Namun ternyata masyarakat sejak jaman suku Indian memang sudah sering menggunakan cara ini. Awalnya mereka menggunakan cara ini untuk menguir lalat yang hinggap di ikan ikanan. Namun siapa salah ternyata cara ini sangat ampuh untuk mengawetkan makanan juga.
Sebenarnya makanan yang diolah dengan cara pengasapan masih memiliki kandungan gizinya. Asal cara pengolahanya dilakukan dengan benar. Misalnya dengan tidak terlalu lama dan api juga tidak terlalu panas (suhu tinggi).
1. Kandungan Karbon dioksida (CO2)
Karbon dioksida yang masuk tubuh dalam jumlah banyak tentu tidak baik. Kandunganya mampu mengukat haemogoblin (Hb) menjadi HbCO2 yang membawa darah kotor. Salah satu solusinya dengan meminum kopi atau makan mentimun seusai memakan daging asap, yang bergungsi untuk menetralisir kandungan karbon dioksida yang masuk dalam tubuh.
2. Hati-hati pada Pedagang Nakal
Pedagang yang nakal biasanya memasukan tawas agar daging asap selalu nampak segar. Padahal zat tersebut digunakan untuk desinfektan dan sangat berbahaya jika sampai masuk ke dalam tubuh. Meskipun melakukan pengasapan sampai 4 jam lamanya, kandungan logam pada tawas ini tetap tidak bisa hilang. Sangat rentan mengalami gangguan jika tawas ini masuk kedalam tubuh adalah pada organ hati.
3. Tercemar oleh Clostridium Perfringens
Salah satu bakteri yang ada pada makanan yang tidak segar, dan sangat mudah untuk terkontaminasi. Seseorang yang sudah tercemar bakteri ini akan mengalami gejala keracunan. Baik mulai muntah-muntah, diare, bahkan beberapa kasus sampai kematian. Untuk itulah para konsumen harus tetap waspada untuk mengkonsumsi daging asap.
4. Jika Membeli Asap Cair, Telitilah Jenis Pengasapanya
Dijaman yang modern ini, sudah banyak beredar model pengasapan dalam bentuk cair. Hal ini dilakukan dengan cara pengembunan uap dari sisa pembakaran kayu, kelapa sawit, dan ampas gergajian kayu. Cara ini dinilai aman sebenarnya.
Namun perlu anda ketahui beberapa jenis asap cair Mempunyai tingkatan khusus untuk setiap fungsi yang berbeda pula. Jenis asap cair B1 digunakan untuk pengawetan makanan mentah yang fungsinya untuk mengawetkan makanan. Contohnya pada ikan, daging, serta buah. Sedangkan jenis B2 lebih mengarah pada makanan bakso, mie dan kerupuk. Sementara pada jenis B3 untuk menambah perasa barbeque pada sosis.
5. Resiko Penyakit Kanker Lebih Besar
Salah satu alasan mengapa seseorang bisa terkena kanker adalah kurangnya menjaga pola makan. Daging asap pada dasarnya lebih banyak mengandung pengawet. Proses pengolahanya yang melalui tahap pengawetan ini juga perlu diwaspadai. Menurut studi kasus, hal ini lebih menekankan pada resiko kanker sebab kandungan natrium jauh 4 kali lebih banyak.
Selain terdapat banyak natrium, zat yang lebih membahayakan pada daging asap ladalah PAH (Polyclynic Aromatic Hydrocarbon) dan HCA (Heteroclynic Amines). Kedua zat ini merupakan senyawa yang muncul ketika suatu makanan dimasak pada suhu tinggi.
6. Resiko Terkena Stroke
Menurut penelitian di Universitas Harvard, mengkonsumsi daging asap lebih berbahaya dari pada daging merah. Sebab penempatan garam dan pengawet memang lebih berbahaya dari pada lemak daging. Kandungan nitrat yang jauh 2 kali lebih banyak dari daging merah. Oleh karena itu, mengkonsumsi banyak daging asap dapat menimbulkan gejala stroke.
7. Resiko Diabetes dan Jangtung Koroner
Pengolahan daging asap yang tidak sempurna juga memicu adanya diabetes dan jantung koroner. Salah satu ungkap tim peneliti dari Harvard University of Public Health mengatakan, ‘resiko serangan jantung dan diabetes dapat diturunkan dengan menghindari makan terlalu banyak daging olahan.’ Bahkan menambahkan bahwa daging olahan hanya dikonsumsi satu porsi seminggu.
8. Resiko Kanker Payudara
Peningkatan resiko kanker payudara pada wanita semakin meningkat ketika ia sudah dalam kondisi post menopause. Kadar esterogen yang mempu menghindarinya dari penyakit sudah menurun. Adanya kebiasaan mengkonsumsi makanan yang terlalu lama diatas kompor meningkatkan timbulnya HCA. Sebanyak 50% resiko wanita terkena kanker payudara dan kondisi ini akan terus meningkat. Penelitian sudah dilakukan di University of South Carolina Columbia.
Sebelum kedua zat tersebut melakukan reaksi metabolic, anda memanfaatkan waktu tersebut untuk menetralisir zat karsinogenik. Salah satunya mengkonsumsi makana yang mengandung zat anti oksidan. Sehingga mampu digunakan untuk mencegah terjadinya exposure, dan bisa di mulai dengan mengkonsumsi mentimun atau kopi.
Ada trik khusus untuk lebih meminimalisir terjadinya pembentukan HCA (karena protein) dan PAH (karena lemak). Yakni dengan mengasapi makanan dalam suhu yang rendah atau average. Hal ini meminimalisir pemanasan yang berlebihan. Usahakan daging di tempatkan agak jauh dari sumber panas.
Penggunaan minyak kacang ini lebih bersifat anti lengket. Sehingga meminimalkan daging yang menempel di area pengasapan. Bahkan minyak kacang juga terkenal lebih panas dari minyak yang lainya. Selain itu, terdapat kandungan lemak jenuh tunggal yang cukup baik untuk tubuh.
Demikian ulasan mengenai daging pengasapan, semoga banyak membantu. ^_^