Narkolepsi

Kenali Narkolepsi, Kondisi yang Bikin Wanita Ini Belanja Online Ketika Tertidur

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Berjalan saat tidur mungkin dialami oleh beberapa orang dengan gangguan tidur dan hal ini walau aneh tetap dianggap sudah umum. Hanya saja, kali ini berbeda dengan seorang wanita berusia 27 tahun bernama Rachel Lane di Maine, Amerika Serikat yang mengalami gangguan tidur sampai bisa berbelanja online tanpa sadar.

Narkolepsi langka rupanya menjadi hasil diagnosa dari kondisi wanita yang bekerja sebagai pembuat roti ini. Narkolepsi langka ini berupa gangguan saraf sehingga kendali pada kegiatan tidur terpengaruh; akibatnya, penderita kondisi ini bisa tertidur mendadak tanpa tahu tempat dan waktu di mana hal ini cukup unik.

Bahkan pada kasus Rachel, ia bisa saja secara tiba-tiba tertidur di tengah percakapan, saat menghadiri pesta maupun konser, hingga ketika datang ke acara pemakaman. Maka tak heran pula kalau Rachel pun bisa berhasil belanja online ketika dalam kondisi tidur lelap. Menurut laporan, ia belanja online membeli barang-barang kebutuhan rumah tangga seperti talenan dan pisau hingga gaun pesta prom dan mainan anjing menghabiskan kurang lebih 300 Pound sterling (bila dirupiahkan sekitar 5,6 juta).

Mengutip dari Metro, ia mengira bahwa otaknya masih aktif saat sudah tidur sehingga masih mampu melakukan kegiatan yang biasanya orang lakukan di kala terjaga. Narkolepsi sendiri itu apa sih penyebab dan gejalanya yang bisa diwaspadai?

Penyebab dan Gejala

Sebab narkolepsi belumlah diketahui secara pasti namun pada umumnya, pasien dengan narkolepsi diketahui dalam tubuhnya memiliki kadar hipokretin (neurokimia penting pada otak yang bertugas menjadi pengatur tidur dan terjaganya kita) yang rendah. Meski begitu, faktor genetik ditengarai menjadi salah satu faktor peningkat risiko narkolepsi walau kemungkinannya kecil.

Ada beberapa gejala atau tanda narkolepsi yang dapat menjadi lebih buruk dan bahkan dapat terus berkelanjutan dialami oleh si penderita seumur hidup, seperti:

  • Katapleksi atau kondisi di mana otot menjadi lemas secara dadakan yang membuat barang-barang yang sedang dibawa tiba-tiba jatuh, mulut membuka misalnya, hingga kepala lunglai.
  • Halusinasi, biasanya tanda ini terjaid ketika telah tertidur atau ada pula yang saat sudah bangun, seperti misalnya merasa ada seseorang yang asing tengah berada di ruang tidur kita namun nampak terlalu nyata dan menakutkan.
  • Gerakan mata cepat yang berubah saat tidur, hal ini terjadi ketika seseorang biasanya sedang bermimpi dan bisa terjadi kapan saja sepanjang hari; hanya saja kemunculannya umumnya adalah 15 menit setelah tertidur pulas.
  • Kelumpuhan tidur/sleep paralysis, di mana hal ini sama dengan tubuh tak bisa bergerak atau mengalami imobilitas sementara selama tidur. Kelumpuhan tidur bisa menjadi tanda pada penderita narkolepsi, namun penderita kelumpuhan tidur tak selalu menderita narkolepsi; umumnya kelumpuhan tidur ini terjadi dengan timbulnya beberapa episode.
  • Konsentrasi berkurang, sepanjang hari rasanya akan sulit untuk fokus dan waspada terhadap suatu keadaan ataupun hal-hal yang dikerjakan. Ini karena efek ngantuk terus-menerus yang terjadi bahkan selama pagi dan siang hari.
  • Rasa kantuk berlebihan, inilah kenapa para penderita narkolepsi bisa tertidur kapanpun tanpa mengenal tempat bahkan tanpa aba-aba di mana mereka sendiri tak menyadari kalau sampai akhirnya tertidur.

Diagnosa dan Pengobatan

Dari gejala katapleksi serta rasa kantuk berlebihan, dokter baru bisa mencoba menghasilkan diagnosa awal dari kondisi pasien yang diduga narkolepsi. Jika memang diperlukan, maka dokter kemungkinan merujukkan pasien kepada ahlinya untuk evaluasi kondisi dan diagnosis secara lebih dalam dan jauh.

Riwayat tidur pasien, pola tidur selama 1-2 minggu yang dimonitor secara rutin, berapa lama pasien untuk tertidur, serta polisomnografi adalah beberapa metode pemeriksaan yang akan dokter lakukan demi mendeteksi apa yang sebenarnya terjadi. Seluruh pemeriksaan ini kiranya dibutuhkan agar dokter mampu membedakan kondisi antara narkolepsi dengan kondisi gangguan tidur lainnya.

Pengobatan untuk menyembuhkan narkolepsi sama sekali belum tersedia, sebab pengobatan hanya bertujuan sebagai pereda gejala agar aktivitas penderita tak terhambat.

  • Perubahan pola tidur, hal ini perlu dilakukan jika narkolepsi masih dalam tahap ringan.
  • Pemberian stimulan, yakni obat perangsang sistem saraf pusat agar pada siang hari penderita tak mudah tertidur dan tetap terjaga dengan baik.
  • Pemberian antidepresan SNRI atau SSRI, yakni serotonin and norepinephrine reuptake inhibitor serta selective serotonin reuptake inhibitors di mana fungsi utamanya adalah membuat waktu tidur bisa ditekan. Gejala kelumpuhan tidur, halusinasi serta katapleksi juga biasanya bisa lebih ringan karena kedua jenis obat ini.
  • Pemberian antidepresan trisiklik, yakni obat yang menjadi pereda gejala katapleksi atau saat otot melemas dadakan dan mengalami kehilangan kendali.

Pada kasus Rachel, ia awalnya terkena cakaran kucing di tahun 2015 yang kemudian berlanjut kena virus dari insiden tersebut, hingga berakibat pada gangguan tidur ini. Pada tahun 2016 ia mengaku telah menemui dokter spesialis tidur sejak ia mulai berjalan ketika sedang tidur. Rachel terbilang masih dengan kondisinya yang serius dan sangat frustasi dengan itu, namun keluarga sekaligus teman-temannya masih mencoba memahami kondisinya.