Salah satu organ terpenting dalam tubuh kita adalah jantung, di mana organ tersebut bekerja untuk memompa darah yang untuk selanjutnya diedarkan ke anggota tubuh lainnya. Jantung kita memiliki dua sisi, yaitu sisi kanan yang kandungan di dalamnya didominasi oleh darah kotor (CO2), dan sisi sebelah kiri yang di dalamnya terkandung oksigent (O2). Kedua sisi organ jantung tersebut dipisahkan oleh sebuah dinding atau sekat yang disebut dengan septum, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya percampuran darah dari kedua sisi jantung tersebut. Pada kondisi jantung yang normal, darah dari sisi sebelah kanan yang berupa CO2 akan disalurkan terlebih dahulu ke organ paru-paru untuk mengalami proses penyaringan, lalu setelah itu diteruskan ke jantung untuk dipompa dan diedarkan ke seluruh tubuh. Lalu bagaimana jika serangan jantung dalam kondisi tidak normal?
Salah satu kondisi yang menandakan bahwa jantung kita dalam kondisi tidak normal adalah terjadinya kebocoran pada salah satu sisi jantung tersebut yang menjadikan bercampurnya udara kotor (CO2) dan udara bersih (O2).
Mengapa kondisi tersebut bisa terjadi?
Jantung bocor merupakan suatu kondisi di mana pada bagian sekat jantung (septum) terdapat lubang yang disebabkan oleh kelainan struktur pada organ jantung itu sendiri. Dan pada umumnya, kondisi seperti ini merupakan penyakit bawaan sejak pasien dilahirkan. Adapun proses terjadinya kondisi tersebut berlangsung sejak organ jantung pasien mulai terbentuk, yaitu pada masa awal pembuahan (konsepsi). Kondisi jantung janin bisa dikatakan normal apabila pada akhir trimester pertama kehamilan, formasi jantung sudah dalam kondisi sempurna. Dengan begitu, ketika seorang bayi mengalami kondisi jantung bocor, artinya selama dalam kandungan, terutama pada akhir trimester pertama, kondisi jantung bayi tersebut belumlah sempurna. (baca juga: gejala gagal jantung)
Ada beberapa faktor yang disinyalir dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada jantung, seperti :
Faktor Prenatal (faktor eksogen)
- Ibu mengalami infeksi, seperti rubela
- Kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok selama masa kehamilan
- Usia ibu hamil yang lebih dari 40 tahun
- Ibu hamil memiliki diabetes pada anak yang membutuihkan insulin
- Kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan penenang selama kehamilan.
Faktor Genetik (faktor endogen)
- Ayah atau ibu yang sebelumnya memiliki penyakit ciri-ciri jantung bocor
- Anak yang lahir sebelumnya juga memiliki bahaya jantung bocor
- Sindrom Down yang terjadi akibat kelainan kromosom
- Bayi dilahirkan dengan membawa kelainan bawaan yang lainnya.
Bagaimana jika seseorang dinyatakan mengalami kebocoran pada jantung?
Di atas telah dikatakan bahwa jantung memiliki dua sisi, yaitu sisi kanan dan sisi kiri yang dipisahkan oleh sekat atau dinding yang disebut dengan septum. Masing-masing dari sisi jantung tersebut memiliki dua ruangan, yaitu serambi di bagian atas, dan bilik di bagian bawah. Kondisi jantung bocor bisa terjadi apabila terjadi kebocoran atau adanya lubang pada septum, baik septum yang berada di antara dua serambi di bagian atas, maupun septum yang berada di antara bilik di bagian bwah jantung.
baca juga: bahaya jantung bengkak
Sebelum mengetahui lebih jauh apa sajakah gejala yang dialami oleh pasien dengan kebocoran pada jantung, ada baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu tipe dari kondisi jantung bocor.
Atrial Septal Defect (ASD)
Yaitu sebuah kondisi kelainan jantung yang terjadi akibat timbulnya lubang atau kebocoran pada septum yang berada di antara dua serambi atas jantung. ASD (Defek Septum Atrium) merupakan sebuah kelainan jantung kontingental, di mana pada dinding jantung (septum) timbul lubang sebagai pemisah di antara atrium kiri dan kanan. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya percampuran darah yang berasal dari sisi jantung sebelah kiri berisi oksigent (O2) dengan darah yang berasal dari sisi jantung sebelah kanan yang berisi karbondioksida (CO2). Bayi lahir dengan kelainan atau cacat septum atrium (ASD) pada umumnya tidak memiliki gejala atau tanda-tanda yang dapat menjelaskan kondisinya tersebut, akan tetapi di masa pertumbuhannya kelak, bayi tersebut akan menjadi seorang anak yang terlihat lebih kecil dari anak-anak seusianya.
Pasien dengan ASD yang berukuran kecil (kurang dari 5 mm) biasanya tidak menunjukkan gejala, dan kemungkinan besar gejala tidak akan muncul hingga pasien berusia pertengahan atau sesudah itu. Sedangkan bagi pasien dengan ASD yang besar, gejala yang umum terjadi adalah timbulnya murmur jantung yang merupakan suara atau bunyi abnormal ketika jantung berdetak. Gejala ini terkadang tidak bisa terdengar, dan kemungkinan bisa terdengar ketika tubuh pasien sedang dalam posisi tertentu. Murmur bisa terdengar ketika terjadi peningkatan aliran darah melalui katup trikuspidalis. ASD yang besar dan tidak segera mendapatkan penanganan, bisa menyebabkan terjadinya kerusakan pada organ jantung dan paru-paru, serta dapat meningkatkan resiko gagal gejala jantung koroner. Kondisi tersebut disebabkan adanya aliran darah yang abnormal (aliran darah ekstra) ke jantung sebelah kanan.
Dan jika kondisi seperti ini terjadi, maka ada beberapa gejala jantung bocor yang dapat menandainya, di mana gejala-gejala tersebut bisa terjadi kapan saja berupa :
- Mengalami infeksi saluran pernafasan dengan frekuensi yang sering. (baca juga: ciri-ciri ISPA)
- Mengalami sesak nafas, terutama ketika pasien sedang melakukan aktifitas fisik
- Terjadinya pembengkakan pada beberapa anggota tubuh, seperti kaki, tungkai, serta perut
- Mengalami kelelahan
- Jantung berdebar-debar
- Terjadinya penumpukan cairan serta darah pada organ paru-paru.
Ventricular Septal Defect (VSD)
Ini merupakan kelainan jantung kongenital yang terjadi akibat timbulnya lubang atau kebocoran pada septum interventrikuler sehingga berakibat terjadinya percampuran antara darah yang berasal dari jantung sebelah kanan yang kaya akan karbondioksida (CO2) dengan darah yang berasal dari sisi jantung sebelah kiri yang kaya akan oksigent (O2). Tanda dan gejala dari VSD sendiri bisa diketahui berdasarkan tingkatan terjadinya kondisi tersebut, yaitu :
1. Ventricular Septal Defect (VSD) kecil
Ada beberapa gambaran klinis yang bisa menandai kondisi ini, seperti :
- Besarnya kondisi VSD kecil adalah antara 1 hingga 5 mm.
- Tekanan sistolik ventrikel kanan kurang dari 35 mmHg dan rasio aliran darah pulmonal dengan sistemik kurang dari 1,75.
- Pada pasien dengan VSD kecil, umumnya tidak memiliki gejala (asimptomatik),
- Tumbuh kembang si pasien pun tidak mengalami gangguan apa-apa.
- Meskipun terkadang ditemukan adanya bising peristaltic yang bisa menyebar ke seluruh tubuh pericardium dan akab berakhir ketika distolik akibat penutupan VSD, akan tetapi pada umumnya jantung pasien memiliki bunyi yang normal.
- Ketika dilakukan test EKG, ditemukan adanya peningkatan aktivitas ventrikel sebelah kiri, meskipun hanya sedikit.
- Ketika dilakukan test radiology, ditemukan bahwa jantung memiliki ukuran yang normal, begitu juga dengan vaskularisasi paru (terkadang mengalami sedikit peningkatan).
- Lubang yang timbul akan menutup dengan sendirinya ketika pasien berumur 3 tahun
- Kondisi VSD kecil tidak memerlukan kateterisasi, yang merupakan suatu tindakan minimal invasif dengan cara menerapkan kateter (selang/pipa plastik) ke dalam organ penyebab penyakit jantung serta pembuluh darah koroner melalui pembuluh darah dengan tujuan untuk mendiagnosa serta terapi apabila ternyata dijumpai kelainan pada organ tersebut.
2. Ventricular Septal Defect (VSD) sedang
Gambaran klinis tentang VSD sedang di antaranya adalah :
- Besarnya defek yang timbul adalah antara 5 hingga 10 mm
- Tekanan sistolik ventrikel kanan mencapai 36 hingga 80 mmHg (+/- ½ dari tekanan sistemik) dan rasio aliran darah pulmonal dengan sistemik lebih besar dari 3.
- Kondisi seperti ini seringkali menunjukkan berbagai gejala, terutama pada bayi seperti :
- Mengalami sesak nafas dan mudah lelah, terutama ketika melakukan aktivitas fisik seperti pada saat pasien sedang makan atau minum, di mana pasien umumnya memerlukan waktu yang lebih lama untuk melakukannya, dan mereka seringkali tidak dapat menghabiskan makanan maupun minuman mereka.
- Tumbuh kembang pasien mengalami gangguan akibat berat badan yang sulit naik.
- Pasien lebih rentan mengalami infeksi seperti infeksi pada baru sehingga mereka sering mengalami batuk-batuk, dan ketika mereka mengalami kondisi tersebut maka akan membutuhkan waktu yang lama untuk proses penyembuhan, meskipun umumnya mereka juga responsive terhadap pengobatan yang dilakukan.
- Mengalami pernafasan yang abnormal, yaitu cepat dan dangkal (takipnea)
- Retraksi bentuk dada normal
- Pada saat dilakukan test EKG, baik ventrikel sisi kiri maupun sisi kanan mengalami peningkatan aktivitas, dan umumnya peningkatan yang lebih signifikan terjadi pada ventrikel sisi kiri.
- Dan ketika dilakukan test radiology, ditemukan bahwa telah terjadi pembesaran jantung dalam derajat yang sedang. Selain itu, juga tampak penonjolan pada conus pulmonalis, peningkatan yang terjadi pada vaskularisasi paru, serta terjadinya pembesaran pada pembuluh darah di hilus.
3. Ventricular Septal Defect (VSD) Besar
Sedangkan gambaran klinis terkait dengan VSD besar adalah sebagai berikut :
- VSD besar pada umumnya memiliki diameter ukuran melebihi setengah ostium aorta atau lebih dari 1 atau 2 cm.
- Tekanan sistolik ventrikel kanan lebih dari 80 mmHg
- Pada Masa Neonatus (bayi berusia 0 hingga 28 hari). Pada minggu pertama setelah kelahiran, terjadi peningkatan dispnea (sesak nafas), pada minggu ke-2 atau ke-3 biasanya gejala akan mulai muncul, dan setelah minggu ke-6 resiko gagal jantung bisa terjadi yang didahului dengan timbulnya infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Adapun gejala bisa sering timbul, seperti :
- Timbulnya sesak nafas ketika beristirahat
- Gangguan pernafasan yang menyebabkan tubuh kekurangan oksigent, sehingga seringkali timbul sianosis
- Tumbuh kembang pasien menjadi terganggu akibat berat badan yang sulit naik.
- Ketika dilakukan test EKG, kemungkinan besar akan ditemukan terjadinya peningkatan aktivitas baik pada ventrikel kiri maupun kanan.
- Ketika dilakukan Test Radiology, ditemukan bahwa organ jantung pasien telah mengalami pembesaran dengan conus pulmonalis yang terlihat menonjol, pembesaran pada pembuluh darah di hilus, serta vaskularisasi paru perifier mengalami peningkatan.
Secara garis besar kita ada beberapa gejala yang dapat menandai bahwa seorang anak menderita VSD, yaitu :
- Nafas pendek
- Retraksi pada jugulum, sela intrakostal, serta region epigastrium
- Terlihat impuls jantung hiperdinamik, terutama pada anak-anak yang memiliki badan kurus.
- Pertumbuhan menjadi terhambat
- Terlihat pucat
- Banyak berkeringat
- Ujung-ujung jari hiperemik
- Pertambahan diameter dada pasien
- Dada bagian kiri sering terlihat adanya penonjolan
- Frekuensi tekanan pada arteria pulmonalis tinggi
- Terjadinya penutupan katup pulmonalis bisa teraba dengan jelas pada sela iga II kiri dekat sternum dan kemungkinan juga teraba getaran bising yang terjadi pada dinding dada.
Diagnosa Jantung Bocor
Ada beberapa tindakan medis yang dipergunakan untuk mendiagnosa seorang pasien dengan kondisi jantung bocor, seperti :
- Rontgent (radiology) pada bagian dada
- Ekokardiografi (pemeriksaan kondisi jantung)
- Dopler berwarna, merupakan pemeriksaan non-invasif guna mendapatkan anatomi dan morfologi dari organ jantung. Selain itu juga untuk mengetahui fungsi bilik jantung
- Kateterisasi jantung, merupakan suatu tindakan minimal invasif dengan cara menerapkan kateter (selang/pipa plastik) ke dalam organ bahaya jantung bocor serta pembuluh darah koroner melalui pembuluh darah dengan tujuan untuk mendiagnosa serta terapi apabila ternyata dijumpai kelainan pada organ tersebut
- Angiografi koroner (khusus untuk pasien dengan usia di atas 35 tahun)
- MRI dada
- Elektrocardiografi (EKG)
Pengobatan dan Pencegahan
Atrial Septal Defect (ASD)
Pada usia kanak-kanak, sebagian besar kondisi ASD akan menutup dengan sendirinya, dan meskipun tidak menutup ASD yang kcil tidak akan menimbulkan masalah sehingga kemungkinan besar tidak akan memerlukan adanya pengobatan apapun. Akan tetapi pada kondisi ASD yang besar tentu saja harus mendapatkan penanganan yang tepat, seperti :
- Pembedahan yang ditujukan untuk memperbaiki kelainan-kelainan yang ada.
- Kateterisasi jantung, yaitu pengobatan ASD tanpa melalui proses pembedahan. Proses kerjanya adalah dengan memasukkan kateter pada daerah tungkai menuju jantung melalui pembuluh darah yang dilanjutkan dengan memasang alat khusus untuk menutup lubang atau kebocoran tersebut.
Hingga kini belum diketemukan adanya cara untuk dapat mecegah terjadinya defek septum atrium ini, akan tetapi beberapa cara disinyalir mampu mencegah terjadinya komplikasi.
- Melakukan pemeriksaan terhadap kekebalan rubela. Jika tubuh belum memiliki kekebalan tersebut, maka perlu dilakukan vaksinasi sebelum masa kehamilan.
- Menjaga kondisi kesehatan tubuh
- Selalu memperhatikan penggunaan obat-obatan selama kehamilan
- Melakukan konsultasi dengan dokter.
Ventricular Septal Defect (VSD)
Sebelum mengetahui bagaimana penanganan terhadap kondisi ini, ada baiknya jika kita mengetahui bahwa VSD dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi, seperti : gagal jantung kronis, endokarditis infektif, insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar, gangguan vaskular paru progresif, serta terjadinya kerusakan pada sistem konduksi ventrikel.
Langkah penanganan kondisi VSD umunya tergantung pada tipe VSD itu sendiri, seperti :
- Pada VSD kecil, terkadang lubang atau kebocoran yang ada dapat menutup dengan sendirinya, akan tetapi tindakan operasi juga diperlukan guna pencegahan terhadap terjadinya endokarditis infektif.
- Pada VSD tingkat sedang, apabila tidak ada tanda-tanda atau gejala terjadinya gejala gagal jantung, maka sebaiknya ditunggu hingga usia pasien mencapai 4 hingga 5 tahun, karena terkadang lubang yang telah terbentuk dapat mengecil dengan sendirinya. Akan tetapi jika gejala atau tanda gagal jantung muncul, umumnya dokter akan memberikan obat-obatan seperti digoksin dan diuretika untuk mengatasi gagal ciri-ciri jantung bocor. Dan jika hal itu tidak berhasil, maka jalan yang ditempuh adalah dengan prosedur bedah (operasi). Akan tetapi dalam pelaksanaannya sendiri, operasi haruslah dilakukan ketika anak telah berusia antara 4 hingga 6 tahun, atau sampai berat badan anak tersebut mencapai 12 kg.
- Pada VSD tingkat besar, tindakan pengobatan yang diambil adalah dengan melakukan prosedur bedah.