Antibiotik untuk meningitis terdiri dari beberapa jenis dan merk dagang. Antibiotik umumnya digunakan untuk mengobati berbagai infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Dalam hal ini termasuk penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri dan menyerang selaput otak. Berikut ini beberapa jenis antibiotik yang dapat digunakan untuk menangani meningitis.
1. Ampisilin
Ampisilin merupakan suatu jenis antibiotik yang biasa digunakan untuk mencegah serta mengobati beberapa infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Dalam hal ini termasuk infeksi meningitis yang juga disebabkan oleh bakteri. Ampisilin jika dikombinasikan dengan jenis antibiotik lain seperti vankomisin diketahui sangat efektif bila digunakan untuk mengobati infeksi meningitis.
Selain penyakit tanda-tanda meningitis ternyata ampisilin juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran kemih, infeksi salmonelosis, serta infeksi endokarditis. Namun ampisilin tidak dapat digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus seperti halnya dengan jenis antibiotik lainnya.
Efek samping yang dapat timbul pada pasien yang tidak cocok terhadap ampisilin antara lain berupa diare, mual, serta munculnya ruam. Sedangkan efek samping yang serius dapat juga terjadi pada pasien yang alergi terhadapnya dan penisilin. Efek samping tersebut berupa anafilaksis. Obat jenis ampisilin relatif aman bila dikonsumsi oleh ibu hamil ataupun ibu menyusui.
2. Cefotaxime
Cefotaxime ialah obat jenis antibiotik yang umumnya digunakan untuk mengobati infeksi meningitis serta infeksi lainnya seperti pernapasan bagian bawah, saluran kemih, serta gonore. Antibiotik ini bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri sehingga pasien yang mengalami infeksi karena adanya bakteri bisa pulih kembali. Cefotaxime dapat digunakan dengan cara disuntikkan ke dalam otot atau pembuluh darah.
Namun tindakan pengobatan ini tentu saja harus dilakukan sesuai dengan arahan dari dokter. Cefotaxime sebaiknya digunakan dengan jangka waktu yang sesuai agar obat ini bekerja dengan maksimal dalam memulihkan pasien. Bagi pasien yang alergi terhadap obat jenis ini maka efek samping yang kemungkinan bisa terjadi antara lain gatal-gatal, sulit bernapas, wajah membengkak, dan gangguan tenggorokan.
Untuk kasus yang lebih parah efek samping ini bisa berupa demam yang disertai dengan kondisi kejang-kejang dan bahkan pingsan. Pasien perlu segera mendapatkan penanganan medis bila mengalami efek samping tersebut.
3. Ceftriaxone
Ceftriaxone bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri di dalam tubuh pasien serta membunuh bakteri tersebut. Obat jenis ini umumnya digunakan untuk mengobati infeksi faktor penyebab meningitis dan gonore. Obat jenis ini diberikan pada pasien dengan cara disuntikkan ke dalam otot atau pembuluh darah vena. Penyuntikan tersebut umumnya dilakukan oleh dokter atau perawat.
Obat tersebut harus digunakan dengan jarak waktu tertentu agar dapat memberikan hasil yang terbaik. Atau bisa juga penggunaan obat tersebut dilakukan pada waktu dan jam yang sama di setiap harinya sehingga dapat bekerja secara lebih efektif.
Namun jika pasien yang mendapatkan pengobatan ceftriaxone mengalami gejala bengkak, timbul kemerahan, serta nyeri dan gatal maka sebaiknya penggunaan obat jenis ini segera dihentikan. Oleh karena itu penggunaan obat harus dilakukan dengan hati-hati dan benar-benar di bawah pengawasan tim medis. [AdSense-B]
4. Gentamisin
Gentamisin dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada kasus infeksi gejala awal meningitis yang disebabkan oleh listeria. Untuk mengatasi kasus meningitis listeria sebaiknya penggunaan gentamisin dikombinasikan dengan penisilin dan dilakukan selama 1 minggu. Gentamisin juga bisa diberikan pada pasien dengan kasus meningitis neonatal.
Obat ini juga cocok bila digunakan untuk mengobati beberapa macam infeksi seperti infeksi mata, infeksi telinga, infeksi kulit, serta infeksi saluran kemih. Seringkali pasien yang mengalami luka pada bagian mata atau telinga karena tergores juga dianjurkan oleh dokter untuk menggunakan obat jenis ini demi mencegah terjadinya infeksi.
Pemberian gentamisin dapat dilakukan dengan cara injeksi serta tetes mata. Namun ada pula gentamisin yang berupa krim atau salep. Penyimpanan obat gentamisin tidak boleh dilakukan di dalam lemari es karena akan merusak komposisi dari gentamisin itu sendiri.
5. Penisilin G
Penisilin G yang seringkali disebut juga dengan istilah benzilpenisilin merupakan salah satu antibiotik untuk meningitis. Penisilin G sebagai obat anti bakteri umumnya digunakan untuk mengobati berbagai infeksi termasuk meningitis serta infeksi tenggorokan, pneumonia, antraks, selulitis, dan profilaksis amputasi pada lengan tangan ataupun kaki. [AdSense-A]
Penisilin G bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri. Penisilin G hanya dapat bekerja secara efektif jika obat ini diberikan pada patogen yang sedang aktif bertumbuh. Obat ini dapat diberikan pada pasien melalui injeksi intravena atau infus. Umumnya pada kasus meningitis bakterial dokter akan menganjurkan penggunaan penisilin G dengan cara pemberian injeksi tunggal benzilpenisilin baik secara intramuscular ataupun secara intravena.
Adapun efek samping yang dapat timbul sebagai reaksi alergi terhadap obat jenis ini antara lain munculnya biang keringat, demam, nyeri sendi, dan lain sebagainya. Reaksi alergi dengan kasus yang lebih parah juga dapat berupa anafilaksis serta gangguan pembekuan darah dan lain sebagainya.
6. Rifampin
Rifampin seringkali dikenal dengan nama rifampisin dan biasa digunakan untuk mencegah infeksi ciri-ciri meningitis pada orang dewasa yang diakibatkan oleh bakteri N. meningitis. Selain efektif untuk menangani infeksi meningitis rifampin juga efektif bila digunakan untuk mengobati TBC dan lepra. Rifampin pada dasarnya bekerja dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat sintesis protein terutama pada tahap pergantian dari DNA ke RNA.
Penggunaan obat ini harus dilakukan sesuai dengan anjuran dokter agar dosisnya tepat. Selain itu penggunaan obat ini sebaiknya dilakukan pada saat kondisi perut kosong yaitu sekitar 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
Obat ini hendaknya juga dikonsumsi pada waktu yang sama di setiap harinya sehingga obat ini dapat bekerja secara lebih efektif dalam memulihkan kondisi pasien. Untuk kasus overdosis maka pasien akan mengalami efek samping seperti misalnya gangguan hati, muncul ruam pada kulit, diare, serta mual dan nafsu makan menurun.
7. Vankomisin
Vankomisin yang merupakan salah satu jenis antibiotik seringkali digunakan sebagai alternative penisilin. Obat jenis ini juga seringkali digunakan sebagai terapi meningitis. Beberapa dokter menggunakan vankomisin sebagai pengobatan awal dan digunakan sebagai obat pelengkap.
Seperti halnya dengan jenis antibiotik lainnya maka penggunaan obat ini hanya efektif bila digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri sebab obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Vankomisin awalnya diambil dari hutan pedalaman di Kalimantan dan obat ini merupakan antibiotik alami yang dibuat dari bakteri tanah Actinobacteria spesies orientalis A mycolatopsis.
Sebenarnya indikasi asli vankomisin adalah untuk pengobatan oleh penisilin. Oleh karena itu penggunaannya harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter
Antibiotik untuk meningitis sudah seharusnya dikonsumsi sesuai dengan petunjuk dokter. Sehingga dosis pemakaian akan tepat dan sesuai. Dengan demikian maka pasien akan pulih dari infeksi bakteri penyebab meningitis.