Sandiaga Uno, cawapres (calon wakil presiden) 2019 pada debat pilpres terakhir sempat menyebutkan tentang pengalaman istrinya yang pada usia 42 tahun harus melahirkan. Saat membahas solusi stunting di Indonesia, Sandiaga pun menceritakan tentang Nur Asia, istrinya sendiri yang ASI-nya tak lancar sehabis melahirkan di usia kepala empat.
Menurutnya, produksi air susu ibu yang menurun disebabkan oleh usia yang sudah kepala empat alias sudah cukup tua untuk menyusui. Padahal, sebenarnya penyebab ASI berkurang tak ada kaitannya dengan usia saat menyusui yang telah tua atau bukan. Berikut ini adalah sejumlah alasan kenapa produksi ASI kurang banyak dan bukannya dipicu oleh faktor usia.
PCOS atau polycystic ovary syndrome, tekanan darah tinggi, penyakit gula alias diabetes, tiroid rendah atau tinggi, serta anemia atau bahkan gangguan hormonal mampu menjadikan seorang wanita sulit hamil atau bagi yang sudah melahirkan akan sulit menyusui. Maka perhatikan kondisi kesehatan dan segera konsultasikan jika memang ada yang mengganggu.
Karena beberapa alasan tertentu, sejumlah wanita memiliki perkembangan payudara yang tak seperti pada normalnya. Karena hal ini, terkadang ada beberapa kasus di mana kelenjar susu tak memadai jadinya sehingga kebutuhan ASI bayi tak bisa terpenuhi.
Meski demikian, sebenarnya tak apa untuk terus menyusui si kecil, dan bahkan tak masalah untuk terus memompa ASI. Bila perlu, konsumsilah obat yang diresepkan oleh dokter atau lakukan kunjungan dan diskusikan hal ini dengan ahli laktasi. Walau keluar sedikit, terus susui bayi karena kebutuhan gizinya tetap harus dipenuhi melalui ASI.
Entah itu KB hormonal dalam bentuk tambalan, injeksi ataupun pil, produksi ASI bisa saja mengalami penurunan. Jika memang ada hubungannya dengan penggunaan KB hormonal ini, cobalah berhenti dulu dalam pemakaian, konsultasikan dengan dokter, cari solusinya, dan lihat bagaimana perubahan dan perkembangan produksi ASI setelahnya.
Produksi ASI sedikit atau cenderung berkurang mungkin juga disebabkan oleh riwayat menjalani operasi pada bagian payudara, baik itu karena alasan medis ataupun kosmetik. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya kerusakan atau luka yang terjadi akibat operasi. Jika operasi pengurangan payudara, maka untuk mengatasinya suplemen dari dokter cukup efektif, namun pada kasus implan payudara, biasanya proses menyusui berjalan lancar, bahkan untuk ASI eksklusif.
Meski bukan termasuk proses operasi, tindik di bagian puting payudara juga mampu menjadi salah satu penyebab kelenjar susu pada daerah tersebut rusak. Karena kerusakan ini, produksi ASI bisa kemudian menjadi berkurang atau terganggu.
Pada dasarnya, produksi ASI oleh payudara disesuaikan dengan seberapa banyak yang tubuh bayi perlukan. Payudara dapat menganggap bahwa kebutuhan bayi akan susu hanya sedikit ketika bayi jarang menyusu. Pada tahap ini, biasanya ibu akan memberi sufor (susu formula) karena telanjur mengira ASI terlalu sedikit, padahal hal ini malah akan membuat bayi makin jarang menyusu langsung dan ASI yang terproduksi makin sedikit saja.
Beberapa ibu menyusui akan menggunakan dot bayi diantara waktu menyusui sehingga waktu menyusui ini tak rutin. Payudara bisa jadi ‘penuh’ karena hal ini dan malah menjadi faktor penghambat produksi ASI karena pada dasarnya produksi ASI oleh payudara berlangsung berkelanjutan.
Jamu sekalipun tergolong herbal dan alami bisa saja berpengaruh buruk bagi produksi ASI. Obat-obatan seperti bromocriptine, methergine, dan pseudoefedrin juga dapat membuat produksi susu menurun jika dikonsumsi saat sedang menyusui. Lakukan konsultasi dengan dokter agar pengobatan bisa disesuaikan dengan kondisi tubuh yang sedang menyusui.
Berkurangnya ASI ada juga pengaruhnya dari fisik yang kembali aktif bekerja setelah ambil cuti hamil. Stres fisik dan mental dapat menjadi faktor berkurangnya produksi ASI sehingga gizi bayi kurang dapat terpenuhi. Maka dari itu, pastikan untuk gunakan pompa ASI yang bagus dan efektif serta rutinlah melakukan pompa ASI terlepas dari kondisi fisik dan mental yang sedang lelah.
Rasa kantuk dan lelah memang dirasakan oleh para ibu menyusui, dan inilah yang kerap mungkin jadi alasan bagi para ibu untuk tak menyusui di malam hari. Bukan hanya menyebabkan berat badan bayi menurun, hal ini juga bisa jadi pemicu produksi ASI berkurang, padahal hormon prolaktin justru tinggi-tingginya pada waktu malam untuk produksi ASI lebih banyak oleh payudara.
ASI berkurang mungkin saja bukan karena adanya masalah pada hormon dan kelenjar susu sang ibu, melainkan karena bayi mengalami kuning atau jaundice sehingga kemampuannya saat menyusu kurang efektif. Jaundice pada bayi ini ada kaitannya dengan para ibu yang dulunya sempat mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk proses persalinan.
Tak hanya pada pihak sang ibu yang bisa bermasalah ketika produksi ASI berkurang, sebab bayi dengan kesulitan saat menyusui bisa saja membuatnya memperoleh ASI dengan kadar yang kurang. Biasanya, para bayi memanfaatkan lidah untuk bisa membuat ASI berhasil keluar, lalu terdorong ke dalam tubuhnya. Namun ketika seorang bayi mengalami tongue-tie, hisapan akan menjadi sulit saat menyusui.
Potensi penyebab kadar ASI yang turun salah satunya juga adalah ibu yang merokok. Kebiasaan ini rupanya bisa menjadi pemicu gangguan hormonal sehingga produksi susu pun terhambat karena sinyal hormon yang seharusnya terkirim ke payudara juga mengalami gangguan.
Makan makanan bernutrisi tinggi secara seimbang serta asupan air putih yang banyak sebenarnya adalah faktor yang bisa memperbanyak produksi ASI. Jadi ketika produksi ASI sedikit atau cenderung mengalami penurunan, bisa jadi, asupan makanan dan cairan sang ibu kurang baik.
Jadi sebenarnya bukan masalah usia bagaimana ASI terproduksi banyak atau sedikit, meningkat atau menurun. Berbagai faktor yang telah disebutkan tersebut menjadi pemicu kebanyakan kasus ASI tak maksimal, maka bila perlu konsultasikan lebih dalam dan jauh dengan dokter Anda.