Sewaktu sampah sudah menumpuk, apa yang Anda lakukan? Pasti langsung membakarnya di halaman rumah bukan? Beberapa orang memiliki kebiasaan membakar sampah ketika sampah sudah terlalu mengganggu pemandangan.
Namun tahukah Anda bahwa berdasarkan PERDA (Peraturan Daerah) nomor 2 tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara, otomatis membakar sampah tak diperbolehkan lagi? Untuk memperjelasnya, kenali apa saja bahaya membakar sampah untuk kesehatan kita berikut ini.
Sederhana saja, membakar sampah mampu menghasilkan asap yang tebal dan inilah yang berefek buruk bagi orang-orang sekitar kita. Kabut asapnya dapat menurunkan jarak pandang pada pejalan kaki maupun pengendara bermotor.
Membakar sampah pun bisa berbahaya dan berisiko cukup tinggi memicu kebakaran dalam skala besar. Ketika api tidak benar-benar mati ketika sudah selesai membakar sampah, maka saat terkena angin bisa kemudian hidup lagi dan berpotensi menjalar.
Hasil dari pembakaran sampah apalagi yang dilakukan di area terbuka mampu merugikan kesehatan, khususnya gangguan pada sistem pernapasan. Ini karena PM atau Partuculate Matter atau partikel debu halus diketahui menjadi hasil dari pembakaran sampah di mana ukurannya teramat kecil sehingga dapat masuk ke alat pernapasan tanpa tubuh kita bisa menyaringnya.
Senyawa dengan sifat pembangkit sel kanker atau yang dikenal dengan sebutan sifat karsinogenik bisa juga terhasilkan dari aktivitas membakar sampah dalam bentuk kayu. Jika sering-sering membakar sampah, risiko terkena kanker pun makin tinggi.
Bahaya lainnya bagi tubuh manusia ketika membakar sampah adalah adanya gas formaldehida atau formalin yang dihasilkan dari pembakaran sampah. Sampah dari bahan melamin ketika dibakar dengan oksigen besar mampu mengancam kesehatan tubuh manusia.
Selain mengganggu kesehatan pernapasan yang memicu sesak nafas, kinerja jantung juga dapat terancam oleh kebiasaan aktivitas membakar sampah di rumah. Ini karena ada gas beracun berupa Benzopirena yang dihasilkan dari pembakaran sampah dan jika asapnya terus terhidup, mampu juga meningkatkan potensi terserang kanker.
Senyawa satu ini pun berbahaya bagi manusia karena bersifat membunuh. Senyawa Fosgen dapat dihasilkan oleh proses dan hasil membakar sampah plastik. Senyawa dalam belum gas ini bahkan pada masa Perang Dunia I justru dimanfaatkan untuk membunuh sehingga memang senjata ini cukup mengancam jiwa.
Senyawa kimia dioxin pun dapat dihasilkan dari aktivitas membakar sampah, khususnya saat kita membakar sampah plastik. Pada umumnya, dioxin ini dikenal sebagai senyawa yang digunakan untuk meracuni tumbuhan, alias herbisida. Dengan kata lain, asap yang berasal dari pembakaran sampah plastik bakal merusak tanaman karena racunnya.
Pembakaran sampah mungkin dinilai sebagai aktivitas yang baik karena kita pun tidak boleh menumpuk sampah. Namun, ada lagi senyawa yang disebut dengan karbonmonoksida dihasilkan dari pembakaran sampah. Ketika manusia menghirupnya, hal ini bisa berdampak buruk bagi tubuh, yakni menjadi pengganggu kinerja Hb atau hemoglobin.
Padahal, Hb atau sel darah merah memiliki peran penting di dalam tubuh sebagai pengangkut sekaligus pengedar oksigen supaya tubuh dapat bekerja dengan baik. Ketika hal Hb terganggu, otomatis suplai oksigen ke seluruh tubuh pun terhambat dan sebagai akibatnya tubuh akan kekurangan oksigen. Gejala dari keracunan karbonmonoksida dan kekurangan oksigen adalah rasa mual dan pusing yang lama-kelamaan bisa mengakibatkan kematian juga.
Dari hasil pembakaran sampah pun akan ada senyawa-senyawa lain yang berbahaya seperti arsenik, kromium, dan merkuri yang mampu meningkatkan risiko kerusakan otak, penyakit ginjal, gangguan pada kardiovaskular dan juga tekanan darah tinggi. Senyawa-senyawa tersebut dijumpai pada abu sisa pembakaran sampah.
Demikianlah sejumlah bahaya membakar sampah bagi kesehatan dan lingkungan yang perlu diperhatikan sekaligus menjadi peringatan bagi kita untuk tak lagi melakukan aktivitas satu ini. Daripada dibakar, kini telah ada komunitas bank sampah yang kita dapat andalkan.