9 Cara Penanganan Atonia Uteri pada Ibu Melahirkan

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Relaksasi atau pengenduran pada otot uterus atau bahasa medis nya yaitu Atonia Uteri merupakan gangguan pada otot uterus yang dimana otot uterus tidak dapat berkontraksi pada saat setelah terjadinya proses kelahiran, hal ini sangat lah penting karena dimana kontraksi uterus merupakan sistem utama dalam pengontrolan banyak darah yang keluar pada saat proses terjadinya kelahiran. Faktor yang disebabkan biasanya diakibatkan karena overdistensi uterus yang biasanya disebabkan oleh adanya kehamilan ganda, janin yang abnormal, kelainan pada struktur uterus dan disebabkan karena adanya distensi akibat dari penimbunan darah pada uterus pada saat pra kelahiran dan pasca kelahiran.

Akan terjadi sekitar 50 persen pendarahan dini pasca kelahiran yang disebabkan oleh adanya gangguan seperti Atonia Uteri, yang dimana Atonia Uteri terjadi akibat myometrium tidak berfungsi pada saat kontraksi dan mengakibatkan pendarahan yang tak terkendali dari tempat implantasi plasenta. Penyebab tidak berfungsi nya myometrium pada saat kontraksi bisa diakibatkan karena proses persalinan yang lama serta memerlukan tenaga yang cukup banyak, usia ibu yang mengandung terlalu muda atau usia yang sudah tua dan juga karena adanya pengaruh-pengaruh obat yang masuk ke dalam tubuh sehingga mengakibatkan kontraksi otot uterus berjalan dengan lambat.

Penanganan atonia uteri dapat dilakukan seperti berikut ini:

  1. Cara resusitasi

Oksigenasi merupakan salah satu cara dalam melakukan resusitasi untuk penanganan awal bila terjadi pendarahan yang tidak terkontrol yang dapat mengakibatkan kekurang darah yang cukup banyak sehingga berpotensi menyebabkan faktor kematian, oleh karena itu diperlukan juga pengecekan golongan darah jika terjadi pendarahan yang hebat untuk dapat menyetok persediaan darah maka segera dilakukan transfusi darah. Selain diberikan oksigenasi dan pengecekan darah diperlukan juga pengecekan jumlah urin, pengecekan tanda-tanda vital dan juga pengecekan saturasi oksigen. Resusitasi sendiri merupakan tindakan seperti memulihkan kembali kesadaran seseorang karena terjadinya pemberhentian fungsi jantung dan juga paru yang diatur oleh fungsi kerja otak. (baca juga: cara mengobati gagal jantung)

  1. Lakukan pemijatan atau massage dan juga kompresi bimanual

Dalam terjadinya pendarahan yang tidak terkontrol oleh uterus salah satunya dapat dilakukan tindakan pemijatan dan kompresi bimanual  yang dimana tindakan tersebut dapat menstimulus atau merangsang kerja uterus agar tidak terjadinya kontraksi pada uterus supaya dapat terjadinya penghentiaan pendarahan yang terjadi pada saat setelah proses persalinan, hal tersebut dilakukan dalam pemijatan dalam fundus uteri setelah pasca kelahiran maksimal 15 detik setelah lahirnya atau keluarnya plasenta dari vagina. Jika kontraksi masih terus terjadi pendaharan masih terus berlangsung maka harus segara dilakukan penanganan yang lebih lanjut seperti memeriksa perineum atau vagina dan juga serviks sendiri terjadi laserasi dan juga segera lakukan penjahitan pada vagina lalu segera lakukan rujukan untuk dapat mengatasi atonia uteri ini. (baca juga: fungsi tes urine)

  1. Gunakan sarung tangan

Dalam penanganan gangguan seperti ini yang perlu diperhatikan sebelum melakukan penanganan gunakan sarung tangan serta lakukan juga dengan cara yang hati-hati dan sangat terjaga sekali alat yang akan digunakan kebersihannya karena gangguan tersebut terjadi pada alat vital dalam reproduksi manusia, sarung tangan yang digunakan merupakan sarungan tangan yang sudah desinfeksi yang tingkat tinggi atau yang sangat steril sekali lalu masukan tangan dengan lembut juga menyatukan kelima jari sehingga tangan menjadi mengerucut atau disebut dengan cara obstetrik melalui introitus ke dalam vagina. (baca juga: cara menjaga kesehatan organ reproduksi)

  1. Lakukan pembersihan pada sekitar vagina dan lubang servik

Pembersihan dilakukan pada vagina dan lubang servik yang dimana pada saat terjadi gangguan atonia uteri ini disebabkan karena tidak berkontraksinya atau tidak mengerutnya uterus dengan baik sehingga menjadi penghalang dalam uterus berkontruksi yang dimana kontruksi pada uteri memiliki peran penting dalam mengontrol pendarahan yang terjadi, yang menyebabkan uterus tidak dapat berkontruksi karena adanya bekuan darah dan juga selaput ketuban yang mampu menghalangi kontruksi uterus dalam pengontrolan pendarahan yang keluar pada saat terjadinya persalinan. (baca juga: penyebab nyeri perut bagian bawah)

  1. Pembersihan pada kantong kemih

Selain karena adanya penghalang berupa bekuan darah dan selaput ketuban yang menghalangi vagina dan lubang servik yang mengganggu kontruksi uterus, terdapat juga kandungan kantun kemih yang terlalu penuh sehingga dapat menghalangi dalam berkontruksi uterus secara baik maka diperlukan dipalpasi pada kantung kemih yang penuh dengan melakukan kateterisasi dan teknik yang dilakukan pula menggunakan teknik aseptik pada kantung kemih yang terlalu penuh agar tidak dapat menghalangi kontruksi uterus pada saat setelah pasca kelahiran supaya tidak mengalami pendarahan yang banyak dan juga dapat dikontrol dengan kontruksi uterus. (baca juga: gejala awal liver)

  1. Melakukan kompresi bimanual internal atau KBI

Agar dapat berkontruksi pada myometrium dilakukan dengan kompresi bimanual internal sehingga dengan adanya kontruksi tersebut pendarahan dapat dikontrol karena gangguan atonia uteris dapat diatasi agar terhindar dari pendarahan yang banyak, selain itu dalam kompreasi bimanual internal pun juga memberikan tekanan terhadap pembuluh darah dinding uterus yang memiliki kaitannya dengan penanganan dalam terjadinya gangguan atonia uteri. (baca juga: bahaya infeksi saluran kencing)

  1. Melakukan kompresi bimanual eksternal atau BKE

Selain melakukan tindakan seperti kompresi bimanual internal namun diperlakukan juga tindakan melakukan kompresi bimanual eksternal yang dilakukan oleh bantuan dari keluarga yang berperan pula dalam menolong tindakan yang akan dilakukan pada langkah-langkah selanjutnya dalam penanganan ini. (baca juga: penyakit akibat air kencing tikus)

  1. Melakukan pemberian uterotonika

Selain penangan dengan tindakan dapat dilakukan juga seperti dalam pemberian zat yang dapat meningkatkan kontraksi uterus, uterotonika prostaglandin merupakan zat yang efektif dalam penanganan atonia uterus dengan pemberian secara rektal yang dapat mengatasi dalam pendarahan pada saat pasca persalinan. Namun terdapat pula oksitosin yang dapat juga membantu dengan efektif dalam penanganan atonia uteri, yang dimana dalam pemberiannya melalui infusan dengan menggunakan ringer laktat 20 IU per liter.

Namun jika dilakukan pemberian yang berlebihan dapat memberikan efek samping bagi tubuh, seperti efek samping dari uterotonika prostaglandin yang dapat menyebabkan tetani uteri setelah terjadinya pemberian secara intramiometrikal setelah lima menit itu yang dimana penyebabnya karena adanya Metilergonovin maleat yang merupakan golongan ergot alkaloid serta dapat pula menyebabkan terjadinya hipertensi, nausea dan vomitus maka dari itu tidak boleh diberikan kepada pasien yang memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. (baca juga: bahaya air kencing tikus)

  1. Melakukan tindakan histerektomi

Histerektomi sendiri merupakan tindakan yang biasanya dilakukan berupa operasi jika terjadinya pendarahan yang kuat pada saat pasca kelahiran, pada 10.000 kelahiran terdapat insiden seperti ini yang mencapai angka 3-7 kelahiran. Angka tersebut memanglah sedikit namun perlu diperhatikan juga agar tidak sampai terjadi dan hal ini terjadi lebih banyak pada kelahiran abdinomal daripada pada saat kelahiran vaginal. (baca juga: gejala kencing manis)

Penyebab Atonia Uteri

Selain penanganannya nya terdapat pula faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Atonia Uteri, dibawah ini akan menyebutkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya atonia uteri yaitu:

  1. Pada saat kehamilan terjadi pembesaran uterus yang didalamnya terdapat janin yang besar dan juga jumlah air ketuban yang berada dalam kandungan berlebihan.
  2. Persalinan yang dipercepat dengan melalui pemberian oksitosin pada saat kehamilan.
  3. Kekurangan nutrisi dan gizi atau disebut dengan malnutrisi pada saat kehamilan.
  4. Usia yang tidak pas dengan batas usia yang ditetapkan dalam mengandung atau usia yang terlalu muda dengan usia kurang dari 20 tahun dan juga usia yang terlalu tua dengan usia lebih dari 35 tahun.
  5. Terjadi kesalahan pada saat penanganan dalam proses melahirkan.
  6. Memiliki riwayat pernah mengalami atonia uteri sebelumnya pada saat pasca kelahiran.

Diatas telah diberikan penjelasan mengenai penanganan dalam menangani atonia uteri dan juga faktor yang mempengaruhi terjadinya atonia uteri, untuk tidak terjadinya hal tersebut diperlukan pola hidup yang sehat dalam menjaga kehamilan agar dapat melahirkan secara normal dan lancar juga melahirkan bayi yang sehat serta kondisi ibu yang menglahirkan tetap sehat.

baca juga:

fbWhatsappTwitterLinkedIn