Hampir setiap orang tua yang memiliki anak dengan rentan usia 2-5 tahun pasti pernah menemukan anaknya dalam kondisi tantrum. Tantrum ini merupakan bentuk luapan emosi anak yang terjadi ketika anak merasa tidak nyaman atau keinginannya tidak terpenuhi. Pada fase ini orang tua harus memiliki cara untuk menghadapi perilaku tersebut.
Tantrum pada anak biasanya dilakukan dengan cara anak yang marah-marah diikuti dengan perilaku berbaring dilantai, berguling-guling, berteriak, menendang dan melempar semua yang ada disekitarnya. Bahkan pada perilaku tantrum yang terparah anak bisa melukai diri sendiri layaknya anak yang depresi dengan cara membenturkan kepala atau memukul diri sendiri. Ini adalah bentuk ketidaksukaanya pada suatu objek atau lingkungan.
Kategori Tantrum
Tantrum ini dibagi dalam 3 tahap kategori. Setiap kategorinya anak memiliki ciri-cirinya masing-masing.
Penyebab Tantrum Pada Anak
Ada beberapa hal yang diindikasi menjadi penyebab munculnya tantrum pada anak.
Terhalangnya keinginan anak untuk mendapatkan sesuatu atau keinginan yang tidak terpenuhi bisa menyebabkan anak melampiaskan dengan cara melakukan perilaku tantrum. Hal ini dikarenakan keinginan memang tidak tersedia atau memang benar-benar dilarang karena berbahaya. Misalnya ketika anak ingin bermain hujan. Orang tua yang tidak ingin anaknya sakit pasti melarang keinginan tersebut. Jika anak tidak memahami alasan yang ada, bisa saja anak marah dengan melakukan tantrum.
Anak-anak memiliki cara berkomunikasi yang berbeda dengan orang tua. Dalam beberapa kasus perbedaan ini bisa menyebabkan salah persepsi bagi yang menerima informasi tersebut, sehingga menyebabkan perbedaan ekspektasi antara anak dan orang yang mendengarkan informasinya. Jika ia merasa apa yang ia inginkan tidak tersampaikan dengan baik dan berakibat pada kesalahan pemberian respon, maka anak akan melampiaskan dengan tantrum.
Ketika anak berada dalam kondisi yang tidak nyaman, baik kondisi atau tempatnya, anak-anak akan merasa merasa kesal dan bisa saja berujung pada perilaku tantrum. Misalnya di hari lebaran, orang tua mengajak anaknya untuk bersilaturahmi ke sanak-saudara. Jarak yang ditempuh cukup jauh dan anak dipakaikan pakaian yang tidak nyaman. Kondisi lelah dan tidak nyaman tersebut bisa menyebabkan anak mengalami tantrum.
Orang tua kadang malu ketika anaknya bertingkah seperti ini biasanya akan melakukan tindakan spontan yang dirasa akan cepat meredakan tantrum anak, misalnya dengan memarahinya atau mencubitnya. Hal ini sebenarnya malah sangat tidak diperbolehkan. Menghadapi anak tantrum dengan tindakan fisik atau kekerasan herbal tidak akan menyelesaikan tantrum anak. Bisa-bisa tantrum malah akan semakin menjadi-jadi. Untuk menghadapi situasi ini, berikut ini cara menghadapi anak tantrum :
Penyebab tantrum sangat beragam. Bisa saja ketika anak merasa dalam kondisi yang tidak nyaman, lelah bahkan sakit. Cara pertama yang harus dipahami untuk menghadapi anak tantrum adalah dengan mengetahui penyebab tantrum tersebut. Anda bisa mengingat kira-kira apa saja yang membuat anak anda tantrum. Lakukan pengamatan beberapa kali dan ingatlah untuk tidak menempatkan anak dalam kondisi tersebut agar tantrumnya tidak muncul.
Sebelum anak tantrum biasanya mereka akan menunjukan tanda-tanda awal. Tanda-tanda awal ini misalnya anak yang rewel, merengek bahkan membuang apa yang ada di tangannya. Jika anda mengetahui bahwa ini adalah gejala awal anak anda akan tantrum maka anda bisa langsung memberikan penanganan dengan mengalihkan perhatiannya.
Cara menghadapi anak tantrum lainnya dengan mengalihkan perhatian. Anda bisa memperlihatkan suatu objek yang kiranya ia minati misalnya dengan menunjuk mobil yang sedang lewat dan menceritakan cerita unik dari objek tersebut. Cara mengetahui apa yang bisa mengalihkan perhatian anak ini bisa diketahui orang tua saat mengamati perilaku anak sehari-hari.
Ketika anak sudah melakukan tantrum biasanya akan mengobjekan benda-benda yang ada disekitarnya. Jika sudah begini amankan kondisi disekitar anak, misalnya menyingkirkan benda-benda yang terbuat dari kaca atau besi yang dapat melukai anak ketika ia menyentuhnya. Hal ini juga perlu disadari apabila mungkin ada terjadinya jenis gangguan mental pada anak lainnya.
Ketika anak tantrum yang disebabkan oleh keinginannya kepada hal-hal yang tidak baik tidak terpenuhi maka anda mau-tidak-mau dilarang menurutinya. Jika anak anda melakukan tantrum setelah keinginannya tidak dipenuhi dan dilakukan di tempat umum yang mana orang-orang bisa terganggu, jangan sampai anda menyerah dan menurutinya karena malu. Jika ini dilakukan, anak akan merasa bahwa senjatanya, yaitu tantrum di tempat umum berhasil membuat anda menuruti keinginannya. Maka bisa jadi ia akan mengulanginya lagi. Jangan sampai anda menyerah dengan mudah dan menurutinya. Anda bisa mengabaikannnya sesaat atau meninggalkannya namun tetap dalam jangkauan.
Ketika anak mengalami tantrum dan ditertawakan karena tingkahnya yang lucu misalnya, ini akan membuatnya melakukan tantrum lagi di lain waktu untuk menarik perhatian orang-orang disekitarnya.
Anak harus mengetahui jika keinginannya harus disampaikan dengan baik. Jangan merespon anak ketika masih dalam keadaan tantrum. Anak-anak harus tahu bahwa orang tua yang memegang kendali. Artinya anak boleh menyampaikan pendapatnya asal dengan cara yang baik. Dengan begitu anak akan belajar caranya menyampaikan pendapat dengan cara yang baik.
Ketika tantrum anak telah reda, berikan pelukan. Bisikan kata-kata yang menenangkan. Jika anda tadi melakukan sikap mengabaikan tantrumnya, jelaskan alasan hal tersebut anda lakukan karena ingin anak meminta dengan baik, bukannya dengan maksud tidak peduli yang sesungguhnya. Ajaklah anak membuat perjanjian apa yang harus dilakukan ketika menyampaikan keinginannya.
Anak yang melakukan perilaku tantrum biasanya dikarenakan orang lain tidak faham dengan keinginannya dan kurang memperhatikan cara meresponnya. Jika kita bisa mengajak anak untuk bernegosiasi bagaimana cara menyampaikan keinginan, maka perilaku tantrum tersebut bisa di ditangani.