Xerostomia

10 Gejala Autisme Yang Sering Terlihat Dengan Jelas

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Gejala autisme ada berbagai macam. masing-masing penderita autisme akan memiliki gejala yang berbeda jenisnya. Sehingga ada baiknya mendapat informasi yang jelas mengenai gejala tersebut.

Berikut ini beberapa gejala autisme yang secara umum terjadi dan dimiliki oleh beberapa penderita autisme.

1. Tidak pernah mengekspresikan emosi.

Seorang penderita autisme umumnya selalu memiliki wajah dengan ekspresi yang terkesan datar. Hal ini bisa saja terjadi karena umumnya seseorang yang menderita autisme tidak dapat mengungkapkan emosi.

Seorang penderita autisme memang diketahui tidak memiliki perasaan sedih ataupun perasaan senang sehingga ekspresinya selalu datar. Karena itu saat ada peristiwa yang menyenangkan ataupun cukup menyedihkan maka seorang penderita autisme tetap saja tidak dapat mengungkapkan emosinya sehingga tidak timbul ekspresi.

Ia hanya dapat marah dan melampiaskan kemarahannya. Kemarahan pun hanya terjadi jika ia tidak menyenangi aktivitas yang harus dijalaninya pada saat itu juga.

2. Tidak peka terhadap perasaan orang lain.

Penderita autisme umumnya diketahui tidak dapat memiliki emosi seperti halnya manusia sewajarnya. Kondisi ini pun berujung pada timbulnya ekspresi wajah datar di tiap harinya.

Oleh karena itu penderita emosi juga tentunya tidak akan dapat memahami perasaan orang lain. baik pada saat orang lain merasa senang ataupun sedih dan juga pada saat sedang marah. Penderita penyebab penyempitan saraf ini kurang dapat membaca ungkapan ekspresi orang lain sebab ia cenderung tidak peka terhadap perasaan orang lain tersebut.

Oleh karena itu diperlukan kesabaran dalam menghadapi seorang penderita autisme. Sebab ia tidak akan dapat membaca ekspresi kita.

3. Sering melakukan pengulangan kata.

Pengulangan kata sering kali dilakukan oleh orang yang sedang menderita autisme. Dalam hal ini penderita autisme akan selalu dan sering kali mengucapkan kata yang sama secara berulang-ulang. Kondisi pengucapan kata secara berulang-ulang ini sering kali disebut juga dengan istilah echolalia.

Sebenarnya pengulangan kata ini terjadi secara tanpa disadari oleh penderita autisme tersebut. Bahkan ia tidak dapat memahami penggunaan kata-kata yang diucapkannya tersebut secara tepat.

Dalam kondisi apapun seorang penderita autisme bisa saja melakukan pengucapan kata secara berulang. Bisanya pengucapan kata yang berulang ini juga disertai dengan ekspresi yang datar dan tanpa adanya emosi.

4. Sering menghindari kontak mata.

Kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain umumnya dihindari oleh seseorang yang sedang menderita penyakit autisme. Penderita macam-macam penyakit saraf tersebut umumnya merasa tidak nyaman jika harus berkomunikasi dengan orang lain.

Terlebih lagi jika ia harus melakukan percakapan yang cukup panjang dengan orang lain. Ia tentu akan menghindari kontak mata dengan orang lain. Maka tak jarang pula kita melihat bahwa penderita autisme akan semakin menundukkan kepalanya jika ditatap secara langsung oleh orang lain.

Ia juga cenderung memalingkan wajahnya dari lawan bicaranya untuk menghindari kontak mata. Hal ini tampaknya sesuai dengan ciri dari penderita autisme yang cenderung menghindari interaksi sosial. [AdSense-B]

5. Nada bicara datar bagaikan robot.

Umumnya penderita penyakit autisme tidak hanya mengalami kesulitan dalam hal mengekspresikan emosinya. Namun penderita autisme juga memiliki ketidakmampuan untuk berbicara dengan menggunakan emosi.

Dengan kata lain cara bicara seorang penderita autisme bisa disebut cukup datar. Jika dilihat secara lebih jelas tampak bahwa cara bicara penderita autisme membuat dirinya semakin seperti robot saja.

Nada bicara yang cenderung datar dan tidak ada aksen tersebut membuatnya terkesan seperti robot. Hal ini berkaitan dengan ciri dari penderita autisme yang pada dasarnya enggan untuk berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain.

6. Lebih senang menyendiri.

Menyendiri dan menjauhkan diri dari kerumunan sering kali dilakukan oleh orang yang menderita autisme. Terutama penderita autisme yang masih tergolong ke dalam usia anak-anak.

Gejala penyebab kejang tanpa demam pada penderita autisme ini memang membuatnya lebih senang dengan dunianya sendiri sehingga sekilas ia tampak sedang berimajinasi.

Ia tentu sangat menyenangi aktivitasnya yang dilakukannya sendiri dan aktivitas tersebut seolah menjadi dunianya. Penderita autisme justru terkadang merasa terganggu dengan kehadiran orang lain dan tidak suka diganggu saat ia sedang melakukan aktivitas kesukaannya.

Oleh karena itu penderita autisme perlu dilatih untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sosialnya agar dapat membaur dengan orang lain. [AdSense-A]

7. Melakukan gerakan repetitif.

Yang dimaksud dengan gerakan repetitif dalam hal ini adalah gerakan yang dilakukan secara berulang-ulang. Seorang penderita autisme tentunya memiliki salah satu ciri atau gejala berupa melakukan gerakan repetitif. Gerakan repetitif ini dilakukan dengan cara misalnya mengibaskan tangan.

Gerakan mengibaskan tangan ini yang paling sering terjadi dan dialami oleh beberapa penderita autisme. Di samping itu ada pula gerakan lainnya yaitu gerakan yang berupa mengayunkan tubuh ke depan dan ke belakang. Ada pula gerakan lain seperti misalnya melompat di tempat akibat macam-macam kejang. Berbagai gerakan repetitif yang dilakukan tiap penderita autisme itu berbeda-beda bentuk dan jenisnya.

8. Menjalani aktivitas tertentu secara rutin.

Suatu aktivitas tentu akan dilakukan oleh seorang penderita autisme secara rutin. Aktivitas tersebut akan dilakukannya setiap hari dan di tempat yang sama di tiap harinya. Misalnya aktivitas menulis saat bersekolah. Bila aktivitas ini mengalami perubahan maka penderita autisme bisa saja menjadi marah.

Penderita autisme memang seolah terprogram untuk melakukan aktivitas yang sama di setiap harinya. Hal ini berkaitan pula dengan adanya kosa kata yang diucapkan secara berulang-ulang serta adanya gerakan tubuh yang juga selalu dilakukan secara berulang-ulang. Demikian pula dengan aktivitas hariannya. Aktivitas harian juga akan terbiasa untuk dilakukan secara berulang-ulang.

9. Memiliki kelainan pada sikap tubuh atau pola gerakan.

Tidak hanya cara bicara dan ekspresi datar dari penderita autisme saja yang terkesan unik. Pola gerakan penderita autisme juga terkesan unik dan cenderung memiliki kelainan.

Seperti misalnya pada kasus yang menunjukkan bahwa seorang anak penderita autisme selalu berjalan dengan cara berjinjit dimanapaun dan kapanpun. Perilaku ini memang bisa dihentikan jika Anda mengingatkan penderita gegar otak ringan tersebut.

Namun setelah diingatkan tentunya ia akan melakukan hal tersebut lagi. Hal ini pun akan terjadi secara berulang-ulang. Namun penderita autisme sebenarnya dapat dilatih untuk mengurangi beberapa pola gerakan atau sikap aneh yang selama ini dilakukannya.

10. Tidak merespons rasa sakit.

Umumnya rasa sakit memang tidak dapat dirasakan oleh penderita autisme. Jadi penderita autisme tampak lebih kebal terhadap sesuatu yang dapat membuatnya sakit secara fisik.

Namun umumnya penderita autisme lebih sensitif dalam hal lainnya. Ia bisa saja menjadi lebih sensitif terhadap cahaya atau bisa juga terhadap suara. Atau bisa juga seorang penderita autisme lebih peka terhadap sentuhan dan lain sebagainya.

Gejala autisme yang telah dijabarkan di atas bisa saja dimiliki sebanyak satu gejala atau lebih oleh penderita autisme. Jika seorang balita menunjukkan salah satu atau beberapa gejala di atas maka sebaiknya segera periksakan ke dokter agar segera mendapatkan penanganan yang tepat.