Kondisi tubuhnya cukup cepat berubah kritis sehingga harus langsung dilarikan ke rumah sakit paling dekat. Menurut laporan yang dilansir dari Detik Health, gadis kecil ini berkondisi kritis karena berpotensi mengonsumsi kacang-kacangan dan susu padahal memiliki alergi terhadap makanan-makanan tersebut.
Mengutip laporan dari Metro.co.uk, seorang petugas rumah sakit tempat gadis ini dilarikan menyatakan bahwa Sabtu malam sang bocah masuk rumah sakit di mana syok anafilaktik adalah penyebabnya. Namun setelah itupun si gadis ini sudah sempat sadar sebelum akhirnya dipindah ke Malaga, tepatnya di Materno Infantil Hospital.
Meski sudah sempat sadarkan diri dan dipindah ke rumah sakit lain, kondisi tubuhnya bukan membaik justru memburuk. Sayang sekali bahwa dirinya harus mengembuskan nafas terakhir belum lama setelah dipindahkan ke rumah sakit di kota Malaga tersebut. Hanya saja, untuk memastikan bahwa kematiannya ada kaitannya dengan reaksi alergi terhadap es krim, diputuskan adanya pelaksanaan autopsi.
Proses autopsi sudah dilaksanakan meski belum bisa menunjukkan hasilnya ke publik, bahkan ada pula serangkaian tes lanjutan sebagai langkah konfirmasi adanya reaksi alergi yang mengakibatkan bocah ini harus kehilangan nyawanya. Institute of Toxicology di kota Seville-lah yang akan melakukan sejumlah tes lebih jauh tersebut.
Syok anafilaktik sendiri merupakan golongan reaksi alergi yang parah dan serius karena memang mampu mengakibatkan penderitanya kehilangan nyawa. Reaksi alergi semacam ini dapat disebabkan oleh beragam alergen. Sejumlah alergen yang memfaktori syok anafilaktik untuk terjadi antara lain adalah:
Ketika seseorang sebelumnya sudah mempunyai riwayat penyakit alergi atau gangguan pernapasan seperti asma, maka risiko terkena syok anafilaktik menjadi jauh lebih besar. Beberapa gejala umum syok anafilaktik yang dapat dialami oleh penderitanya antara lain seperti:
Penanganan medis harus secepatnya diperoleh penderita dalam kasus ini, lalu membaringkannya pun tak boleh sembarangan. Pasien harus berbaring pada permukaan rata sehingga tungkai dan kepala terlihat garis lurus. Pada umumnya, petugas medis akan memberikan penanganan berupa pemberian oksigen tambahan, suntikan adrenalin, cairan infus, CPR (sebagai langkah cepat jika terjadi henti napas pada penderita), serta obat-obatan khusus seperti kortikosteroid dan antihistamin agar gejala mereda.