Gangguan Jiwa & Mental

Kenali Emetophobia, Kondisi yang Sebabkan Wanita Ini Takut Jatuh Sakit

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sian Maclean, seorang wanita berusia 22 tahun mengalami rasa takut jatuh sakit di mana dirinya sendiri pun menderita karena hal ini. Dilansir dari laman Daily Star, emetophobia adalah jenis penyakit yang diderita oleh wanita ini, di mana pada dasarnya ini adalah suatu kondisi ketakutan berlebih terhadap rasa sakit, muntah, orang muntah ataupun muntahan.

Memang secara umum banyak orang tak suka kondisi muntah, namun ketakutan ini termasuk ekstrem karena penderitanya bahkan terlalu khawatir dirinya bakal jatuh sakit dan bahkan khawatir dapat muntah-muntah walau dirinya tak dalam kondisi sakit. Hanya membayangkan atau mengira seseorang akan muntah saja bisa membuat penderita emetophobia dalam tekanan.

Hal ini terjadi pada Sian sejak usianya 6 tahun, yakni tepatnya ketika melihat orang yang sakit di bandara dan itu membuat dirinya ketakutan. Bahkan hal ini menjadi trauma tersendiri bagi Sian yang mungkin tak dimengerti oleh orang lain. Seiring berjalannya waktu, Sian makin berlebihan merasakan cemas, khususnya saat orang-orang di sekitarnya jatuh sakit.

Sadar bahwa dirinya mengidap emetophobia, ia memutuskan mengonsumsi obat supaya rasa cemas berlebihannya bisa terkendali, namun justru karena sering minum obat dan tubuhnya menolak ia malah muntah-muntah. Saking cemasnya ia terhadap kondisi diri sendiri, ia bahkan pernah terkena serangan jantung sebagai akibatnya.

Penyebab dan Gejala

Sebuah peristiwa atau insiden tertentu dapat membuat seseorang memiliki fobia atau ketakutan berlebih terhadap benda atau situasi tertentu. Seperti pada kasus Sian, ia mengalami trauma usai melihat seseorang sakit saat ia berada di bandara. Namun, beberapa faktor peningkat risiko emetophobia lainnya adalah seperti:

  • Pernah mengalami keracunan
  • Mengalami seseorang memuntahi kita
  • Melihat seseorang muntah-muntah
  • Mengalami serangan panik saat seseorang muntah-muntah
  • Riwayat keluarga yang memiliki fobia tertentu atau gangguan kecemasan

Menurut lansiran dari Healthline, ada beberapa gejala yang nampak mengarah pada emetophobia, yaitu antara lain adalah:

  • Menghindari situasi atau seseorang yang kemungkinan akan muntah atau sedang sakit.
  • Selalu mencium lebih dulu dan mengecek makanan yang hendak dikonsumsi.
  • Makan dengan pelan dan sedikit-sedikit.
  • Cenderung lebih suka makan di rumah daripada di luar.
  • Menghindari makanan yang mampu menyebabkan muntah.
  • Mengalami sesak di dada, peningkatan detak jantung dan sulit bernafas saat memikirkan adanya kemungkinan muntah.
  • Menghindari transportasi umum, tempat umum, berwisata.
  • Mempersiapkan makanan, alat makan, dan mencuci tangan berlebihan.
  • Tidak menyentuh permukaan-permukaan obyek yang berkemungkinan dihinggapi bakteri dan menimbulkan sakit-penyakit.
  • Merasa cemas dan stres saat merasa mual.
  • Timbul pikiran-pikiran irasional yang terus-menerus terjadi yang berkaitan dengan pengalaman muntah atau tak sengaja memuntahi orang.

Diagnosa dan Pengobatan

Beberapa gejala emetophobia dapat mengarah pada jenis fobia lainnya, seperti gangguan obsesif kompulsif dan juga agoraphobia (rasa takut terjebak di tempat umum). Ketakutan dan kecemasan berlebih seperti emetophobia ini dapat terdiagnosa dengan melihat penderitanya yang terus secara konsisten menghindari situasi yang berhubungan dengan orang sakit dan muntah.

Selain itu, segala bentuk gejala yang telah disebutkan tersebut dialami oleh si penderita bahkan bisa sampai 6 bulan atau lebih. Seseorang dengan respon cemas dan ketakutan yang signifikan karena memikirkan atau usai memikirkan tentang orang sakit/muntah juga dapat menjadi hal yang memastikan seseorang mengidap emetophobia.

Tak semua jenis fobia memerlukan perawatan khusus karena rata-rata penderita fobia dapat cukup menghindari obyek atau situasi yang membuat mereka takut. Hanya saja, beberapa terapi dan pengobatan ini kemungkinan dibutuhkan agar mampu menimbulkan kelegaan sekaligus meredakan gejala pada penderitanya:

  • Terapi pemaparan atau eksposur (pasien justru diekspos kepada situasi atau obyek yang membuatnya takut).
  • Terapi obat-obatan, di mana dokter memberi obat khusus untuk meredakan gejala gangguan panik dan kecemasan.
  • Terapi perilaku kognitif, di mana proses terapi ini akan membantu pasien mengidentifikasi pikiran-pikiran negatif yang menyebabkan stres/ketakutan sekaligus menantang pikiran-pikiran negatif tersebut.

Sempat mengalami perburukan kondisi sehingga tak lagi bisa bekerja dan nafsu makannya hilang, jenis terapi eksposur adalah terapi yang kemudian diketahui dijalani oleh Sian sehingga kini hidupnya jauh lebih baik dan dirinya mampu mengatasi fobianya itu. Dalam terapi ini, setiap hari ia perlu menonton video berdurasi 5 menit tentang orang sakit.