Jumlah hemoglobin sel darah merah dalam tubuh manusia berdasarkan jenis kelamin dan pada usia dewasa, normalnya memiliki nilai ± 4.3 – 5.7 juta sel permilimeter darah 13-18 g/dL pada pria atau sekitar, dan ± 3.9 – 5.0 juta sel permilimeter darah atau 12-16g/dL pada wanita.
Khusus untuk wanita terdapat pengecualian ketika sedang dalam keadaan menstruasi dan hamil; keadaan “khusus” dimana jumlah kadar sel darah merah akan berada pada jumlah di bawah normal, namun belum dapat dikategorikan sebagai anemia.
Jumlah sel darah merah berdasarkan tempat tinggal dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu dataran rendah dan dataran tinggi. Perbedaan tempat tinggal ini memiliki pengaruh pada tingkat oksigen yang dapat diserap oleh tubuh.
Tinggi rendahnya oksigen yang masuk ke dalam tubuh memiliki pengaruh yang besar terhadap produksi sel darah merah dan juga hemoglobin dalam darah. Dalam keadaan normal, dimana tubuh menerima cukup oksigen, maka terdapat sekitar 0.14% – 0.16% hemoglobin per 100 ml sel darah merah, dimana pada setiap 100 ml darah, manusia dapat mengangkut 19 – 21 ml oksigen untuk didistribusikan ke jaringan sel dan organ di seluruh tubuh.
Berdasarkan perhitungan di atas, jika seseorang pada keadaan normal memiliki kadar sel darah merah kurang dari jumlah normal, maka ada kemungkinan tubuhnya terserang anemia.
Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah yang berdampak pada kurangnya konsentrasi hemoglobin di dalam sel darah merah yang memiliki nilai di bawah normal, sesuai dengan faktor kelompok usia, jenis kelamin, dan tempat tinggal.
Anemia pada dasarnya bukanlah penyakit yang berbahaya bagi penderitanya. Namun anda harus waspada bila konsentrasi hemoglobin dalam sel darah merah memiliki jumlah kurang dari sama dengan 7 g/dL pada orang dewasa, dan 4 g/dL pada anak-anak, yang berlangsung selama 3 bulan berturut-turut atau lebih. Pada kondisi tersebut, seseorang sudah dapat dikatakan bahwa ia mengidap anemia gravis.
Anemia gravis timbul akibat sistem penghancuran sel darah merah yang terjadi secara cepat dengan skala besar. Anemia gravis bersifat akut dan kronis, dan sering dijumpai pada usia anak-anak. Untuk mendapatkan diagnosa yang akurat apakah seseorang mengidap anemia atau tidak, maka dibutuhkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Menurut penelitian, penderita anemia gravis tertinggi terdapat pada ibu hamil (50% – 70%); dan yang paling rendah terdapat pada laki-laki dewasa (20% – 30%). Tingginya tingkat anemia gravis pada ibu hamil karena selama masa kehamilan, kebutuhan tubuh akan zat gizi bertambah dua kali lipat karena disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam sumsum tulang yang mempengaruhi produksi sel darah dalam tubuh.
Gejala anemia yang umum ditimbulkan biasanya hanya bersifat ringan, namun cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, sedangkan pada anemia gravis gejala yang ditimbulkan lebih kepada membahayakan nyawa dan psikologis penderitanya.
Anemia gravis memiliki gejala yang dapat mempengaruhi otak dan kesadaran seseorang, sehingga penderita anemia gravis akan sering terlihat bingung, mudah pingsan akibat tingkat kesadaran menurun, sampai dapat terjadi koma. Selain itu penderita anemia gravis akan rentan terhadap gejala gangguan jantung dan paru-paru. [AdSense-B]
Penyebab anemia gravis kronis terbagi dalam 3 kelompok besar, yaitu:
Nutrisi yang dimaksud disini adalah nutrisi atau zat-zat yang diperlukan oleh tubuh untuk memproduksi sel darah, yaitu: zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Jika satu saja komponen tersebut kurang, maka otomatis sumsum tulang tidak dapat bekerja secara optimal untuk menghasilkan jumlah sel darah yang cukup bagi tubuh. Anemia akibat kekurangan nutrisi banyak dialami oleh ibu hamil, bayi, dan anak-anak.
Pada anemia akut dan kronik, menurunnya jumlah sel darah dalam tubuh disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada sumsum tulang; berhenti memproduksi sel darah atau menghasilkan sel darah yang tidak berkualitas.
Kerusakan sumsum tulang yang terjadi salah satunya disebabkan oleh faktor genetik. Akibat yang timbul dari kerusakan sumsum tulang selain berkurangnya produksi sel darah merah, yaitu produksi sel darah merah yang tidak berbentuk bulat, namun seperti bulan sabit.
Sel darah yang memiliki bentuk bulan sabit memiliki masa hidup yang pendek dibandingkan waktu produksi sel baru, sehingga tubuh akan selalu kekurangan sel darah merah. [AdSense-C]
Terdapat banyak faktor luar tubuh yang dapat menyebabkan anemia, yaitu seperti pendarahan akibat kecelakaan, keracunan obat, terpapar radiasi, dsb.
Perlu diperhatikan bagi anda yang sudah terkena anemia, ada baiknya anda rutin melakukan pemeriksaan darah lengkap secara berkala, terutama jika jumlah hemoglobin dalam darah anda rendah dan terus menurun.
Salah satu langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan transfusi darah. Namun tentu saja hal ini dilakukan dibawah pengawasan dokter atau ahli medis.
Hal itu dikarenakan dalam melakukan prosedur sehubungan dengan cara transfusi darah pada manusia, selain terdapat beberapa manfaat transfusi darah yang dapat memperbaiki kondisi pasien, ada juga efek transfusi darah yang berakibat buruk bagi pasien.
Bagi anda yang sudah positif dinyatakan mengidap anemia gravis, ada baiknya anda melakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk mengetahui sumber masalah dari anemia gravis itu sendiri.
Semakin cepat terdeteksi, maka semakin cepat juga penanganan yang bisa dilakukan, sehingga bisa diatasi sejak dini dan tidak menyebar atau menjadi semakin parah.