Demensia merupakan sebuah jenis penyakit yang umumnya diderita oleh orang-orang yang sudah lanjut usia, namun sebenarnya hal ini tak menutup kemungkinan bagi anak-anak mengalaminya. Demensia sendiri adalah kondisi daya ingat dan cara berpikir yang menurun sehingga akhirnya berpengaruh besar pada aktivitas harian penderitanya, kemampuan dalam bersosial, hingga gaya hidup keseluruhan.
Seorang anak usia 6 tahun bernama Reece Mitchel harus mengalami demensia di masa yang masih teramat muda padahal tumbuh kembangnya awalnya normal. Barulah saat ia memasuki usia 3 tahun, tiba-tiba terjadi kejang yang cukup serius pada tubuhnya yang diduga orangtuanya sebagai gejala autisme.
Usai membawa anak mereka ke dokter, hasil pemeriksaan justru menunjukkan bahwa ia menderita Batten, sebuah penyakit langka jenis demensia yang terjadi umumnya pada anak-anak. Mulai dari dirinya kejang parah, Reece kemudian kehilangan penglihatannya dan juga beberapa kemampuan seperti minum sendiri dan bahkan kehilangan kemampuan berjalan.
Karena penyakit jenis demensia namun langka inilah menurut sang ibu, Donna, dilansir dari The Sun justru merenggut karakter Reece. Kini kemampuan yang tertinggal pada Reece adalah menyebut kata ‘ibu’ setelah banyak kemampuannya yang hilang. Penyakit Batten sendiri merupakan sebuah kelainan sistem saraf yang memang awalnya terjadi pada usia anak menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke atau NINDS.
Beberapa gejala umum dari jenis penyakit demensia seperti Batten ini antara lain adalah seperti berikut:
Walau nampaknya penyakit ini begitu mengancam, Donna tidak berhenti berharap bahwa buah hatinya bisa mengalami kemajuan dalam kondisinya. Bersama dengan Alexandra (16) dan Courtney (26) yang merupakan kedua anaknya yang lain, ia banyak menghabiskan waktu bersama Reece dan terus punya harapan bahwa Reece akan membaik.
Umumnya, untuk jenis penyakit seperti demensia dapat dipastikan dengan menempuh beberapa langkah pemeriksaan, yaitu:
Adapun pengobatan demensia tujuan utamanya adalah supaya gejala yang timbul dapat dihambat sehingga kemunculan komplikasi juga dapat dicegah. Pengobatan dengan beberapa jenis terapi seperti terapi okupasi, terapi stimulasi kognitif, rehabilitas kognitif, dan terapi ingatan pun bertujuan supaya pasien mampu lebih mudah beradaptasi dengan kondisi yang sedang ia idap.
Beberapa langkah pengobatan lain yang umumnya diberikan adalah operasi, khususnya jika demensia merupakan dampak dari hidrosefalus, cedera otak, ataupun tumor otak. Obat-obatan seperti antidepresan, antipsikotik, dan antiansietas juga diberikan sesuai dengan gejala yang dialami oleh penderitanya.