Dari aksi jogging yang kemudian terburu-buru untuk bekerja, kaki wanita Selandia Baru berusia 29 tahun merasakan sensasi tertusuk pin maupun jarum yang awalnya ia kira ada masalah dengan alas kakinya menurut lansiran The Sun. Ia pulang untuk mengganti alas kaki namun malah berakibat pada kondisinya yang koma dan selama sebulan hanya dapat berbaring. Awalnya, ia tak langsung tak sadarkan diri namun mengalami lebih dulu rasa sering sakit pada dadanya dan bahkan kakinya lebih lemah dari biasanya.
Sang ibu pun memanggil ambulans dan membawanya ke rumah sakit, dan usai memeriksanya dokter mengatakan bahwa ketika wanita bernama Anstey Campbell ini mulai stres maka gejala penyakitnya akan memburuk. Rupanya setelah menjalani pemeriksaan, Anstey diketahui mengidap gangguan autoimun langka yang disebut dengan Guillain-Barre Syndrome atau GBS.
Sindrom ini merupakan suatu kondisi saat imun atau sistem daya tahan tubuh seseorang justru memicu kerusakan saraf. Ketika saraf rusak, otot pun menjadi lemah dan kadang anggota tubuh bisa menjadi lumpuh juga. Seperti pada kasus Anstey, awalnya penyakit ini akan menimbulkan rasa kesemutan pada kedua kaki lebih dulu sebelum menyebar ke bagian tubuh lain sebelah atas.
Anstey sempat lumpuh total dan seminggu tak sadarkan diri alias koma sehingga memerlukan intervensi lebih luas. Pihak medis memindahkannya ke ICU dan menyediakan alat ventilator sebagai alat bantu selama 86 hari. Dari 86 hari, selama 31 hari Anstey diketahui dalam keadaan sadar tapi tak mampu merespon.
Anstey mengatakan bahwa ia begitu ingat kalau dokter sudah melakukan berbagai tes medis pada dirinya dengan tujuan agar tubuhnya bisa merespon. Anstey juga mencoba melakukan apapun yang dokter arahkan ketika sadar tubuhnya tak mampu merespon, namun saat dokter berupaya menjaga matanya tetap terbuka dengan mendorong tulang alisnya, Anstey mengatakan hal itu sangat sakit.
Pada dasarnya, Anstey mampu mendengar orang-orang di sekitarnya berbicara, namun ia sadar tak merespon sama sekali dan melakukan komunikasi pun cukup lewat kedutan pada rahangnya. Sebagai upaya mengembalikan kekuatannya, ia pun menjalani terapi fisik. Dokter juga mengatakan kepadanya bahwa ia bisa pulih walau memang ada beberapa organ tubuh yang tak berfungsi baik.
Penyebab dan Gejala Guillain-Barre Syndrome
Penyebab utama dan pasti dari kondisi sindrom ini belumlah diketahui sampai kini, namun timbulnya sindrom ini bisa saja beberapa minggu atau hari setelah seseorang terkena infeksi saluran pernafasan atau infeksi saluran pencernaan. Pada kasus langka, sindrom ini dapat dipicu oleh tindakan medis seperti imunisasi maupun operasi.
Beberapa faktor risiko seperti berikut ini pun dapat berperan besar dalam membuat seseorang mengalami sindrom Guillain-Barre, yaitu:
Beberapa tanda atau gejala yang umum dirasakan seseorang sebagai keluhan yang mengarah pada sindrom Guillain-Barre Syndrome antara lain adalah:
Diagnosa dan Pengobatan
Pemeriksaan akan diawali dengan menanyakan pasien akan riwayat medisnya lalu dilanjutkan dengan memeriksa fisik. Beberapa langkah seperti spinal tap atau mengambil cairan dalam jumlah kecil dari tulang belakang pada punggung bawah untuk dites karena jika terjadi perubahan maka pasien berkemungkinan mengidap sindrom Guillain-Barre Syndrome.
Studi konduksi saraf pun kemungkinan dibutuhkan sebagai cara mengukur kecepatan sinyal saraf pada tubuh pasien. Elektromiografi adalah bentuk metode diagnosa lainnya yang dokter jalankan sebagai pengukur aktivitas saraf pada otot.
Pengobatan untuk sindrom ini bisa sembuh total belumlah ada, namun beberapa perawatan inilah yang biasanya diberikan agar pasien lebih cepat pulih dan gejala cepat mereda:
10 bulan berlalu, Anstey masih mengunjungi rumah sakit secara rutin untuk pemeriksaan berkala. Karena stres merupakan pemicu penyakit ini pada tubuhnya, maka ia mulai mencoba untuk mengelola stresnya dengan baik dan menghindari pikiran-pikiran negatif yang bisa membuatnya tertekan.