Featured

Dinyatakan Mati Otak, Seorang Bayi Laki-laki Berhasil Lahir dari Wanita Ini

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Catarina Sequeira (26) adalah seorang ibu muda yang telah dinyatakan positif mengalami brain death atau mati otak. Pernyataan tentang kondisinya tersebut adalah sejak bulan Desember tahun lalu, 2018 dan hal tersebutlah yang menyebabkan dirinya koma selama 3 bulan lebih. Serangan asma-lah yang menjadi sebab utama kondisi mati otaknya tersebut.

Yang lebih mengejutkan adalah ia menderita mati otak saat sedang mengandung. Pada masa kehilangan kesadaran, Catarina pun harus dibantu oleh ventilator agar bayi di dalam perutnya bisa bertahan hidup. Kabar baiknya, seorang bayi laki-laki berhasil lahir dari rahim Catarina terlepas dari kondisinya yang seperti tak ada harapan.

Bayi laki-laki yang dinamakan Salvador tersebut melalui bedah caesar berhasil lahir dengan selamat. Ini karena dokter menganggap bahwa usia kehamilan yang sudah 32 minggu adalah waktu yang tepat dan kemungkinan hidup sang bayi jauh lebih tinggi. Meski kondisi sang ibu dalam keadaan koma, pihak keluarga terutama sang suami ingin sang bayi tetap lahir.

Filipe Almeida selaku kepala komite etika rumah sakit dilansir dari laman Detik Health mengemukakan bahwa telah ada diskusi antara pihak rumah sakit dan keluarga Catarina untuk menjaga bayi tetap hidup selama berada dalam kandungan. Dan beruntung, Salvador berhasil lahir dengan bobot 1,7 kg di mana setelahnya selama 3 minggu atau lebih masih harus memperoleh perawatan intensif.

Mati otak sendiri merupakan sebuah kondisi tak lagi berfungsi dan bekerjanya bagian otak pengatur aktivitas penghidupan karena ketiadaan suplai oksigen serta darah menuju otak. Oleh sebab itu, sistem otak pun seluruhnya dapat mengalami gagal fungsi, mulai dari pernapasan hingga detak jantung.

Saat fungsi otak seperti ini sudah hilang karena ‘mati’ otomatis tak lagi bisa dipulihkan dan pada beberapa kasus, otak bisa mati sebelum kemudian disusul dengan detak jantung yang benar-benar berhenti menyeluruh. Hal tersebut berisiko lebih besar pada pasien yang sudah mengalami koma panjang dan harus bertahan hidup menggunakan alat bantu medis seperti ventilator seperti yang kita jumpai pada kasus Catarina tersebut.