11 Bahaya Penyakit Thalasemia yang Wajib di Waspadai

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Salah satu jenis penyakit kelainan darah yakni thalasemia termasuk dalam penyakit yang berbahaya sebab tidak bisa disembuhkan yang membuat penderitanya harus melakukan transfusi darah seumur hidup meski bukan penyakit menular dan bisa dicegah dengan cara tidak melakukan perkawinan jika pasangan memang memiliki sifat pembawa thalasemia. Definisi thalasemia bisa terjadi karena tidak seimbangnya rantai protein globin alfa serta beta dalam membentuk hemoglobin.

Sel darah merah pada penderita thalasemia nantinya akan berumur pendek yakni hanya sekitar 20 sampai 30 hari dimana dalam keadaan normal bisa berumur hingga 120 hari. Bahaya penyakit thalasemia memiliki kadar yang sama baik untuk thalasemia beta mayor dan juga thalasemia beta intermedia yang akan kami ulas secara khusus berikut ini.

  1. Gangguan Jantung

Bahaya pertama dari penyakit thalasemia yang merupakan salah satu jenis penyakit pada sistem peredaran darah adalah gangguan jantung. Kadar zat besi tinggi yang terjadi pada penderita thalasemia akan mengakibatkan jantung menjadi rusak sehingga tidak tingkat kekuatan pompa dari organ jantung akan menurun, aritmia atau detak jantung yang tidak beraturan, aritmia dan juga cairan yang menumpuk dalam organ jantung.

Jika ini sampai terjadi, maka penderita thalasemia diwajibkan menjadi pemeriksaan teratur yakni 6 bulan sekali untuk memeriksa fungsi dari jantung dan juga pemeriksaan menyeluruh sebanyak 1 kali setahun dengan memakai alat electrocardiogram yang bertujuan untuk mengukur aliran listrik pada organ jantung.

  1. Kelainan Tulang

Kadar sel darah merah yang mudah mati pada penderita thalasemia akan berpengaruh pada perkembangan sumsum tulang belakang seperti ciri ciri penyakit hemofilia yang mengakibatkan berbagai kelainan tulang bisa dialami penderita thalasemia. Beberapa kelainan tulang yang umum dialami penderita thalasemia diantaranya adalah kelainan bentuk dari tulang, osteoporosis dan juga nyeri pada tulang dan persendian.

Tidak hanya itu, kepadatan tulang yang semakin menurun juga membuat penderita thalasemia lebih memiliki risiko patah tulang tinggi sehingga mineral seperti kalsium dan juga vitamin D harus lebih banyak dikonsumsi penderita thalasemia.

Ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi untuk mengatasi kelainan tulang tersebut seperti jus jeruk, telur, brokoli, tempe, ikan, tahu, oat dan juga kacang kacangan. Selain itu, agar tulang bisa lebih kuat, beberapa jenis olahraga juga harus dilakukan seperti bersepeda, senam aerobik, berjalan dan olahraga ringan lainnya.

  1. Splenomegali atau Pembesaran Organ Limpa

Kemampuan limpa dalam mengolah kembali sel darah merah pada penderita thalasemia akan menyebabkan splenomegali atau pembengkakan organ limpa. Bentuk darah yang tidak normal pada penderita nantinya akan semakin banyak dan menumpuk pada organ limpa dan ukurannya limpa akhirnya semakin membesar.

Meski transfusi darah penting bagi penderita thalasemia, namun jika kondisi limpa sudah terlanjur membengkak, maka tidak lagi berguna untuk penderita dan bahkan hanya membuat kerja limpa semakin berat yang akhirnya menghancurkan sel darah sehat dari transfusi darah tersebut.

Saat pembesaran limpa ini terjadi, maka satu satunya jalan yang harus dilakukan penderita thalasemia adalah operasi pengangkatan limpa yang dalam istilah kedokteran dinamakan dengan splenectomy. Namun, sesudah operasi pengangkatan limpa dilakukan, maka penderita juga harus melakukan faksinasi untuk mencegah infeksi serius seperti meningitis atau flu kronis. [AdSense-B]

  1. Kelainan Organ Hati

Masalah atau kelainan pada organ hati menjadi bahaya penyakit thalasemia selanjutnya yang terjadi karena kadar zat besi terlalu berlebihan. Ada beberapa masalah pada organ hati yang nantinya bisa dialami penderita thalasemia seperti pembesaran organ hati atau fibrosis, sirosis yang nantinya bisa menyebabkan jaringan parut dan juga hepatitis. Inilah yang menyebabkan penderita thalasemia juga harus melakukan pemeriksaan hati dengan teratur sebanyak 3 bulan sekali selain juga melakukan pemeriksaan jantung.

Agar kelainan dan juga infeksi organ hati ini bisa dicegah, dokter umumnya akan memberikan obat antivirus yang bisa dikonsumsi penderita thalasemia. Sementara untuk mencegah kerusakan organ hati yang jauh lebih parah, maka terapi khelasi yang umumnya akan dilakukan.

  1. Gangguan Kelenjar Hormon

Kadar zat besi terlalu tinggi pada penderita thalasemia juga akan berpengaruh pada kelenjar pituitari yang memang sangat sensitif terhadap zat besi. Fungsi kelenjar pituitari yang penting dalam sistem hormon ini nantinya akan menyebabkan gangguan pada kelenjar hormon seperti gejala leukemia stadium akhir.

Gangguan kelenjar hormon ini nantinya akan menghambat pertumbuhan dan juga pubertas sebab kerusakan yang terjadi pada kelenjar pituitari. Beberapa gangguan kelenjar hormon yang bisa terjadi diantaranya adalah gangguan pankreas yang menyebabkan diabetes dan juga gangguan pada kelenjar tiroid yakni hipotiroidisme serta hipertiroidisme.

Untuk mengetahui apakah penderita thalasemia mengalami gangguan pertumbuhan, maka pemeriksaan tinggi dan juga berat badan sangat disarankan bagi anak yang menderita thalasemia satu kali setiap enam bulan supaya masalah atau tingkat pertumbuhan anak bisa diketahui dengan baik. Sedangkan untuk penderita thalasemia remaja yang sudah memasuki usia pubertas harus melakukan pemeriksaan setiap tahun. [AdSense-A]

  1. Pembengkakan Area Perut

Salah satu jenis thalasemia yakni thalasemia mayor mengharuskan penderitanya untuk melakukan transfusi darah antara 14 hingga 20 hari sekali. Apabila transfusi darah tersebut telat dilakukan, maka membuat kondisi penderita cepat memburuk dan perut akan terlihat semakin membesar yang terjadi karena organ limpa terpaksa bekerja dengan keras.

  1. Kesulitan Bernapas

Bahaya penyakit thalasemia berikutnya juga bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan bernapas yang terjadi karena tulang hidung penderita semakin menyempit yang umumnya terjadi pada penderita thalasemia kronis namun berbeda dengan gejala darah rendah. Untuk itu, transfusi darah sangat penting dilakukan dengan teratur agar masalah pernapasan ini tidak sampai terjadi.

  1. Hemokromatosis

Hemokromatosis adalah banyak pigmen besi hemosiderin dalam tubuh penderita thalasemia yang terlalu berlebihan disertai juga dengan fungsi alat tubuh yang mengalami gangguan. Hemokromatosis ini umumnya dialami anak penderita thalasemia yang terjadi karena proses transfusi darah seumur hidup yang wajib dilakukan penderita. Hemosiderin ini nantinya akan menumpuk pada beberapa organ tubuh seperti pankreas, jaringan hari, otak dan juga kulit yang membuat kulit penderita berubah warna menjadi agak abu abu.

  1. Sindrom Miopati

Bahaya selanjutnya dari penyakit thalasemia adalah sindrom miopati yang juga menjadi bahaya penyakit ITP. Sindrom miopati merupakan salah satu penyakit otot yang membuat fungsi dari serabut otot tidak bisa bekerja dengan normal. Saat ini terjadi, maka kondisi otot akan semakin lemah dan bisa membuat penderita thalasemia mengalami kelumpuhan, otot yang terasa kaku, kram dan juga otot yang menegang.

Ada banyak hal yang bisa menyebabkan miopati yakni karena bawaan lahir seperti miopati mitokondrial dan miopati kongenital. Selain itu, miopati juga bisa disebabkan karena berbagai gangguan tubuh seperti salah satunya disebabkan karena thalasemia.

  1. Hemolisis Intravaskular Akut

Hemolisis intravaskular akut umumnya dialami penderita thalasemia karena proses transfusi darah yang dilakukan terus menerus tanpa henti. Hemolisis intravaskular akut ini terjadi karena antibodi yang terkandung dalam plasma darah penderita dan juga sel darah merah tidak cocok dengan darah resipien. Umumnya, bahaya penyakit thalasemia ini terjadi karena kesalahan dalam pengisian formulir permintaan darah, salah dalam pemberian label dan juga kurang memadainya pemeriksaan darah pada penderita thalasemia.

  1. Syok Septik

Penderita thalasemia juga kemungkinan bisa mengalami syok septik yang juga dikarenakan proses efek samping setelah transfusi darah. Ada beberapa reaksi yang dialami penderita seperti panas tinggi secara mendadak, menggigil dan efek parahnya adalah hipotensi.

Ada begitu banyak bahaya penyakit thalasemia yang bisa terjadi pada penderitanya. Hal ini disebabkan karena banyak faktor mulai dari efek transfusi darah terus menerus, kelainan darah dan berbagai faktor lainnya.