Kesehatan Tubuh

Infeksi Nosokomial – Penyebab, Gejala, Pencegahan dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Mungkin sebagian dari kita sudah tak asing dengan infeksi nosokomial, yakni sebuah kondisi infeksi yang biasanya justru didapat oleh penderita dari lingkungan rumah sakit. Infeksi mampu berkembang ketika seseorang sedang ada di rumah sakit. Salah satu contohnya adalah infeksi yang berasal dari salah seorang staf rumah sakit menulari salah seorang pasien ketika datang ke rumah sakit.

Pada negara miskin dan berkembang, penyakit ini lebih mudah hadir dan menyebar. Bahkan kondisi infeksi nosokomial bukan hanya menjadi penyakit lokal, melainkan mendunia karena memang dapat berpotensi dialami oleh orang-orang di seluruh dunia. Jangan pernah sepelekan infeksi nosokomial ini karena memang kondisi penyakit ini mampu menyebabkan kematian terutama pada pasien-pasien yang menerima perawatan rumah sakit.

Ada macam-macam penyakit yang dapat terjadi pada seseorang yang sudah terkena infeksi nosokomial ini. Gejala dari penyakit-penyakit akibat infeksi ini pun juga tidak sama antara satu dengan yang lain. Infeksi yang terjadi pada luka operasi, pneumonia, infeksi pada aliran darah, serta infeksi saluran kencing adalah jenis-jenis penyakit yang paling kerap dialami oleh penderita infeksi nosokomial.

(Baca juga: infeksi kulit karena bakteri)

Penyebab Infeksi Nosokomial

Penyebab utama seseorang dapat tertular infeksi nosokomial bukanlah dari rumah sakit itu sendiri, melainkan bakteri yang tersebar di dalam rumah sakit. Kesalahan dapat terjadi dan dilakukan oleh staf rumah sakit sehingga akhirnya bakteri malah menulari pasien yang tengah mendapat perawatan di rumah sakit. Hal-hal di bawah ini adalah faktor penyebab atau risiko yang memang perlu mendapat perhatian lebih.

  1. Bakteri MRSA

Berasal dari bakteri, infeksi nosokomial memang terjadi dari bakteri MRSA di mana ini termasuk jenis bakteri pada golongan gram positif yang resistensinya cukup tinggi terhadap bakteri Staphylococcus aureus atau metisilin serta Acinetobacter yang masuk dalam golongan bakteri gram negatif. Bakteri inilah yang patut diwaspadai oleh semua staf rumah sakit maupun para pasien serta orang-orang yang berkunjung ke rumah sakit.

(Baca juga: jenis penyakit menular)

  1. Kebersihan

Bakteri muncul pada suatu lingkungan dan dengan cepat menyebar bisa dikarenakan kebersihan yang prosedurnya berjalan secara tidak benar. Faktor kebersihan yang kurang selalu mengakibatkan penyakit, tak hanya di lingkungan rumah sakit, lingkungan tempat tinggal pun juga demikian. Bakteri sangat suka bersarang di tempat-tempat yang kurang bersih, maka rumah sakit yang kurang menjaga kebersihan pun dapat menuai kasus di mana pasiennya terkena infeksi.

  1. Sistem Daya Tahan Tubuh Rendah

Ketika seseorang memiliki sistem imun yang kurang atau menurun, maka penyakit pun akan mudah hinggap ke tubuhnya. Bakteri maupun virus sangat gampang menginvasi tubuh manusia dengan rendahnya sistem daya tahan tubuh, termasuk bakteri MRSA yang sudah disebutkan sebelumnya. Kekebalan yang melemah justru menjadi peluang bagi penyakit untuk merongrong pasien.

Itu jugalah alasan mengapa kini bisa kita lihat semakin banyak pasien yang menempuh rawat jalan. Risiko penularan infeksi nosokomial pun menjadi menjadi lebih besar dari yang dulu-dulu. Maka dari itu, setiap orang perlu mengetahui betul apa saja cara meningkatkan daya tahan tubuh supaya terhindar dari infeksi bakteri berbahaya.

(Baca juga: penyakit yang disebabkan oleh virus)

  1. Sistem Pergantian Staf

Pada setiap rumah sakit selalu ada sistem yang mengatur pergantian tugas staf yang mengurusi pasien-pasien yang dirawat di sana. Ada sejumlah rumah sakit yang pastinya memiliki sebuah sistem pergantian staf kesehatan tak pasti dalam merawat satu pasien ke pasien lainnya dengan sengaja dibuat berganti-ganti. Kemungkinan selalu ada bagi staf untuk tidak menjaga kebersihan dirinya sendiri, maka ketika stafnya sendiri tidak higienis dan steril, tentu ialah yang akan dianggap sebagai agen yang menyebar infeksi.

  1. Faktor Usia

Penyebab lainnya yang juga perlu menjadi kewaspadaan pasien adalah faktor usia pasien yang sudah lebih dari 70 tahun di mana tingkat kerentanan makin tinggi di sini. Tak hanya berlaku pada anak-anak, orang yang sudah tergolong manula pun akan memiliki sistem daya tahan tubuh yang tak sebagus pada usia sewaktu muda. Ini yang kemudian membuka peluang besar bagi seseorang dengan usia tersebut lebih rentan tertular jenis infeksi nosokomial ini.

(Baca juga: jenis-jenis antibiotik dan manfaatnya)

  1. Kondisi Koma

Pasien yang kondisinya sedang koma akan lebih rentan rupanya terkena infeksi bakteri, terutama infeksi nosokomial. Para pasien yang tengah dalam keadaan koma serta syok pada waktu yang telah lama, seperti misalnya penderita cedera kepala dan juga stroke akan lebih mudah terjangkit infeksi ini.

  1. Pemakaian Antibiotik

Pasien yang sudah cukup lama mengonsumsi obat-obatan antibiotik malah justru membuat tubuhnya dapat dengan mudah diserang oleh bakteri. Infeksi nosokomial bakal jauh lebih gampang menjangkiti orang-orang dengan konsumsi antibiotik jangka panjang atau pasien yang dalam riwayat kesehatannya pernah memperoleh perawatan intensif dengan menggunakan antibiotik.

  1. Pemakaian Kateter Jangka Panjang
  2. Perawatan di Rumah Sakit Lebih dari 3 Hari
  3. Perawatan Ventilasi Mekanis
  4. Pengobatan dengan Pengaruh terhadap Sistem Imun
  5. Syok
  6. Cedera Parah
  7. Makanan Terkontaminasi Bakteri atau Virus
  8. Ketidaksterilan Peralatan Medis
  9. Pengunjung Rumah Sakit Lain
  10. Penggunaan Toilet Bersama Pasien Seruangan

(Baca juga: gejala infeksi lambung)

Gejala Infeksi Nosokomial

Setiap orang bakal mengalami hal yang berbeda karena memang infeksi nosokomial sendiri juga menyerang organ yang tidak sama. Ada kasus infeksi yang rupanya memberikan serangan di bagian saluran kemih misalnya. Bahkan ada juga kasus di mana infeksi terjadi di seluruh tubuh lewat paru-paru, kulit, saluran pencernaan, luka operasi, hingga aliran darah. Gejala-gejala yang dirasakan oleh pasien pun menjadi berbeda-beda, namun yang paling umum adalah seperti berikut ini:

Contoh gejala infeksi nosokomial yang menyerang bagian saluran kemih penderita:

  1. Sensasi terbakar saat berkemih.
  2. Peningkatan frekuensi berkemih.
  3. Sensasi terbakar di bagian bawah perut.
  4. Terasa nyeri pada bagian bawah perut.
  5. Mengalami demam. (Baca juga: penyebab demam)
  6. Sakit ketika digunakan berkemih.
  7. Air seni keluar bersama darah.
  8. Menurunnya jumlah urin yang keluar.

(Baca juga: bahaya infeksi saluran kencing)

Contoh gejala infeksi nosokomial yang mengenai bagian organ paru-paru:

  1. Batuk
  2. Sesak nafas.
  3. Timbul dahak.

Contoh gejala infeksi nosokomial yang penyerangannya melalui kulit atau luka operasi:

  1. Muncul pembengkakan.
  2. Kemerahan pada kulit.
  3. Kulit terasa nyeri.
  4. Mengalami demam.
  5. Luka bernanah.

(Baca juga: bahaya infeksi rsv)

Contoh gejala infeksi nosokomial yang penyerangannya lewat saluran pencernaan penderita:

  1. Sakit perut.
  2. Mual
  3. Muntah
  4. Diare

Contoh gejala infeksi nosokomial secara umum yang dialami oleh penderita:

  1. Napas menjadi lebih cepat.
  2. Tingginya sel darah putih.
  3. Terganggu secara mental dan mengalami kebingungan.

(Baca juga: penyebab infeksi ginjal)

Metode Diagnosa Infeksi Nosokomial

Dalam mendiagnosa apakah pasien tertentu mengidap infeksi nosokomial, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik. Hanya metode tersebut yang akan digunakan oleh dokter untuk mengetahui adanya gejala infeksi misalnya dari adanya nanah, ruam, atau peradangan. Namun bila pemeriksaan fisik dirasa kurang cukup, tes urin dan tes darah akan menjadi prosedur pemeriksaan berikutnya. Tes tersebut tidaklah wajib karena dokter hanya menyarankan, namun bila Anda ingin mengetahui dan memastikan kondisi sebenarnya, maka kedua tes lanjutan butuh ditempuh.

Cara Mencegah Infeksi Nosokomial

Supaya infeksi tidak menyebar ke pasien lainnya, ada cara pencegahan yang kiranya bisa diikuti dan dilakukan, terutama oleh para staf rumah sakit. Supaya penularan infeksi dapat dicegah, hal-hal berikutlah yang paling penting:

  • Menjaga kebersihan ruangan. Steril dan bersih adalah yang paling penting pada sebuah ruangan di rumah sakit dan kebersihan ruangan seharusnya menjadi nomor satu yang perlu diperhatikan. Menggunakan metode kebersihan yang sudah modern akan lebih baik dan efektif. Segala bakteri MRSA, virus influenza, serta gastroenteritis bakal dapat dibasmi secara efektif.
  • Mencuci tangan. Rutinnya mencuci tangan adalah kewajiban para staf rumah sakit karena inilah yang bisa dilakukan demi mencegah agar infeksi nosokomial tidak menular. Hal ini juga efektif dalam menurunkan potensi menularnya mikroorganisme kulit dari satu orang ke orang lainnya.
  • Mensterilkan peralatan medis. Peralatan medis perlu sangat steril bila akan menggunakannya untuk merawat pasien. Para staf rumah sakit perlu dan wajib memerhatikan hal ini serta mensterilisasinya dengan menggunakan cairan kimia, pengeringan, radiasi ion, atau bahkan penguapan bertekanan supaya seluruh mikroorganisme dapat dibasmu secara total.
  • Memberlakukan sistem isolasi. Fungsi dari sistem ini adalah untuk mendukung pencegahan supaya organisme penyakit tak menyebar ke bagian lain di lingkungan rumah sakit. Sistem ini sebaiknya memang diberlakukan pada pasien-pasien yang berpotensi dapat menularkan infeksi.
  • Perabotan berlapis antimikroba. Penting juga dalam memilih perabotan yang memiliki lapisan antimikroba. Guna dari pemilihan ini adalah supaya potensi perkembangan bakteri dapat diminimalisir. Bahan berlapis antimikroba bakal secara efektif dapat menurunkan risiko bakteri berkembang. Untuk lebih detilnya, perabotan yang terbuat dari bahan perak atau tembaga adalah yang paling oke untuk dipertimbangkan.
  • Pemakaian sarung tangan. Cuci tangan secara rutin saja tidaklah cukup karena kotoran dan kuman bakal dapat menempel kembali dengan mudahnya. Maka staf rumah sakit harus selalu menggunakan sarung tangan. Penularan mikroorganisme kulit pun bakal dikurangi dengan mengenakan sarung tangan.
  • Pemakaian baju pelindung. Kontak dengan cairan tubuh dan darah terhadap kulit perlu diminimalisir dengan cara melindungi kulit. Memakai pakaian biasa pun terkadang kurang begitu baik, karena pakaian pun dapat tercemar dengan adanya kontak langsung dengan cairan dan darah tubuh. Maka memakai baju pelindung yang juga disertai dengan masker dan kacamata juga diperlukan.

(Baca juga: infeksi telinga)

Cara Mengobati Infeksi Nosokomial

Bila sudah telanjur terkena infeksinya, memang antibiotik biasanya menjadi pilihan pengobatan dan khusus untuk infeksi nosokomial pun ada banyak macam antibiotik yang bisa dimanfaatkan, khususnya bagi bakteri gram positif. Namun bagi kondisi infeksi nosokomial yang dipicu oleh bakteri gram negatif, tidak banyak jenis antibiotik yang bisa digunakan sebagai obatnya.

Ada beberapa kategori prosedur cara mengobati infeksi nosokomial dan hal ini ditentukan oleh tingkat maupun jenis komplikasi yang terjadi pada pasien. Ada 4 kondisi dengan pengobatan yang berbeda-beda dan bisa coba Anda simak di bawah ini:

  • Kasus pneumonia – Antibiotik selalu menjadi yang pertama untuk diberikan pada pasien, tapi setelah itu dokter masih akan memberikan jenis obat analgesik antipiretik supaya demam dan nyeri sendi dapat mereda. Agar gejala flu dapat reda, pengobatan antiviral atau virus dapat diberikan kemudian.
  • Kasus serangan terhadap saluran kemih – Antibiotik tetap diperlukan dan diberikan kepada pasien, tapi dokter tetap bakal menyediakan obat antifungal. Tujuan dari pemberian pengobatan lanjutan ini adalah supaya komplikasi yang lebih serius dapat dicegah.
  • Kasus pada infeksi aliran darah – Pengobatan antiviral maupun antifungal adalah dua jenis obat yang dapat diberikan secara bersama-sama dengan antibiotik kepada pasien. Namun tak ada salahnya untuk menanyakan segala kemungkinan efek samping dari dua metode pengobatan secara bersamaan tersebut.
  • Kasus infeksi luka operasi – Antibiotik juga berperan penting dalam mengatasi kondisi ini. Namun biasanya dokter bakal memilih untuk mengombinasikannya dengan perawatan khusus untuk luka operasi. Konsultasikan juga hal ini sedetil-detilnya dengan dokter, termasuk juga membicarakan segala potensi efek samping yang dapat terjadi semasa atau setelah pengobatan.

(Baca juga: ciri-ciri infeksi lambung)

Efek Jangka Panjang Infeksi Nosokomial

Ada dampak-dampak tertentu yang dapat diberikan oleh infeksi nosokomial pada pasien penderitanya. Di bawah ini adalah berbagai potensi dampak yang perlu diketahui dan juga diwaspadai.

  • Prevalensi HIV AIDS paling tinggi pada negara-negara yang masih berkembang.
  • Stres fungsional dan cacat fungsional di mana kondisi cacat ini dapat menjadi permanen dan mengakibatkan kematian.
  • Peningkatan biaya kesehatan yang tentunya bakal terjadi di berbagai negara miskin. Akhirnya waktu perawatan di rumah sakit pun ditingkatkan menjadi lebih lam, Obat dan pelayanan lebih mahal.

(Baca juga: infeksi paru-paru)

Demikianlah hal-hal penting yang perlu Anda ketahui tentang infeksi nosokomial meliputi faktor penyebab, metode diagnosa, gejala-gejalanya, serta pencegahan dan pengobatan hingga dampak negatifnya. Infeksi semacam ini bukan hal baru dan tidak seharusnya diabaikan apalagi diremehkan karena menyangkut nyawa seseorang. Menjaga kebersihan adalah kunci dalam mencegah maupun mengatasi penularannya.