Varian SARS-CoV-2 bertambah lagi sesuai dengan yang diperkenalkan oleh WHO (World Health Organization atau Badan Kesehatan Dunia), yaitu varian Lambda.
Virus Corona varian Lambda pertama kali diumumkan oleh laman resmi WHO dan termasuk di dalam daftar Variant of Interest dan bukan Variant of Concern.
Sebutan ilmiah untuk virus Corona varian Lambda adalah C.37 dan varian ini rupanya pun bukan varian yang sangat baru.
Identifikasi varian Lambda sudah sejak Desember 2020 dan sampai saat ini untuk Variants of Interest telah tercatat adanya 7 varian COVID-19, yakni Epsilon, Eta, Iota, Kappa, Theta, Zeta dan Lambda.
Sementara itu, untuk Variants of Concerns, terdapat 4 varian COVID-19 yang meliputi Alpha, Beta, Gamma, serta Delta (termasuk Delta plus).
Sebelumnya, Delta dan Delta plus sempat menghebohkan masyarakat Indonesia dengan keberadaannya yang cukup tiba-tiba meski menurut laman CNN Indonesia, Delta plus sendiri tidak lebih berbahaya jika dibandingkan dengan varian Delta.
Belum lama Indonesia dikejutkan dengan Delta dan Delta plus, kabar varian baru COVID-19 sudah menyebar walaupun diketahui belum sampai ke Indonesia, yakni Lambda.
Seberapa bahaya penularan virus corona varian Delta?
Meski belum dikabarkan bahwa varian Lambda sudah memasuki Indonesia, masyarakat mulai khawatir jika sewaktu-waktu varian satu ini menjadi varian selanjutnya yang mengancam nyawa.
Sejauh ini, varian Lambda diketahui sudah “menyerang” 29 negara di dunia, seperti Amerika Latin, Inggris, Meksiko, Brasil, Argentina, Ekuador dan Kolombia.
Berasal dari Peru, dilaporkan bahwa sekitar 80% lebih kasus infeksi COVID-19 saat ini disebabkan oleh virus varian Lambda.
Belum diketahui jelas mengenai tingkat bahaya varian Lambda, namun mutasinya diperkirakan dapat membuat ketahanan virus terhadap antibodi lebih kuat dan penularan virus juga meningkat.
Jairo Mendez-Rico, seorang ahli virologi menyatakan bahwa tingkat agresivitas varian Lambda masih cenderung lebih rendah daripada varian COVID-19 lainnya.
Walau potensi tingkat infeksi tinggi, penelitian masih berjalan untuk pembandingan antara varian Lambda dengan virus varian Delta dan Gamma.
Ahli virologi lainnya, Pablo Tsukayama dari Cayetano Heredia University, memberikan pernyataan yang sebaliknya.
Melalui proses pelacakan dan identifikasi untuk mengenal varian Lambda yang ia lakukan selama beberapa bulan, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kecepatan penularan justru lebih tinggi dibandingkan varian COVID-19 yang WHO anggap berbahaya, termasuk lebih berbahaya dari varian Gamma.
Hingga kini belum diketahui pasti seperti apa faktor yang mampu meningkatkan risiko virus Corona varian Lambda.
Namun seperti halnya varian-varian sebelumnya yang sudah ada, faktor yang memperbesar peluang seseorang untuk terinfeksi varian baru seperti Lambda adalah mereka yang memiliki atau mengalami penurunan kekebalan tubuh.
Sementara itu, peluang untuk terinfeksi dengan gejala yang lebih serius lebih besar terjadi pada orang-orang yang belum divaksin.
Meski merebak di beberapa negara di luar negeri, gejala yang ditimbulkan oleh virus corona varian Lambda pada dasarnya mirip dengan varian lainnya.
Menurut pernyataan National Health Service Inggris hasil lansiran dari Business Today, gejala varian Lambda tidak jauh dari demam, batuk, pilek, hingga hilangnya indera perasa dan penciuman.
Gejala tidak terlalu berbeda dari varian-varian yang sudah ada sehingga tetap dapat diwaspadai.
Sekalipun Lambda adalah varian virus Corona terbaru, Jairo Mendez-Rico menyebut bahwa seluruh vaksin hasil persetujuan WHO masih bisa mengatasinya.
Vaksin-vaksin yang kini tersedia di seluruh dunia dapat bekerja dengan efektif melindungi tubuh dari berbagai varian COVID-19, termasuk yang paling bar.
Menurut sang ahli virologi, efektivitas dari vaksin tidak perlu diragukan karena tidak ada alasan untuk tidak memercayainya dalam melawan varian Lambda.
Walaupun virus Corona varian Lambda belum sampai di Indonesia dan masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik serta transmisinya, sejauh ini vaksin-vaksin yang tersedia masih bisa menangani dengan baik.
Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia tidak perlu terlalu panik ketika mendengar varian baru ini karena vaksin masih bisa menurunkan risiko gejala berat dari COVID-19 varian Lambda sekalipun.