Pernahkah Anda mendengar kata autopsi? Autopsi biasa di lakukan terhadap mayat dengan beberapa tujuan. Untuk pengenalan lebih lanjut, Autopsi berasal kata dari Auto = sendiri dan Opsis = melihat. Itulah yang dimaksud dengan Autopsi. Lebih lengkapnya, autopsi secara umum bertujuan untuk pemeriksaan terhadap tubuh mayat menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.
Pengertian Autopsi
Autopsi merupakan sebuah metode untuk membuktikan cara meninggalnya seseorang atau penyebab kematian seseorang. Biasanya, autopsi diadakan karena masih adanya misteri atas meninggalnya seseorang. Autopsi juga biasanya dilakukan jika ada hal-hal yang tak terduga menyelimuti kematian seseorang, autopsi juga biasanya dirujuk oleh keinginan pihak-pihak berwajib seperti polisi yang diharuskan menindak lanjuti hal tersebut karena berdampak untuk kelanjutan pada kasus kematian seseorang.
Autopsi yang paling sering dijalani adalah karena kekerasan, pembunuhan, narkoba, pembunuhan, depresi dan lain-lainnya. Depresi juga memiliki tanda-tanda depresi pada remaja. Biasanya sebelum autopsi, pihak kepolisian harus menemukan barang-barang mencurigakan di TKP tempat kejadian meninggalnya seseorang berlangsung guna untuk menunjukkan adanya bukti-bukti atau benda-benda yang mengarah terhadap kematian seseorang tersebut. Berikut tanda-tanda seorang akan bunuh diri. Dari penelusuran di TKP biasanya juga dapat menghasilkan saksi-saksi atas kematian seseorang tersebut. Hal itu dapat mempermudah hasil dari autopsi yang sedang berjalan atau membuat hasil lebih akurat.
Autopsi paling baik di lakukan secepat mungkin setelah jenazah di temukan karena semakin cepat di lakukan autopsi akan semakin baik. Jika autopsi dilakuakan sengat lama karena korban baru saja di temukan, jenazah bisa sangat rusak dan dapat menghambat proses autopsi karena jaringan-jaringan saraf jenazah yang baru saja meninggal jauh lebih bagus daripada jenazah yang sudah lama atau baru saja ditemukan. Saat autopsi, rekaman juga sangat penting dan menggunakan kamera foto sebanyak mungkin sampai melingkupi keseluruhan detail tubuh agar menjadi bukti yang real di saat yang diperlukan kebenarannya.
Autopsi klinis dilakukan untuk sebuah penelitian yang di legalkan dalam bidang keilmuan oleh patolog atau dokter lain atas permintaan dokter yang merawat jenazah tersebut untuk tujuan pelajaran dan riset. Untuk hal ini, pihak dokter biasanya membeli mayat untuk tujuan penelitian tentang sebuah penyakit atau hal lain yang diperlukan.
Autopsi forensik dilakukan oleh ahli patologi forensik atas permintaan badan penegak hukum (polisi, jaksa, pengadilan) untuk melakukan pengecekan apakah ada hal peristiwa yang tidak wajar atau hal berbau kriminal yang menimpa korban. Dalam kasus kriminal, biasanya terdapat dokter-dokter khusus yang memang di sediakan untuk autopsi mayat untuk mendapatkan hasil yang akurat. Biasanya autopsi menghabiskan waktu belasan jam untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Autopsi bukanlah sembarang metode yang di lakukan tanpa adanya kondisi tertentu.
Seperti apa prosedur autopsi itu? Simak penjelasannya sebagai berikut:
1. Sebelum di autopsi
Sebelum autopsi, tim dokter membutuhkan informasi seputar korban yang akan dijadikan data sehingga dapat mempermudah dokter menemukan hasil yang lebih valid, data tersebut bida di dapat dari berbagai macam sumber. Data tersebut dapat berupa catatan medis, keterangan dokter serta keterangan keluarga akan dikumpulkan guna memperkaya pengetahuan.
Selain itu, tim yang berwenang akan melakukan penyelidikan pada lokasi kematian dan lingkungan tempat orang tersebut meninggal untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk yang dapat di serahkan pada tim medis. Jika kematian terkait dengan masalah hukum, maka ahli koroner dan pihak berwenang lain akan dilibatkan agar lebih mudah dalam penyelidikan. Dalam beberapa kasus, pihak keluarga bisa memberikan batasan sejauh mana autopsi bisa dilakukan dan tim medis mengikuti prosedur tersebut.
2. Selama autopsi
Selama autopsi, tim dokter pertama kali melakukan autopsi bagian luar tubuh atau bagian eksternal untuk mendapatkan informasi seputar pasien seperti tinggi, umur, pekerjaan, usia dan lain-lain. Hal tersebut dikumpulkan untuk proses identifikasi. Pemeriksaan tubuh berguna untuk menemukan ciri khusus korban seperti tahi lalat, tato, tanda lahir lainnya atau seputar memar, bekas luka tajam atau tumpul dan cedera serius atau ringan lainnya.
Setelah proses eksternal maka proses pemeriksaan organ-organ internal tubuh dilakukan. Beberapa organ perlu di bedah seperti dada, perut, dan kepala akan disayat demi mendapatkan informasi penting terkait organ-organ yang ada di dalamnya. Biasanya hal tersebut untuk menguji adakah pengaruh obat, infeksi serta mengevaluasi komposisi kimia atau genetika pada jenazah dilakukan pemeriksaan darah, jaringan organ, dan cairan tubuh.
Di ujung pemeriksaan autopsi, organ-organ akan dikembalikan sesuai lokasinya dan sayatan pun dijahit. Jika dirasa perlu, pemeriksaan lebih lanjut mungkin akan dilakukan seperti tes genetika dan toksikologi atau tes pemeriksaan keberadaan unsur beracun.
3. Sesudah autopsi
Setelah autopsi selesai, jika autopsi dilakukan untuk keperluan hukum, setelah autopsi selesai para ahli yang terlibat seperti ahli patologi, koroner, atau pemeriksa medis akan melengkapi dan menandatangani penyebab dan cara kematian pada sertifikat kematian yang nantinya akan menjadi arsip. Jika autopsi tersebut bukan untuk keperluan hukum, dokter yang menangani sejak awal sebelum orang tersebut meninggal yang akan bertanggung jawab.
Kondisi yang membutuhkan autopsi:
Autopsi mencakup penelaahan atas permukaan seluruh tubuh, dan pemeriksaan organ dalam tubuh. Visum berarti ‘setelah kematian, adalah istilah yang digunakan dalam kedokteran forensik, dan kepolisian.
Autopsi biasanya dilakukan untuk tujuan kepentingan hukum untuk membantu kasus-kasus kriminal yang sedang berjalan dan di haruskan untuk mengetahui pelaku di balik kematian korban tersebut. Autopsi adalah salah satu jalan terbaik untuk menunjukkan jalan cerita berlanjut untuk menunjukkan step by step untuk menjaring pelaku.
Autopsi dapat lebih diklasifikasikan menjadi kasus di mana sudah cukup pemeriksaan luar, dan dimana tubuh dibedah dan pemeriksaan internal dilakukan. Izin dari keluarga terdekat mungkin diperlukan untuk autopsi internal dalam beberapa kasus. Setelah autopsi internal dilengkapi maka tubuh yang telah dibedah, diperbaiki kembali.
Autopsi organ bagian dalam harus dilakukan dengan meminta izin terlebih dahulu dengan kerabat terdekat. Autopsi organ bagian luar diperbolehkan tanpa ada izin terlebih dahulu dengan kerabat terdekat.
Ada dua macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan internal dan eksternal.
Cara melakukan Autopsi dimulai dengan pemeriksaan tubuh karena tubuh dapat menghasilkan dengan cara apa korban meninggal apakah dengan menggunakan senjata tajam, benda tumpul, atau menggunakan obat-obat berbahaya lainnya yang mudah terbakar. Hal ini juga dapat membantu menentukan identitas korban, mencari bukti atau dugaan penyebab kematian. Para ahli patologi bisa menimbang dan mengukur tubuh, mencatat pakaian subjek, barang-barang berharga dan karakteristik seperti warna mata, warna dan panjang rambut, etnis, jenis kelamin dan usia. Sepanjang autopsi, patolog mencatat segala sesuatu dalam diagram tubuh dan rekaman verbal.
Cara pemeriksaan untuk internal biasanya dibutuhkan pembedahan di beberapa titik penting. Patolog akan mengambil dan membedah dada, perut dan panggul, dan (jika perlu) otak karena titik-titik tersebut merupakan hal penting yang bisa menghasilkan bukti-bukti seperti makanan dan situasi apa saja yang dilakukan korban sesaat sebelum meninggal. Jarang ditemukan pemeriksaan di internal wajah, lengan, tangan atau kaki. Pembedahan ini tak akan mengeluarkan banyak darah karena jantung tak berdetak, hanya darah yang terpengaruh gravitasi.
Setelah pemeriksaan di lakukan, organ dikembalikan ke tubuh atau dikremasi seperti semula termasuk tulang, dan organ-organ lain yang telah di bedah, sesuai hukum dan keinginan keluarga. Sebelum dijahit, tubuh dilapisi kapas atau bahan serupa. Jika organ akan dikembalikan ke tubuh, organ ini pertama ditempatkan dalam kantong untuk mencegah kebocoran.
Setelah dilakukan pemasangan organ-organ yang sebelumnya di bedah, Kemudian tahap selanjutnya, tubuh dijahit tertutup, dicuci dan disiapkan untuk pemakaman. Tubuh yang telah mengalami autopsi harus dimasukkan ke peti mati dan dalam kasus autopsi otak bantal peti mati akan menyembunyikan potongan tengkorak.
Risiko autopsi adalah sebagai berikut:
Meskipun adanya risiko terkena penyakit pada autopsi, dokter yang menangani harus menerapkan kewaspadaan secara universal, termasuk menerapkan standar OSHA, pemilihan disinfektan dan pengolahan limbah medis sangat penting pemilihan disinfektan dan pengolahan limbah medis sangat penting diperhatikan untuk mencegah risiko terjadinya penularan infeksi.
Hasil Autopsi yang di Harapkan
Hasil autopsi yang di harapkan pastinya tidak ada hal-hal negatif yang menyertainya. Jikapun ada, hal itu merupakan hal baik karena dapat dengan meudah mendeteksi siapa dan apa penyebab kematiannya. Jika untuk hukum, dapat dengan mudah mencari pelaku dan tim yang berwajib juga dapat mendapatkan titik-titik terang tentang kasus tersebut.
Itulah penjelasan mengenai autopsi pengertian, cara kerja, jenis, resiko dan hasil yang di harapkan yang dapat memberikan banyak manfaat untuk hukum dan riset dalam kedokteran. Proses autopsi juga harus dilakukan sesuai prosedur-prosedur yang ada. Meskipun autopsi sangat bermanfaat untuk dunia medis dan hukum, namun autopsi tentu saja juga masih memberikan resiko-resiko penyakit terhadap dokter-dokter yang menanganinya. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan baik jika dokter pintar mensiasatinya dengan baik.