Kanker

Batuk Tak Sembuh-sembuh, Gadis Ini Meninggal Karena Rupanya Mengidap Kanker

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Seringkali penyakit yang namanya batuk kita anggap sebagai penyakit ringan yang pasti nanti bisa sembuh dengan sendirinya sehingga jarang mengobatinya. Namun pada kasus gadis 13 tahun bernama Tanisha Baverstock ini, ia sudah merasakan batuk beberapa minggu dan memeriksakan diri ke dokter akibat penurunan berat badan yang drastis.

Ia dibawa ke rumah sakit dan dokter pun memberinya resep obat antibiotik usai diperiksa. Dokter bahkan memintanya kembali lagi untuk pemeriksaan pada bulan depan. Hanya saja, siang hari esoknya justru ditemukan ada hal ganjil pada hasil pemeriksaan pemindaian Tanisha oleh pihak rumah sakit.

Dari hasil scan, rupanya terdapat tanda-tanda tumor di dalam tubuh Tanisha sehingga pihak rumah sakit ini meminta Tanisha dan keluarga untuk mencoba ke rumah sakit lain untuk menempuh biopsi. Rupanya, kanker limfoma non-hodgkin adalah yang menjadi alasan mengapa selama ini dirinya batuk tak kunjung sembuh sampai harus mengalami turunnya berat badan; apa itu kanker limfoma non-hodgkin dan apa penyebab serta gejala-gejalanya?

Penyebab dan Gejala

Limfoma non-Hodgkin merupakan jenis kanker yang perkembangannya terjadi pada sistem limfatik dan limfosit (jenis sel darah putih) adalah sumber dari perkembangan tumor tersebut. Ini karena limfosit itu ada pada limpa, kelenjar getah bening, serta organ-organ tubuh lainnya yang berhubungan dengan sistem imun.

Apa yang menyebabkan limfoma non-Hodgkin belum diketahui jelas sampai sekarang, bahkan oleh para dokter. Hanya saja, sistem kekebalan yang melemah menjadi salah satu alasannya yang kemudian tubuh menghasilkan terlalu banyak limfosit abnormal di mana limfosit adalah sejenis sel darah putih.

Penyakit ini cukup sulit dideteksi apa yang menyebabkan sebab memang rata-rata pasien yang didiagnosa penyakit ini tak memiliki faktor risiko yang jelas. Namun, tetap saja ada beberapa kondisi atau hal yang dapat menjadi peningkat potensi terkena limfoma non-Hodgkin menurut Mayo Clinic, yaitu antara lain adalah:

  • Paparan zat kimia tertentu, seperti pembasmi hama dan serangga.
  • Faktor usia, sebab rata-rata penderita penyakit limfoma non-Hodgkin menyerang orang-orang yang usianya di atas 60 tahun meski tak menutup kemungkinan usia berapapun bisa mengalaminya.
  • Pengobatan tertentu yang menekan sistem kekebalan tubuh.
  • Infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu.

Walau penyebabnya sulit untuk dideteksi, gejalanya pun termasuk cukup umum dan dapat disalahperkirakan menjadi gejala penyakit lain. Kenali seperti apa gejala yang mengarah pada limfoma non-Hodgkin:

  • Penurunan berat badan yang drastis tanpa sebab yang jelas
  • Berkeringat berlebihan setiap malam
  • Demam
  • Kelelahan yang terus-menerus atau persisten
  • Batuk
  • Nyeri di dada
  • Kesulitan bernafas
  • Pembengkakan atau nyeri di bagian perut
  • Pembengkakan kelenjar getah bening namun tak terasa sakit, khususnya di selangkangan, ketiak serta leher.

Diagnosa dan Pengobatan

Saat gejala-gejala tersebut muncul, maka penting untuk segera memeriksakan ke dokter di mana dokter akan mengawali pemeriksaan pada fisik pasien. Setelah itu ada berbagai tes lain yang juga perlu ditempuh, seperti halnya tes urine, tes darah, tes sumsum tulang, tes kelenjar getah bening, serta tes pemindaian (PET scan, pemeriksaan MRI, X-ray, dan CT scan).

Seperti kanker pada umumnya, limfoma non-Hodgkin memiliki empat tahapan di mana stadium 4 adalah yang sudah paling parah. Hanya saja, perawatan tak selalu menjadi yang paling penting karena ketika limfoma berkembang lambat, maka pendekatan secara menunggu dan melihat lebih dulu akan dilakukan oleh pihak medis.

Namun saat limfoma non-Hodgkin bersifat agresif di mana segala gejala berkembang begitu cepat, umumnya dokter akan memberikan perawatan berupa:

  • Terapi radiasi
  • Kemoterapi
  • Terapi obat-obatan
  • Transplantasi sumsum tulang belakang

Beberapa pengobatan alternatif dengan tujuan mengurangi stres karena diagnosa kanker beserta stres akibat efek samping kemoterapi dan obat-obat lainnya antara lain adalah:

  • Latihan relaksasi
  • Terapi musik
  • Meditasi
  • Berolahraga
  • Terapi seni

Hanya saja, sayangnya pada kasus Tanisha Baverstock, kondisinya tak mampu bertahan lama. Keesokan harinya justru gadis yang menyukai olahraga sepakbola ini mengembuskan nafas terakhir. Kelly, sang ibu mengaku sangat kecewa karena dokter yang menangani anaknya tak bisa bertindak secara tepat dan cepat.

Menurut kesimpulan dari Serious Incident Inquiry dari National Health Security, bila tumor pada tubuh tanisha diketahui beberapa hari sebelumnya, justru ada potensi besar gadis remaja ini bisa diselamatkan. Ibunya teramat menyesal karena beberapa jam terbuang sia-sia karena diagnosa kanker terlambat disadari.