Secara garis besar nutrisi telur terbagi kedalam makronutrien dan mikronutrien. Pada komponen makronutriennya ia mengandung protein, lemak, dan karbohidrat. Dimana komposisi dasar telur terdiri dari dua bagian yaitu putih telur dan kuning telur Putih telur mengandung 87, 72% air, 10,82% protein, 0,85% karbohidrat, 0,19% lemak, dan 0,42% abu. Sedangkan kuning telur mengandung 55, 02% air, 15,50% protein, 1,09% karbohidrat, 26,71% lemak, dan 1,68% abu[1].
Mikronuturien yang terkandung dalamtelur berupa vitamin dan mineral. Vitamin-vitamin yang dikandungnya yaitu vitamin A, beta-karoten, vitamin D, vitamin E, vitamin K, vitamin C, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3. Sedangkan mineral yang dikandungnya yaitu kalsium, tembaga, yodium, besi, magnesium, mangan, fosfor, kalium, selenium, sodium, dan seng[1].
Dengan kekayaan nutrisinya telur memiliki berbagai manfaat yaitu meningkatkan kadar kolesterol baik, sumber vitamin D, mengontrol berat badan, sumber omega3, menjaga kesehatan mata, dan menjaga kesehatan mental[2]. Selain bermanfaat, telur juga bisa memberi efek samping jika dikonsumsi berlebih, diantaranya yaitu:
Telur mengandung lemak dan kolesterol yang berokntribusi terhadap penyakit jantung. Dimana 60% kalori dalam telur berasal dari lemak yang sebagian besarnya merupakan lemak jenuh.
Berdasarkan studi yang dilakukan pada tahu 2021 didapatkan hasil bahwa mengkonsumsi tambahan setengah telur setiap harinya dapat berpotensi lebih besar dalam kematian akibat penyakit jantung, dan kanker.
Sebuah studi yang diterbitkan di JAMA menyebutkan bahwa 300 miligram kolesterol meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular sebesar 17% dan kematian sebesar 18%.
Studi lainnya pada Canadian Journal of Cardiology mendapati bahwa orang yang mengkonsumsi telur secara berlebih memiliki resiko 19% lebih besar untuk penyakit kardiovaskular.
Menurut penelitian yang diterbitkan oleh British Journal of Nutrition menyebutkan bahwa mengkonsumsi lebih dari satu telur per hari berpotensi meningkatkan resiko diabetes hingga 60%.
Para peneliti mengamati peningkatan kadar gula darah pada 8.000 peserta dari China Health and Nutrition Survey yang mengkonsumsi telur.
Kemudian disimpulkan bahwa mereka yang mengkonsumsi telur dalam jumlah banyak memiliki resiko diabetes lebih besar dibanding yang hanya mengkonsumsi dalam jumlah kecil.
Sebanyak 14 studi yang terdapat pada jurnal Atherosclerosis menyebutkan bahwa mengkonsumsi telur berlebihan dapat meningkatkan resiko diabetes sebesar 68%.
Pengamatan lainnya menyebutkan bahwa orang yang makan tiga atau lebih telur per minggu memiliki resiko lebih tinggi 39% terhadap diabetes.
Terlalu banyak mengkonsumsi dapat meningkatkan terjadinya resiko kanker usus besar, dubur, kandung kemih, prostat, dan payudara. Mengkonsumsi satu setengah telur per minggu dapat menyebabkan hamper lima kali resiko kanker usus besar.
Resiko tersebut lebih besar dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi kurang dari 11 telur per tahun. Pada studi lainnya menyebutkan bahwa semakin banyak telur yang dikonsumsi oleh seseorang maka semakin tinggi pula resiko baginya untuk terkena kanker saluran pencernaan.
Efek domino berikutnya yaitu resiko kematian yang ditimbulkan akibat kanker usus besar dan dubur. Menurut sebuah studi di Harvard pada tahun 2011 bahwa rutinitas mengkonsumsi telur berkaitan erat dengan perkembangan kanker prostat.
Seprang pria yang mengkonsumsi 2,5 butir telur per minggu mengalami peningkatan resiko kanker prostat sebesar 81%. Peningkatan resiko kanker ini dicurigai karena tingginya kadar kolesterol dan kolin yang terdapat pada telur.
Mayoritas orang mengkonsumsi protein dalam jumlah yang berlebih. Salah satu sumber protein yang digunakannya adalah dari putih telur. Padahal diet tinggi protein berkaitan erat dengan meningkatnya potensi terjadinya penyakit ginjal dan batu ginjal.
Untuk itu disarankan agar memenuhi kebutuhan protein yang bersumber pada protein nabati. Hal ini karena protein nabati lebih aman dan memiliki manfaat tambahan. Manfaat tambahan yang dimaksud yaitu berupa serat, vitamin, mineral, antioksidan, dan fitokimia.
Menurut Heather Hanks, mengkonsumsi telur berlebih dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti kembung, bergas, dan sakit perut. Reaksi kembung ini memiliki potensi yang lebih besar jika seseorang itu mempunyai alergi terhadap telur.
Telur mengandung lemak yang berdampak pada gula darah. Mengkonsumsi telur terlalu banyak akan membuat sel-sel tubuh tidak digunakan sebagaimana mestinya.
Sehingga gula dalam darah tidak bisa digunakan sebagai energi sebagaimana mestinya. Hal ini menyebabkan pancreas memproduksi insulin dalam jumlah yang lebih banyak dan kadar gula darah pun semakin meningkat.
Resistensi insulin ini mungkin terjadi jika seseorang mengkonsumsi telur dengan jumlah banyak dalam waktu yang signifikan. Bagi yang memiliki penyakit kardiovaskular ataupun diabetes tipe 2 disarankan agar mengurangi konsumsi telur untuk menghindari efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Takaran Aman Konsumsi
Selama beberapa puluh tahun ini sudah disarankan agar orang-orang mulai mengontrol jumlah telur yang dikonsumsi. Satu butir telur berukuran sedang mengandung 186 mg kolesterol yang merupakan 62% dari asupan harian yang direkomendasikan (RDI).
Banyak pendapat terkait jumlah takaran aman yang disarankan, baik itu 2 butir telur per haer hari atau bahkan sampai 7 telur per hari. Namun berdasarkan ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini, disebutkan bahwa takaran aman konsumsinya yaitu 3 butir telur utuh setiap harinya.