Marasmus merupakan salah satu bentuk malnutrisi yang hampir menyerupai kwashiorkor. Marasmus sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti kurus kering. Kondisi tersebut digunakan untuk menggambarkan penderita marasmus yang nampak kurus kering akibat terjadinya malnutrisi. Adapun penyebab utama marasmus adalah kurangnya kalori yang berlebihan pada tubuh, akibatnya cadangan makanan yang ada di dalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Adapun penderita marasmus biasanya adalah anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun. Umumnya penderitanya berada pada usia 0 sampai 2 tahun.
Marasmus sangat sering terjadi di negara-negara berkembang, seperti di Afrika, Amerika Selatan, dan juga Asia Selatan. Kondisi tersebut terjadi karena sebagian besar negara-negara tersebut mengalami kemiskinan, persediaan makanan yang tidak memadai, dan juga air yang telah terkontaminasi dengan berbagai jenis bakteri penyebab penyakit.
Penyebab Marasmus
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa penyebab utama marasmus adalah kekurangan kalori yang terlalu banyak sehingga tubuh mengambil cadangan kalori yang ada di dalam tubuh untuk mencukupi kebutuhan kalori yang ada di dalam tubuh. Cadangan kalori yang dimaksud tersebut biasanya adalah protein. Adapun beberapa faktor yang bisa menyebabkan kondisi tersebut atau dengan kata lain menyebabkan marasmus adalah sebagai berikut:
1. Pola Makan Protein
Penyebab utama marasmus adalah pola makan protein dan juga asam amino yang sangat kurang. Protein merupakan cadangan kalori bagi tubuh kita. Saat asupan protein kurang sudah tentu cadangan kalori yang ada di dalam tubuh juga kurang. Kondisi tubuh akan semakin memburuk ketika asupan makanan yang mengandung banyak kalori kurang. Tubuh akan kesulitan mencari cadangan kalori di dalam tubuh karena tidak adanya ketersediaan kalori yang cukup. Kekurangan protein (dan asam amino) juga bisa menyebabkan terhambatnya tumbuh kembang anak karena protein dan juga asam amino merupakan komponen penting bagi anak yang berada pada masa pertumbuhan.
2. Kepadatan Penduduk
Pendapat ini dikemukakan oleh seorang ahli bernama Mc Laren (1982). Ia menyatakan bahwa marasmus sangat rentan diderita oleh anak-anak, terutama balita, yang hidup di suatu lokasi dengan tingkat kepadatan penduduk yang tergolong tinggi. Kondisi semacam itu akan menyebabkan tingkat higiene atau kebersihan lingkungan buruk sehingga mempengaruhi tingkat kesehatan penduduknya. Selain itu, kepadatan penduduk yang tinggi akan menyebabkan ketersediaan sumber daya menjadi terbatas akibat kebutuhan masyarakatnya yang tinggi.
3. Faktor Sosial
Keadaan sosial suatu masyarakat tertentu sangat mempengaruhi jenis asupan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat di lingkungan tersebut. Selain itu, keadaan sosial yang cenderung tidak stabil juga bisa menyebabkan marasmus. Pada beberapa kasus, keadaan sosial juga bisa berpengaruh pada penggunaan bahan makanan tertentu (misalnya ada pantangan terhadap jenis makanan tertentu) yang terjadi secara turun-temurun sehingga bisa memicu marasmus dari generasi ke generasi.
4. Faktor Pendidikan
Di wilayah manapun, faktor pendidikan selalu memegang peranan penting untuk menentukan kemakmuran dan juga tingkat kesehatan masyarakat di lokasi tersebut. Alasannya cukup sederhana, tingkat pendidikan yang tinggi akan berbanding lurus dengan pengetahuan yang tinggi pula terhadap informasi asupan gizi yang baik bagi tubuh. Sebaliknya, ketika tingkat pendidikan di suatu wilayah sangat rendah atau tergolong rendah maka pengetahuan yang dimiliki masyarakat terkait pola asupan gizi juga akan rendah. Hal tersebut nantinya juga akan menurunkan kesadaran masyarakat untuk memperbaiki pola asupan makan mereka sehingga bisa memicu marasmus.
5. Faktor Ekonomi
Faktor ekonimi biasanya menjadi faktor utama yang menentukan kesehatan suatu masyarakat. Dalam suatu keluarga dengan tingkat pendapatan yang rendah akan menyebabkan daya beli mereka rendah, termasuk daya beli terhadap berbagai jenis makanan yang mengandung asupan gizi penting bagi tubuh. Makin rendah tingkat pendapatan dalam keluarga, pemenuhan asupan gizi bagi anak juga rendah sehingga anak akan mengalami malnutrisi, termasuk marasmus.
6. Infeksi
Infeksi penyakit juga dapat menyebabkan marasmus. Infeksi dalam kategori seperti apapun akan menyebabkan proses asupan dan juga penyerapan gizi di dalam tubuh terpengaruh. Marasmus bisa diderita oleh siapa saja dan semua usia, baik itu anak-anak maupun dewasa. Namun kebanyakan kasus menunjukkan bahwa marasmus diderita oleh anak-anak usia balita. Alasannya cukup sederhana, anak-anak tersebut biasanya tidak memperoleh asupan ASI yang cukup sehingga sistem kekebalan tubuh mereka juga tergolong rendah. Akibat dari kondisi tersebut, anak akan lebih mudah terinfeksi penyakit yang akhirnya berpengaruh pada proses penyerapan asupan gizi bagi tubuh hingga akhirnya memicu marasmus.
Beberapa jenis malnutrisi yang sering kita jumpai ada dua, yakni kwashiorkor dan juga marasmus. Keduanya memiliki perbedaan mencolok pada gejala yang ditunjukkan. Jika kwashiorkor ditandai dengan edema atau penumpukan cairan di dalam tubuh maka lain halnya dengan marasmus. Marasmus ditandai dengan menghilangnya lemak subkutan sehingga menyebabkan penderitanya terlihat kurus kering. Untuk lebih jelasnya berikut ini beberapa gejala maramus yang sering dijumpai:
Itulah beberapa faktor yang bisa menyebabkan marasmus dan juga beberapa gejala yang akan ditunjukkan oleh penderita marasmus. Untuk mencegah penyakit ini muncul ialah dengan memperhatikan pola asupan gizi yang dikonsumsi setiap hari. Untuk bayi harus diberikan asupan ASI yang cukup agar sistem kekebalan tubuhnya optimal sehingga bayi tidak mudah terserang infeksi penyakit.