Depresi

8 Faktor Penyebab Depresi pada Remaja Hingga Ingin Mengakhiri Hidup

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Seorang remaja di Kupang yang usianya masih 14 tahun ditemukan tewas gantung diri di rumahnya. Kristofel Key (57) adalah yang pertama kali mengungkap kasus ini pada Senin (14/10) lalu. Kristofel awalnya sedang memberi makan kambing-kambingnya dan terciumlah olehnya bau busuk usai mengikat kambing peliharaannya.

Ia juga menyaksikan ada banyak lalat di balik kaca rumah sehingga meningkatkan rasa kecurigaannya. Setelah menengok ke dalam rumah tersebut, ia melihat dari jendela ada sesosok manusia yang tergantung lalu melaporkannya kepada Bhabinkamtibmas Kelurahan Tuak Daun Merah yang cukup dekat dari tempat kejadian perkara.

Menurut laporan, rumah yang menjadi tempat bunuh diri tersebut adalah kediaman Antonius Sinaga yang kini kosong usai Antonius dipenjara karena di tahun 2012 membunuh istrinya sendiri. YSS adalah korban yang tewas gantung diri tersebut, masih duduk di bangku SMP, dan merupakan anak dari Antonius Sinaga.

Paman YSS sempat menerima surat wasiat yang diberikan oleh YSS tepat sebelum dirinya bunuh diri. Di dalam surat tersebut, YSS mengungkapkan tujuan hidup yang ia tak berhasil lakukan, yakni sekolah sampai tamat SMA, begitu juga membalas dendam kepada sang ayah dengan membunuhnya karena ayahnya sudah membunuh ibunya.

Remaja adalah yang paling rentan mengalami depresi dan berikut adalah beberapa fakta mengenai penyebab depresi pada remaja:

  1. Kehilangan Orang Terkasih

Perasaan kehilangan dapat menjadi pemicu keputusasaan yang berujung pada depresi, entah itu kematian orangtua, kematian hewan peliharaan, sering diabaikan oleh orang-orang di sekitarnya, sampai dengan patah hati atau putus dari pacar. Hal ini kemudian menjadikan kesehatan jiwa dan mental remaja menjadi lebih lemah.

  1. Orangtua Bercerai

Perpisahan orangtua dengan memilih bercerai mampu menjadikan anak khususnya para remaja sulit menerima kenyataan sehingga mengganggu kondisi emosional dan mentalnya. Seperti kita ketahui, perceraian seringkali kemudian membuat anak kehilangan kasih sayang satu atau kedua orangtuanya dan inilah yang membuat anak mudah tertekan, merasa sedih hingga trauma sehingga membutuhkan aksi konseling.

  1. Tuntutan Pendidikan

Hampir semua orangtua menekankan kepada anaknya untuk memiliki nilai yang bagus di sekolah. Tuntutan seperti ini tak selalu dapat dipenuhi oleh sang anak sehingga kadang diri anak malah menjadi gampang stres, depresi dan bahkan bisa berujung pada bunuh diri karena saking takutnya mengecewakan orangtua.

  1. Orangtua Kurang Perhatian

Gejala stres dan depresi pada dasarnya bisa saja dialami anak remaja khususnya yang mendapatkan perhatian yang lebih sedikit dari orangtuanya. Komunikasi antar anak dan orangtua yang tidak terjalin dengan baik maka mampu menjadikan anak remaja mudah depresi.

  1. Penyakit Kronis

Remaja yang menderita penyakit kronis pun mampu mengalami depresi, apalagi jika diketahui bahwa penyakitnya cukup sulit disembuhkan. Bukan tidak mungkin anak remaja dengan penyakit kronis merasa rendah diri sehingga kepribadian impulsif dan depresi mudah timbul.

  1. Masalah Finansial

Ketika orangtua mengalami masalah keuangan dan tak lagi mampu mencukupi kebutuhan keluarga, maka anak-anak remaja cenderung lebih mudah depresi. Ketika mereka biasanya bisa meminta uang kepada orangtuanya kapan saja, lalu tiba-tiba orangtua kesulitan dalam mencukupi kebutuhannya, perubahan inilah yang terkadang membuat mental anak lemah.

  1. Trauma

Depresi pada remaja cukup tinggi angkanya di kota-kota besar negara maju, ini karena pelecehan dan bully adalah hal yang sangat mudah terjadi. Pada sejumlah kasus, keputusan remaja untuk mengakhiri hidup pun diambil sebagai langkah agar dirinya mendapatkan ketenangan.

  1. Faktor Biologis dan Genetik

Faktor biologis yang menyebabkan depresi pada remaja biasanya dipicu oleh gangguan neurotransmitter. Kinerja otak dapat menurun karena gangguan ini dan mampu meningkatkan risiko depresi. Sementara faktor genetik bicara soal depresi yang dapat diturunkan oleh orangtua yang juga pernah punya riwayat depresi.

YSS tak hanya meninggalkan surat tersebut untuk pamannya, namun juga ia tujukan kepada Antonius Sinaga agar sang ayah membacanya. Dilansir dari Kompas, anak ini tak lupa berpesan agar jenazahnya tak perlu dimasukkan ke dalam peti dan langsung ke dalam liang kubur saja menurut Kapolses Oebobo Kompol Ketut Saba. Polisi pun segera mengevakuasi jenazah YSS ke RS Bhayangkara Kupang.