Penyakit meningitis mungkin selama ini dianggap sebagai kondisi yang hanya dapat diidap oleh anak-anak, padahal meningitis atau radang selaput otak ini bisa mengenai siapapun, tak terkecuali orang dewasa. Umumnya, bayi, balita dan anak-anak adalah yang punya risiko lebih tinggi terkena penyakit ini, namun remaja usia 15-19 tahun serta orang dewasa terutama usia 50 tahun ke atas juga rentan karena sistem imun yang melemah.
Meningitis sendiri merupakan penyakit radang yang disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Jadi, virus atau bakteri tersebut menyerang lapisan pelindung otak berikut saraf tulang belakang, hal ini menjadi pemicu radang yang disebut meningitis dan di bawah inilah sejumlah ciri-ciri meningitis pada orang dewasa yang umumnya dapat terjadi.
Jika mengalami sering sakit kepala yang tak kunjung reda dan konstan, jangan anggap enteng dan pastikan segera ke dokter untuk memeriksakan diri dan mengecek apakah pusing tersebut adalah pusing biasa. Rasa sakit kepala ini dapat timbul tiba-tiba atau bahkan selisih seminggu kemudian usai terkena infeksi.
Gejala lain meningitis yang juga bisa terjadi pada orang dewasa adalah demam di mana ini kerap kali juga disertai dengan sakit kepala persisten. Karena gejala meningitis bisa dikatakan cukup mirip dengan gejala flu, maka demam pun dapat terjadi hanya saja sering disepelekan.
Padahal, demam dialami penderita meningitis karena cairan penyelubung otak sedang diserang oleh virus atau bakteri. Hal ini tak hanya umum terjadi pada bayi yang baru lahir atau bayi dengan usia di atas tiga bulan, tapi orang dewasa juga sangat bisa mengalami gejala satu ini sehingga secepatnya perlu memeriksakan ke dokter.
Pada kulit dapat timbul ruam atau bintik-bintik kemerahan yang disebabkan oleh bakteri yang tumbuh dan memicu kerusakan pada pembuluh darah. Meski lebih rentan terjadi pada penderita anak, penderita dewasa juga berpotensi mengalami gejala ruam kemerahan atau kecoklatan di mana bercak bisa makin besar.
Gejala lainnya yang juga dapat dialami ketika meningitis menyerang orang dewasa adalah tubuh yang terasa pegal-pegal dan juga encok. Pada beberapa kasus, penderita sampai sulit untuk berjalan dan bahkan rasa pegal tersebut menghambat diri mereka dalam berkegiatan sehari-hari.
Mudah bingung dan sulit konsentrasi apalagi fokus ketika hendak mengambil keputusan ternyata menjadi salah satu kondisi yang berkaitan dengan meningitis. Pada lansia, otak yang membengkak juga akan menyebabkan gejala kebingungan seperti ini bertambah parah sehingga sampai pada tahap tak mampu membedakan antara khayalan dan realita.
Kekakuan di bagian leher memang bisa jadi adalah salah posisi tidur, hanya saja ketika hal ini diikuti dengan sakit kepala tak kunjung reda dan demam serta gejala lain yang telah disebutkan, jangan anggap enteng. Kekakuan leher yang terjadi karena meningitis efeknya bisa terasa begitu sakit lebih dari leher kaku karena salah posisi tidur, jadi segera periksakan diri saja ke dokter.
Ketika melihat ke arah sumber cahaya, penderita meningitis dapat mengalami ketidaknyamanan dan migrain atau sakit kepala sebelah. Otak yang terkena radang otomatis memberi tekanan pada saraf penglihatan sehingga sensitivitas terhadap cahaya mengalami peningkatan. Beberapa orang justru mengalami pandangan kabur sebagai gejalanya.
Sakit kepala persisten dan ekstrem kerap diikuti dengan mual serta muntah sebagai tanda seseorang mengalami meningitis. Bahkan gara-gara terlalu sering mual dan muntah, hal ini menurunkan nafsu makan dan membuat penderita malas untuk makan. Hal ini cukup berdampak pada penurunan berat badan yang cukup banyak.
Tak semua gejala kemudian dialami oleh penderita, sebab biasanya hanya dua atau tiga kondisi yang dikeluhkan oleh sebagian besar pasien meningitis. Tergantung penyebabnya, pengobatan meningitis akan menyesuaikan; hanya saja, dokter umumnya memberi resep obat antimikroba. Jika Lupus atau kanker menjadi penyebab meningitis, beberapa terapi perlu dijalani oleh penderita sesuai anjuran dokter.