Anda pernah mengalami keracunan makanan? Atau pernah tidak membayangkan akan mengalami hal tersebut suatu saat? Bagi anda yang telah mengalami atau belum, mari ketahui lebih dalam mengenai faktor penyebab keracunan makanan. Karena setiap orang mempunyai peluang untuk mengalaminya. Ditambah pula dengan semakin banyak masayarakat yang hobi untuk singgah ke rumah makan atau sekedar hang out berlama-lama di sebuah café. Tanpa disadari itu membuka peluang yang semakin besar untuk mengalami keracunan makanan. Namun sejujurnya, makanan yang Anda olah sendiri pun belum menjamin Anda dan keluarga selamat dari keracunan.
Lalu, apa faktor sebenarnya yang dapat membuat makanan maupun minuman yang Anda konsumsi menjadi tidak aman. Apa saja yang harus Anda waspadai dan titik beratkan sebelum Anda mengkonsumsi makanan Anda. Di sini akan dibahas secara mendetail faktor-faktor penyebab keracunan makanan.
Penyebab ini adalah penyebab yang paling sering ditemukan pada pasien keracunan makanan. Masih banyak masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan dalam makanan yang mereka makan. Mungkin dibenak mereka hanya sesekali, sehingga tidak akan membahayakan.
Tidak mencuci makanan terutama daging mentah dengan bersih dan tidak memasaknya dengan sempurna. Hal ini akan menyebabkan bakteri yang telah berada di dalamnya tetap hidup dan masuk ke dalam tubuh. Memasak daging setengah matang atau bahkan mentah sangat tidak dianjurkan.
Tidak menyimpan makanan pada suhu yang tepat. Bahan makanan yang mentah dan makanan olahan susu harus segera dimasukkan ke dalam kulkas. Agar organisme yang berada dalam makanan tidak dapat hidup dan berkembang. Membiarkan makanan yang telah matang pada suhu hangat dan lembab terlalu lama. Bakteri hidup pada suhu ruangan. Tidak dapat hidup pada suhu dibawah 9˚c dan diatas 45˚c, tergantung dari masing-masing jenis bakteri.
Terjadi kontaminasi silang pada makanan. Misalnya, Anda menggunakan talenan atau pisau yang telah digunakan pada daging mentah dan belum dicuci untuk memotong makanan yang siap disantap, seperti roti, keju, dan sebagainya.
Peralatan makan yang dicuci dengan menggunakan air bekas cucian sebelumnya juga rentan terkena bakteri merugikan. Misalnya, Anda pasti sering melihat penjual makanan dipinggir jalan yang kesulitan air sehingga mencuci peralatan makannya dengan menggunakan air di ember yang sebelumnya telah dipakai untuk mencuci.
Makanan tersentuh secara langsung oleh orang yang berpenyakit atau melalui tangan yang kotor. Biasanya ini berlaku untuk bakteri Salmonella, yaitu penyakit yang menyebabkan penyakit tifus.
Dalam kasus ini, tidak heran jika di antara Anda ada yang tersenyum geli karena termasuk menjadi salah satu orang yang pernah bahkan sering memakan makanan yang telah ditumbuhi jamur. Maksud dari memakan makanan berjamur di sini bukan berarti memakan makanan yang Anda ketahui terdapat jamur, akan tetapi tetap menyantap makanan itu bulat-bulat bersama jamurnya. Jelas bukan. Kalau ada yang seperti itu, sungguh terlalu. Yang dimaksudkan di sini adalah mengkonsumsi sisa bagian makanan yang tidak terlihat berjamur, sementara sebagian yang terkena jamur dibuang. Alasannya tentu karena takut mubazir, sayang dibuang karena mahal atau makanan idaman yang langka Anda dapatkan.
Walaupun bagian yang berjamur telah Anda buang, namun tidak berarti sisa bagian makanan yang terlihat bebas dari jamur itu aman. Karena jamur yang telah tumbuh pada makanan memiliki akar tak kasat mata yang menyebar diseluruh bagian makanan dan akan tumbuh kembali. Hal ini berlaku pada makanan yang lunak, seperti roti, mentega, selai, dan buah lunak lainnya.
Sedangkan makanan yang padat atau keras, seperti seperti keju parmesan, wortel, daging asap, dan lainnya masih diperbolehkan untuk dibuang bagian yang berjamurnya karena akar jamur tidak mampu menembus dan menjalar ke bagian dalamnya. Jamur berbahaya bagi diri Anda karena jamur dapat menyebabkan masalah gangguan pernapasan atau alergi makanan. Buruknya lagi, terdapat jamur yang mampu memproduksi zat beracun yang biasa disebut mikotoksin. Salah satu jenis mikotoksin yang berkaitan dengan kaknker hati adalah aflotoksin.
Permasalahan terakhir ini bukan sesuatu yang terjadi karena tidak sengaja, namun memang sengaja dilakukan. Tidak sedikit pedagang atau produsen yang mencampur zat kimia ke dalam makanan yang dijual atau diproduksi untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Misalnya, makanan yang dicampur dengan formalin kan bertahan lama dan lebih kenyal. Bahaya Formalin Pada Makanan dapat menyebabkan tubuh kita keracunan zat kimia yang tidak baik bagi kesehatan.
Makanan kalengan yang menggunakan wadah besi dalam jangka waktu yang lama. Zat kimia di dalam wadah tersebut akan bersenyawa dan masuk ke dalam makanan. Wadah plastik atau kantong plastik yang digunakan untuk menampung makanan atau minuman. Apalagi dilakukan pemanasan menggunakan wadah tersebut. Zat kimia yang berada dalam plastik akan pindah ke makanan. Hal seperti akan menyebabkan tubuh Anda keracunan makanan apalagi kebiasaan ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Selanjutnya, akan disebutkan beberapa bakteri, virus, jamur dan protozoa yang merugikan dan mencemari makanan Anda. Beberapa di antaranya sudah sangat familiar bagi Anda.
Bakteri
Virus
Jamur
Aspergillus flavus merupakan jamur yang menghasilkan toksin atau racun berupa aflatoksin. Aflatoksin adalah senyawa racun atau toksin yang dihasilkan oleh metabolit sekunder jamur Aspergillus flavus. Aflatoksin merupakan segolongan mikotoksin yang sangat mematikan dan karsinogenik (pemicu kanker) bagi manusia dan hewan. Bahaya Racun Aflatoksin Pada Makanan Bagi Manusia dapat berakibat pada kematian
Protozoa (Parasit)
Demikianlah penjelasan daripada faktor penyebab keracunan makanan. Mulai dari kebiasaan buruk yang sering dilakukan, sampai jenis mikroorganisme yang mencemari makanan Anda. Mulai dari sekarang lebih peka lagi terhadap makanan Anda. Karena Anda tidak akan tahu bahaya penyakit apa yang mengintai Anda dan keluarga. Sebelum terjadi, baiknya Anda mengetahui Cara Mencegah Keracunan Makanan.