Imunisasi difteri adalah suatu langkah untuk mencegah penyakit difteri yang bisa dilakukan terutama pada anak balita atau anak yang di bawah usia 7 tahun, walau memang vaksin ini juga bisa diberikan kepada orang dewasa. Bila tak yakin dengan vaksin mana yang pernah didapatkan dulu, maka konsultasikan dengan dokter untuk lebih jelasnya.
Ada beberapa jenis imunisasi difteri yang perlu untuk diketahui berikut juga siapa saja yang tepatnya perlu memperoleh vaksin ini, pada usia berapa, lalu juga bagaimana dengan dosisnya serta efek samping apa yang bisa terjadi. Difteri merupakan jenis penyakit menular yang menyebar dengan mudah dan cepat sehingga sebaiknya tidaklah terlalu diremehkan.
Berikut ini adalah keterangan tentang 4 jenis imunisasi difteri yang bisa disimak di mana 2 jenis dapat diperoleh oleh anak-anak, sedangkan 2 jenis lainnya bisa diperoleh anak yang lebih besar, remaja maupun orang dewasa.
Istilah DT atau DtaP adalah sebuah vaksinasi atau imunisasi yang toksin difteri, tetanus, dan pertusis asilular yang perlu diperoleh anak sebanyak 5 dosis dan pemberiannya pun tak boleh secara langsung melainkan 5 kali dalam usia berbeda. Berikut adalah usia-usia anak yang perlu mendapatkan imunisasi per dosis.
DT tidak termasuk pertusis di mana biasanya penggunaan vaksin ini adalah sebagai pengganti DtaP bagi anak-anak yang khususnya tak bisa memperoleh vaksin pertusis dikarenakan adanya reaksi alergi atau kondisi gangguan kesehatan lainnya.
Vaksin DtaP sendiri pemberiannya pada umumnya dilakukan pada kunjungan yang sama seperti vaksin-vaksin lainnya. Untuk vaksin atau jenis imunisasi ini, sayangnya siapapun yang usianya di atas 6 tahun tak dapat menerimanya. Jadi, anak usia di atas 6 tahun, para remaja apalagi orang dewasa bisa mendapatkan vaksin jenis lainnya.
Dosis
Pada vaksin atau imunisasi DT, ada kandungan toksoid difteri yang rupanya berkadar lebih tinggi atau sekitar 20 Lf berikut juga toksoid tetanus sebanyak 7,5 Lf yang murni. Pemberian per dosis adalah 0,5 ml kepada setiap orang yang sudah dijadwal untuk menerima imunisasi.
Risiko Efek Samping
Risiko efek samping imunisasi difteri tetanus memang cukup ringan dan yang sampai berbahaya bagi tubuh dan menyebabkan kematian sangatlah kecil, namun tetap ada beberapa kondisi yang sebaiknya diwaspadai karena walau ringan pun tetap mengganggu. Beberapa contoh efek samping umum yang dialami antara lain:
Rata-rata efek samping tersebut akan dialami selama 3 hari hingga 1 minggu. Sementara untuk kondisi kejang, menangis tiada henti selama 3 jam lebih, reaksi alergi serius, kerusakan otak dan demam tinggi adalah contoh efek samping yang lebih serius namun tergolong langka.
Bila imunisasi sebelumnya tidaklah dapat diberikan kepada orang-orang yang usianya sudah di atas 6 tahun, maka imunisasi difteri jenis Td atau Tdap inilah yang lebih diperuntukkan bagi remaja dan usia dewasa. Vaksin tetanus difteri ini pemberiannya dilakukan bagi remaja dan orang dewasa sebagai suntikan pendorong 10 tahun sekali.
Biasanya vaksin ini pun dapat diberikan kepada seseorang sehabis terpapar tetanus dan sebetulnya Tdap mirip dengan Td hanya saja Tdap ini dapat memroteksi dari kondisi pertusis. Pemberian Tdap perlu dilakukan sebagai pendukung atau penguat pengganti Td sekali. Tdap penting bagi orang-orang yang sering berinteraksi dengan bayi atau balita.
Siapa yang perlu menerima imunisasi Tdap?
Remaja yang usianya 11-18 tahun atau yang usianya lebih ke 11-12 tahun serta orang dewasa yang usianya 19 tahun ke atas, lalu anak-anak usia 7-10 tahun yang tak menerima imunisasi pertusis secara total, kemudian juga wanita hamil pada usia kehamilan 27-36 minggu perlu mendapatkan imunisasi ini.
Tujuan pemberian imunisasi pada ibu hamil adalah untuk membuat jumlah antibodi pelindung bisa lebih maksimal yang diberikan pada calon bayi. Hanya saja, pada dasarnya pemberian imunisasi atau vaksin kepada ibu hamil bisa dilakukan setiap saat selama masa kehamilan.
Bila Tdap ini belum diperoleh oleh para ibu yang baru saja melahirkan, maka mereka harus mendapatkannya sesegera mungkin setelah persalinan. Untuk jenis imunisasi ini, pemberiannya bisa dilakukan kapanpun vaksin Td atau tetanus difteri terakhir dilakukan serta diterima.
Siapa yang tak boleh menerima imunisasi jenis ini?
Bagi seseorang yang pernah sampai mengalami reaksi alergi yang mengancam jiwa setelah sebelumnya diberi vaksin tetanus atau difteri atau memiliki alergi serius pada bentuk vaksin ini tak dianjurkan menerima imunisasi Td. Anda perlu memberi tahu lebih dulu kepada orang yang bertugas memberi vaksin tentang kondisi alergi Anda.
Konsultasilah dengan dokter sesegera mungkin apabila mengalami sakit parah atau pembengkakan pada tubuh sesudah menerima vaksin difteri atau tetanus. Bahkan Anda perlu bicara dengan dokter ketika mempunyai kondisi sindrom Guillian Barre (GBS) atau tak merasa baik pada waktu hari-H Anda akan memperoleh suntikan imunisasi.
Dosis
Pemberian imunisasi ini adalah dengan dosis tunggal di mana hanya sekali untuk setiap orang yang telah dijadwalkan menerimanya. Vaksin Td diketahui mempunyai kandungan toksoid difteri di mana dosisnya sepersepuluh lebih sedikit dari vaksin DT. Per dosis, ukurannya adalah sama, yakni 0,5 ml.
Risiko Efek Samping
Efek samping imunisasi ini cukup ringan namun tetap harus diwaspadai. Beberapa efek samping paling umum yang terjadi pasca penyuntikan adalah:
Namun pada beberapa kasus tertentu, efek samping bisa cukup serius, seperti demam tinggi, nyeri yang tak tertahankan, serta perdarahan pada bagian lengan (area yang disuntik) namun kasus ini tergolong jarang.
Itulah upaya preventif terhadap gejala difteri serta tetanus yang bisa didapatkan melalui vaksin Dt, Dtap, Td dan Tdap. Imunisasi difteri adalah hal yang penting agar mampu meningkatkan kekebalan tubuh dari bakteri yang menyebabkan difteri. Jika diberikan sejak kecil, maka diyakini perlindungan yang ditawarkan bisa sampai kita sudah dewasa.