Prolaps Uteri

11 Bahaya Prolapsus Uteri pada Wanita Wajib Diwaspadai

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Istilah turunnya rahim (peranakan turun) pada wanita mungkin sudah sering terdengar, tetapi istilah kedokteran yang dipakai untuk kelainan ini dinamakan prolapsus uteri. Kejadian dimana keadaan rahim (uterus) jatuh ditandai dengan turunnya leher rahim ke dalam vagina hingga ke luar vagina dalam berbagai derajat. Bahaya prolapsus uteri mengincar kaum wanita untuk itu perlu dilakukan pencegahan sebelum hal ini terjadi.

Beberapa ciri terjadinya prolapsus uteri adalah terdapat benda atau massa dalam vagina, tepat pada mulut vagina bahkan diluar vagina yang disertai dengan inversio vagina yaitu uterus keluar seluruhnya dari vagina dimana adalah mulut leher rahim yang memiliki tekstur yang lembut dan lunak yang dilapisi selaput lendir. Berikut adalah bahaya prolapsus uteri yang para wanita perlu untuk waspadai sekaligus hindari.

1. Prolaps Anterior (Sistokel)

Kelemahan jaringan ikat yang memisahkan kandung kemih dan vagina bisa menyebabkan kandung kemih menonjol ke dalam vagina. Prolaps anterior juga disebut kandung kemih prolaps berpotensi menjadi bahaya dari prolapsus uteri bila tak segera ditangani dengan tepat. Kondisi ini adalah ketika jaringan pendukung antara dinding vagina dan kandung kemih menjadi lebih lemah serta terjadi peregangan. Pada umumnya, kondisi ini terjadi pada wanita dengan kadar hormon estrogen yang menurun, khususnya setelah menopause dialaminya.

2. Prolaps Vagina Posterior (Rektokel)

Kelemahan jaringan ikat yang memisahkan rektum dan vagina dapat menyebabkan rektum membengkak ke dalam vagina. Anda mungkin mengalami kesulitan buang air besar yang tentunya menjadi hal berbahaya bagi kesehatan tubuh menyeluruh. Prolapsus uteri bisa mengakibatkan komplikasi semacam ini walau memang kondisi rektokel paling sering terjadi sebagai akibat dari proses persalinan berulang kali. Rektokel ini lebih rentan dialami oleh wanita di usia menopause, yakni saat estrogen menurun secara drastis padahal berperan utama sebagai penjaga jaringan panggul kuat.

3. Luka pada Vagina

Prolaps uterus yang parah dapat menggantikan bagian dari lapisan vagina. Inilah kondisi yang kemudian menjadi pemicu penonjolan hingga ke luar tubuh. Jaringan vagina yang tak sengaja menyentuh dan juga bergesekan dengan pakaian bisa menyebabkan luka vagina, seperti bisul. Meski bukan jenis kondisi yang bisa menular, hal ini sebaiknya tetap diwaspadai.

4. Keratinisasi Mukosa Vagina dan Portio Uteri

Prolapsus uteri juga memiliki risiko tinggi dalam menyebabkan komplikasi seperti keratinisasi mukosa vagina dan ukosa vagina dan Portio Uteri. Pada kondisi ini, penderita akan mengalami bagian serviks uteri menjadi lebih tebal dan berkerut dengan warna keputihan.

5. Hipertropi Serviks Uteri dan Elangasio kolli

Apabila serviks uteri turun ke dalam vagina sedangkan jaringan penahan dan penyokong uterus masih kuat, maka sebagai akibat dari tarikan ke bawah di bagian uterus yang turun terjadi pula pembendungan aliran darah. Segera konsultasikan kondisi satu ini dengan dokter supaya tak bertambah parah.

6. Gangguan Miksi dan Stress Incontinence

Miksi merupakan suatu proses pengosongan kandung kemih jika memang kandung kemih dalam keadaan terisi. Ginkal, kandung kemih, ureter serta uretralah yang menjadi bagian sistem tubuh yang mendukung proses eliminasi urinea. Ketika prolapsus uteri terjadi dan tak ditangani secara baik, salah satu bahaya yang mengincar adalah gangguan miksi.

7. Dekubitus

Dikarenakan faktor serviks uteri yang bisa keluar dari vagina lalu bagian ujung berpotensi bersentuhan hingga bergesekan dengan paha dan pakaian dalam, otomatis hal ini akan menimbulkan luka dan lambat laun menimbulkan ulkus dekubitus. Komplikasi seperti ini masih bisa dicegah apabila prolapsus uteri segera diobati dengan tepat.

8. Infeksi Saluran Kencing

Retensi urine menjadi faktor peningkat risiko terjadinya bahaya pada kondisi prolapsus uteri satu ini. Dalam hal ini, wanita memang adalah yang jauh lebih rentan menderita penyakit atau gangguan kesehatan ini karena juga saluran uretra yang diketahui lebih pendek.

9. Kemandulan

Alasan bahwa bahaya satu ini berisiko tinggi adalah karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vagina atau sama sekali keluar dari vagina. Jadi karena hal inilah menjadi tak mudah untuk terjadi kehamilan. Lakukan USG transvaginal untuk mengetahui masalah kemandulan sejak dini.

10. Kesulitan saat Partus

Apabila seorang wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka penderita akan mengalami kesulitan terutama sewaktu berjalannya persalinan. Hal ini terjadi sewaktu pembukaan dan pada akhirnya berpengaruh pada proses persalinan yang terhambat.

11. Hemoroid

Hemoroid juga dikenal dengan istilah lebih umum, yakni wasir. Kondisi ini merupakan pembengkakan di mana pembuluh darah mengalami pembesaran di dalamnya. Pada kasus kebanyakan, hemoroid termasuk penyakit ringan serta tak ada gejala-gejala khusus. Namun karena feses terkumpul dalam rektokel sehingga timbul obstipasi, maka cari tahu cara mengatasi wasir yang benar atau segera konsultasikan ke dokter.

Pencegahan dan Penanganan

Prolapsus uteri dapat didiagnosa dengan menggunakan Speculum Sim atau Speculum Graves standar atau membuang bilah anterior. Sementara menekan dinding vagina posterior, pasien diharuskan mengejan ini akan menunjukkan penurunan dinding vagina anterior sesuai dengan kistokel pergeseran uretra. Penarikan kembali dinding vagina anterior selama mengejan menunjukkan suatu enterokel dan rektokel. Pemeriksaan rektum berguna untuk menunjukkan rektokel dan membedakannya dengan suatu anterokel.

Prolapsus tingkat awal hanya dapat dikenali dengan merasakan penurunan serviks saat mengejan, terkadang prolaps serviks perlu diuji dengan menarik serviks dengan suatu tenakulum, jika terdapat keraguan adanya prolapsus pasien harus berdiri atau berjalan beberapa saat sebelum pemeriksaan.

Pengobatan medis dapat dilakukan dengan latihan otot dasar panggul, stimulasi otot dengan alat listrik dan pengobatan dengan pesarium. Operasi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan usia, keluhan yang dialami,  keinginan memiliki anak, serta tingkat prolapsus.

Penting untuk selalu memperhatikan kesehatan selalu melakukan pemeriksaan rutin, serta mengetahui cara menjaga kesehatan alat reproduksi wanita. Semoga berbagai informasi mengenai bahaya prolapsus uteri di atas dapat meningkatkan pengetahuan kita mengenai pencegahan, penanganan dan prosedur yang tepat guna mencegah komplikasi yang lebih parah.