Mungkin sebagian dari kita sudah tak asing dengan infeksi nosokomial, yakni sebuah kondisi infeksi yang biasanya justru didapat oleh penderita dari lingkungan rumah sakit. Infeksi mampu berkembang ketika seseorang sedang ada di rumah sakit. Salah satu contohnya adalah infeksi yang berasal dari salah seorang staf rumah sakit menulari salah seorang pasien ketika datang ke rumah sakit.
Pada negara miskin dan berkembang, penyakit ini lebih mudah hadir dan menyebar. Bahkan kondisi infeksi nosokomial bukan hanya menjadi penyakit lokal, melainkan mendunia karena memang dapat berpotensi dialami oleh orang-orang di seluruh dunia. Jangan pernah sepelekan infeksi nosokomial ini karena memang kondisi penyakit ini mampu menyebabkan kematian terutama pada pasien-pasien yang menerima perawatan rumah sakit.
Ada macam-macam penyakit yang dapat terjadi pada seseorang yang sudah terkena infeksi nosokomial ini. Gejala dari penyakit-penyakit akibat infeksi ini pun juga tidak sama antara satu dengan yang lain. Infeksi yang terjadi pada luka operasi, pneumonia, infeksi pada aliran darah, serta infeksi saluran kencing adalah jenis-jenis penyakit yang paling kerap dialami oleh penderita infeksi nosokomial.
(Baca juga: infeksi kulit karena bakteri)
Penyebab utama seseorang dapat tertular infeksi nosokomial bukanlah dari rumah sakit itu sendiri, melainkan bakteri yang tersebar di dalam rumah sakit. Kesalahan dapat terjadi dan dilakukan oleh staf rumah sakit sehingga akhirnya bakteri malah menulari pasien yang tengah mendapat perawatan di rumah sakit. Hal-hal di bawah ini adalah faktor penyebab atau risiko yang memang perlu mendapat perhatian lebih.
Berasal dari bakteri, infeksi nosokomial memang terjadi dari bakteri MRSA di mana ini termasuk jenis bakteri pada golongan gram positif yang resistensinya cukup tinggi terhadap bakteri Staphylococcus aureus atau metisilin serta Acinetobacter yang masuk dalam golongan bakteri gram negatif. Bakteri inilah yang patut diwaspadai oleh semua staf rumah sakit maupun para pasien serta orang-orang yang berkunjung ke rumah sakit.
(Baca juga: jenis penyakit menular)
Bakteri muncul pada suatu lingkungan dan dengan cepat menyebar bisa dikarenakan kebersihan yang prosedurnya berjalan secara tidak benar. Faktor kebersihan yang kurang selalu mengakibatkan penyakit, tak hanya di lingkungan rumah sakit, lingkungan tempat tinggal pun juga demikian. Bakteri sangat suka bersarang di tempat-tempat yang kurang bersih, maka rumah sakit yang kurang menjaga kebersihan pun dapat menuai kasus di mana pasiennya terkena infeksi.
Ketika seseorang memiliki sistem imun yang kurang atau menurun, maka penyakit pun akan mudah hinggap ke tubuhnya. Bakteri maupun virus sangat gampang menginvasi tubuh manusia dengan rendahnya sistem daya tahan tubuh, termasuk bakteri MRSA yang sudah disebutkan sebelumnya. Kekebalan yang melemah justru menjadi peluang bagi penyakit untuk merongrong pasien.
Itu jugalah alasan mengapa kini bisa kita lihat semakin banyak pasien yang menempuh rawat jalan. Risiko penularan infeksi nosokomial pun menjadi menjadi lebih besar dari yang dulu-dulu. Maka dari itu, setiap orang perlu mengetahui betul apa saja cara meningkatkan daya tahan tubuh supaya terhindar dari infeksi bakteri berbahaya.
(Baca juga: penyakit yang disebabkan oleh virus)
Pada setiap rumah sakit selalu ada sistem yang mengatur pergantian tugas staf yang mengurusi pasien-pasien yang dirawat di sana. Ada sejumlah rumah sakit yang pastinya memiliki sebuah sistem pergantian staf kesehatan tak pasti dalam merawat satu pasien ke pasien lainnya dengan sengaja dibuat berganti-ganti. Kemungkinan selalu ada bagi staf untuk tidak menjaga kebersihan dirinya sendiri, maka ketika stafnya sendiri tidak higienis dan steril, tentu ialah yang akan dianggap sebagai agen yang menyebar infeksi.
Penyebab lainnya yang juga perlu menjadi kewaspadaan pasien adalah faktor usia pasien yang sudah lebih dari 70 tahun di mana tingkat kerentanan makin tinggi di sini. Tak hanya berlaku pada anak-anak, orang yang sudah tergolong manula pun akan memiliki sistem daya tahan tubuh yang tak sebagus pada usia sewaktu muda. Ini yang kemudian membuka peluang besar bagi seseorang dengan usia tersebut lebih rentan tertular jenis infeksi nosokomial ini.
(Baca juga: jenis-jenis antibiotik dan manfaatnya)
Pasien yang kondisinya sedang koma akan lebih rentan rupanya terkena infeksi bakteri, terutama infeksi nosokomial. Para pasien yang tengah dalam keadaan koma serta syok pada waktu yang telah lama, seperti misalnya penderita cedera kepala dan juga stroke akan lebih mudah terjangkit infeksi ini.
Pasien yang sudah cukup lama mengonsumsi obat-obatan antibiotik malah justru membuat tubuhnya dapat dengan mudah diserang oleh bakteri. Infeksi nosokomial bakal jauh lebih gampang menjangkiti orang-orang dengan konsumsi antibiotik jangka panjang atau pasien yang dalam riwayat kesehatannya pernah memperoleh perawatan intensif dengan menggunakan antibiotik.
(Baca juga: gejala infeksi lambung)
Setiap orang bakal mengalami hal yang berbeda karena memang infeksi nosokomial sendiri juga menyerang organ yang tidak sama. Ada kasus infeksi yang rupanya memberikan serangan di bagian saluran kemih misalnya. Bahkan ada juga kasus di mana infeksi terjadi di seluruh tubuh lewat paru-paru, kulit, saluran pencernaan, luka operasi, hingga aliran darah. Gejala-gejala yang dirasakan oleh pasien pun menjadi berbeda-beda, namun yang paling umum adalah seperti berikut ini:
Contoh gejala infeksi nosokomial yang menyerang bagian saluran kemih penderita:
(Baca juga: bahaya infeksi saluran kencing)
Contoh gejala infeksi nosokomial yang mengenai bagian organ paru-paru:
Contoh gejala infeksi nosokomial yang penyerangannya melalui kulit atau luka operasi:
(Baca juga: bahaya infeksi rsv)
Contoh gejala infeksi nosokomial yang penyerangannya lewat saluran pencernaan penderita:
Contoh gejala infeksi nosokomial secara umum yang dialami oleh penderita:
(Baca juga: penyebab infeksi ginjal)
Metode Diagnosa Infeksi Nosokomial
Dalam mendiagnosa apakah pasien tertentu mengidap infeksi nosokomial, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik. Hanya metode tersebut yang akan digunakan oleh dokter untuk mengetahui adanya gejala infeksi misalnya dari adanya nanah, ruam, atau peradangan. Namun bila pemeriksaan fisik dirasa kurang cukup, tes urin dan tes darah akan menjadi prosedur pemeriksaan berikutnya. Tes tersebut tidaklah wajib karena dokter hanya menyarankan, namun bila Anda ingin mengetahui dan memastikan kondisi sebenarnya, maka kedua tes lanjutan butuh ditempuh.
Supaya infeksi tidak menyebar ke pasien lainnya, ada cara pencegahan yang kiranya bisa diikuti dan dilakukan, terutama oleh para staf rumah sakit. Supaya penularan infeksi dapat dicegah, hal-hal berikutlah yang paling penting:
(Baca juga: infeksi telinga)
Bila sudah telanjur terkena infeksinya, memang antibiotik biasanya menjadi pilihan pengobatan dan khusus untuk infeksi nosokomial pun ada banyak macam antibiotik yang bisa dimanfaatkan, khususnya bagi bakteri gram positif. Namun bagi kondisi infeksi nosokomial yang dipicu oleh bakteri gram negatif, tidak banyak jenis antibiotik yang bisa digunakan sebagai obatnya.
Ada beberapa kategori prosedur cara mengobati infeksi nosokomial dan hal ini ditentukan oleh tingkat maupun jenis komplikasi yang terjadi pada pasien. Ada 4 kondisi dengan pengobatan yang berbeda-beda dan bisa coba Anda simak di bawah ini:
(Baca juga: ciri-ciri infeksi lambung)
Efek Jangka Panjang Infeksi Nosokomial
Ada dampak-dampak tertentu yang dapat diberikan oleh infeksi nosokomial pada pasien penderitanya. Di bawah ini adalah berbagai potensi dampak yang perlu diketahui dan juga diwaspadai.
(Baca juga: infeksi paru-paru)
Demikianlah hal-hal penting yang perlu Anda ketahui tentang infeksi nosokomial meliputi faktor penyebab, metode diagnosa, gejala-gejalanya, serta pencegahan dan pengobatan hingga dampak negatifnya. Infeksi semacam ini bukan hal baru dan tidak seharusnya diabaikan apalagi diremehkan karena menyangkut nyawa seseorang. Menjaga kebersihan adalah kunci dalam mencegah maupun mengatasi penularannya.