jauh beda dari tindakan defibrilasi.
Meski sama dengan tindakan defibrilasi, ketika menekan tombol discharge penekanan kedua tombolnya harus cukup lama. Ini dikarenakan penggunaan modulnya merupakan jenis sinkron sehingga pemberian energi adalah beberapa milidetik pasca penangkapan gelombang QRS oleh defibrilator. Itu artinya, energi tak akan keluar apabila defibrilator tak mampu melakukan penamgkapan gelombang QRS tadi.
Tindakan medis seperti kardioversi ini dibutuhkan oleh pasien yang mengalami takikardi meski kondisinya kemungkinan tidaklah stabil. Hanya saja, jika pasien masih dalam kondisi sadar, tindakan kardioversi perlu untuk menjadi pertolongan bagi pasien tersebut. Dengan demikian, pasien juga artinya perlu diberi obat sedasi entah itu memakai analgesik atau tidak.
(Baca juga: cara melatih kesehatan jantung)
Harga Defibrilator
Bicara tentang harga, tentunya defibrilator ditawarkan dengan harga yang bervariasi, namun bila untuk AED atau Automatic External Defibrillator, harga berada pada kisaran 20-40 juta. Tentu harga tersebut ditentukan oleh faktor merk dan spesifikasi, seperti layaknya ketika kita membeli barang elektronik seperti TV atau gadget berupa komputer dan ponsel.
Spek yang bagus tentu ditawarkan dengan harga yang lebih tinggi. Namun kini sudah banyak dijual di luar akan alat defibrilator yang berteknologi modern standar internasional dengan harga yang tak begitu mahal. Tentu melakukan perbandingan harga antara satu merk dengan merk lain dan dari tempat satu dengan tempat yang lain sangatlah penting.
(Baca juga: detak jantung normal – penyebab cairan di paru-paru)
Intinya, memang defibrilator ini merupakan alat yang menangani aritmia, hanya saja aritmia sendiri ada dalam berbagai jenis. Yang paling dianggap berbahaya adalah jenis aritmia yang mampu memicu fibrilasi. Ketika kontraksi otot jantung terlalu cepat dan tak menjadi teratur, ini adalah pertanda bahwa penderita membutuhkan pertolongan dari alat semacam defibrilator.
Karena bertambah banyaknya kasus penyakit jantung koroner, belum lagi juga gagal jantung, maka makin ke sini makin dibutuhkan alat defibrilasi ini karena dianggap sebagai penyelamat pasien jantung. Tempat umum dan klinik-klinik sudah saatnya untuk menyediakan defibrilator ini, termasuk juga perkantoran demi mengantisipasi kondisi gawat darurat. Baik manual atau otomatis, bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan.