11 Gejala Epilepsi Pada Anak Yang Sering Dilewatkan Orang Tua

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Gejala epilepsi pada anak perlu diwaspadai. Epilepsi sebenarnya merupakan suatu penyakit akibat kerusakan saraf motorik kronis yang memerlukan pengobatan agar penderitanya bisa sembuh terutama pada anak-anak.

Berikut ini beberapa gejala epilepsi pada anak yang sering kali terlewatkan oleh para orang tua sehingga terlambat menyadari kondisi tersebut.

1. Muncul bercak berwarna cokelat di badan.

Gejala epilepsi sejak bayi sebenarnya dapat dilihat. Salah satunya adalah melalui adanya bercak pada tubuh bayi. Namun bercak pada tubuh bayi ini haruslah dilihat dengan benar-benar agar bisa tampak. Bercak tersebut pada umumnya berwarna kecoklatan.

Bahkan bercak ini hampir menyerupai tanda lahir pada seorang bayi. Ukurannya bekisar antara 1 hingga 2 cm sehingga tampak sangat kecil. Kurang lebih terdapat enam bercak pada tubuh bayi yang berpeluang untuk menderita gejala epilepsi.

2. Muncul bercak berwarna kemerahan pada wajah anak.

Selain bercak pada tubuh ternyata bercak juga bisa saja muncul pada bagian wajah bayi atau anak. Bercak pada wajah ini bisa jadi merupakan tanda lain pada anak yang menunjukkan bahwa anak tersebut bisa saja terserang gejala epilepsi.

Umumnya bercak yang timbul pada wajah anak hampir menyerupai jerawat. Jumlahnya pun cukup banyak sehingga biasanya orang mengira bahwa anak tersebut mengalami alergi atau semacamnya. Bercak yang timbul pada wajah anak berwarna kemerahan. Kehadiran bercak tersebut bahkan bisa saja hampir menutupi sebagian wajah anak.

3. Mengalami kejang secara tiba-tiba.

Kejang pada dasarnya merupakan ciri khas dari gejala epilepsi. Anak yang mengalami epilepsi biasanya sejak bayi sering mengalami macam-macam kejang secara tiba-tiba. Kejang ini biasanya berlangsung dalam waktu yang tidak begitu lama. Bahkan kejang ini hanya terjadi dalam waktu yang cukup singkat.

Biasanya kejang yang dialami oleh anak tidak sampai lebih dari 5 menit. Terkadang anak yang mengalami kejang bisa menimbulkan perilaku seolah ia sedang terkaget-kaget. Hal ini pun terjadi secara tiba-tiba dan dalam durasi waktu yang cukup singkat.

4. Anak bisa saja menjadi bengong.

Gejala lain dari anak yang berpeluang menderita epilepsi yaitu anak suka menjadi bengong. Bengong ini biasanya dialami oleh anak dalam frekuensi yang cukup sering. Terkadang dijumpai kasus bahwa bengong yang timbul pada anak ini terjadi setelah anak mengalami kejang.

Tak hanya kejang saja namun anak terkadang juga tersentak seperti kaget. Setelah mengalami rentetan peristiwa itu barulah anak menjadi bengong dan seolah tidak tahu tentang hal apapun yang sudah menimpa dirinya.

5. Anak suka melamun.

Seorang anak yang menderita macam epilepsi rupanya tidak hanya memberikan perilaku aneh berupa bengong saja setelah mengalami kejang. Pada beberapa kasus dijumpai bahwa anak yang telah mengalami kejang dalam waktu yang cukup singkat kemudian melamun.

Bahkan anak jadi lebih sering melamun dalam kehidupan sehari-harinya. Tentu saja kondisi ini akan menghambat komunikasi anak karena melamun dapat membuatnya menjadi kehilangan konsentrasi. Namun bagaimanapun juga anak yang melamun karena adanya gejala serangan epilepsi tersebut masih sadar dengan kondisi sekitarnya. Umumnya anak masih sadar dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. [AdSense-B]

6. Tidak sadarkan diri secara tiba-tiba.

Setelah mengalami kejang ternyata tidak sedikit anak yang mengidap epilepsi menjadi tidak sadarkan diri. Dalam arti anak penderita epilepsi tersebut menjadi pingsan selama beberapa waktu. Kondisi tak sadarkan diri ini biasanya terjadi secara tiba-tiba dan hanya terjadi dalam waktu yang cukup singkat yaitu dalam hitungan menit saja.

Biasanya anak yang menderita gejala epilepsi tak sadarkan diri secara mendadak dan kemudian akan terbangun dan menjadi sadar kembali beberapa menit setelahnya. Kondisi ini memang akan membuat panik orang tua sehingga sebaiknya anak segera diperiksakan ke dokter.

7. Kesulitan dalam memusatkan fokus.

Tak sedikit anak penderita epilepsi kriptogenik yang kesulitan dalam memusatkan fokusnya. Anak menjadi lebih sulit untuk berkonsentrasi pada suatu hal. Dalam hal belajar pun sering kali anak mengalami kesulitan dan ia menjadi kurang mampu dalam menangkap pelajaran dengan cepat. Pola pikirnya pun cenderung lambat diikuti pula dengan respon dan gerakan yang juga lambat.

Gejala epilepsi terutama kejang memang bisa saja berpengaruh pada fungsi kognitif penderitanya. Oleh karena itu anak yang sering kali mengalami gejala epilepsi akan mengalami kesulitan dalam mengelola informasi karena kesulitan dalam memusatkan fokus. [AdSense-A]

8. Kesulitan dalam mengingat sesuatu.

Fungsi kognitif pada anak yang menderita gejala epilepsi rupanya tak hanya membuat anak menjadi kesulitan dalam memusatkan fokus saja. Namun anak juga mengalami kelemahan dalam mengingat suatu hal terutama hal baru yang ia terima. Semakin sering seorang anak mengalami kejang yang diikuti dengan tak sadarkan diri maka semakin lemah pula kemampuan anak tersebut dalam mengingat sesuatu.

Dalam belajar pun tentunya anak akan mengalami kesulitan untuk menghafal pelajaran. Oleh karena itu kejang pada anak harus segera diatasi agar tidak sampai merusak sistem saraf otak. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menghindarkan anak dari kelemahan kognitif.

9. Mengalami gangguan dalam berbahasa.

Gangguan kognitif yang dialami oleh seorang anak penderita epilepsi tentu berpengaruh pada banyak hal. Anak tak hanya mengalami kesulitan dalam mengingat atau menghafal sesuatu saja tetapi ia juga akan mengalami kelemahan dalam berbahasa. Kemampuan verbal seorang anak yang menderita gejala epilepsi tentunya akan lebih lemah bila dibandingkan dengan anak lain sebayanya.

Kondisi inilah yang membuat anak pada akhirnya mengalami kesulitan dan kendala dalam berkomunikasi dengan orang lain. Untuk mengatasinya maka sebaiknya dilakukan terapi pada anak atau anak secara terus-menerus dilatih untuk berkomunikasi dan berbahasa dengan baik.

10. Koordinasi motorik tampak buruk.

Jika sebelumnya telah dibahas bahwa anak yang menderita bahaya penyakit epilepsi memiliki kelemahan dalam hal kognitif maka ternyata anak juga berpeluang memiliki kelemahan dalam hal motorik. Hal ini bisa saja terjadi sebab seorang anak penderita epilepsi mengalami gangguan pada saraf otaknya.

Tentu saja gerak anak menjadi lebih lamban bila dibandingkan dengan anak yang tidak pernah terserang gejala epilepsi. Epilepsi menyebabkan anak mengalami kehilangan koordinasi gerakan sehingga gerakannya tidak terpadu. Koordinasi motoriknya buruk sehingga anak mengalami kesulitan dalam bergerak dan menjadi tidak terampil.

11. Adanya aura pada anak.

Yang dimaksud dengan aura disini adalah tanda peringatan. Aura pada anak bisa saja terjadi sebelum anak mengalami kejang. Aura bisa menyebabkan anak merasa sakit tanpa sebab secara tiba-tiba. Selain itu anak akan seolah mendengar suara yang tidak nyata.

Anak juga bisa saja mengalami adanya perasaan aneh pada salah satu bagian tubuhnya dan hal ini terutama terjadi pada perut. Kondisi ini juga bisa dijadikan sebagai gejala awal dari adanya epilepsi pada anak.

Gejala epilepsi pada anak sebisa mungkin dihilangkan dengan berkonsultasi pada dokter terlebih dahulu. Dengan penanganan yang tepat maka epilepsi tidak akan mengganggu tumbuh kembang anak sehingga anak dapat tumbuh dengan normal dan sehat.