Detak Jantung Normal Manusia – Bayi – Anak dan Dewasa

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Bukan hanya orang Indonesia, melainkan rata-rata orang di seluruh dunia yang mengidap penyakit serius pun kebanyakan mempunyai kaitan dengan jantung. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan jantung juga cukup beragam, termasuk adanya kondisi tidak normal pada denyut jantung yang biasanya kita sebut dengan aritmia. Mengetahui berapa detak jantung normal kita sehari-hari berdasarkan usia sangat penting karena dengan begitu kita akan mampu mengatasi secara benar apapun penyakit yang ada hubungannya dengan organ jantung.

Denyut Nadi vs Detak Jantung

Sebagian orang ada yang merasa bingung dengan perbedaan antara denyut pada jantung dan denyut yang ada pada nadi. Untuk detak nadi, ini merupakan jumlah detak arteri setiap menitnya karena pengaruh dari detak jantung. Jadi, itulah mengapa detak nadi memiliki frekuensi yang sama dengan detak jantung dan kontraksi jantung pun akan dapat digambarkan melalui tekanannya. Hal ini dikarenakan tekanan darah akan meningkat beserta detak nadi pada arteri yang dipicu oleh kontraksi jantung.

Pengukuran Denyut Nadi vs Detak Jantung

Cara mengukur denyut pada nadi sebenarnya cukup mudah karena hanya tinggal meraba pada bagian leher dan pergelangan tangan sebab arteri sangat dekat berada di bawah kulit sehingga akan terasa secara mudah. Proses meraba dan merasakan denyut tersebut bisa dengan memakai dua jari yang biasanya kita pakai untuk menunjukkan angka 2 dengan merapatkannya satu sama lain (yaitu jari tengah dan telunjuk). Saat denyutan sudah dapat dirasakan, jumlah denyut dapat langsung dihitung dengan lama waktu 1 menit. Atau, bisa juga dihitung secara per 15 detik yang nanti kemudian bisa dikali dengan 4.

Detak Jantung Normal untuk Janin hingga Orang Tua

Detak Jantung Janin

Saat bayi masih dalam kandungan atau yang disebut juga dengan janin, pada usia kehamilan memasuki 6 minggu baru bisa dideteksi denyut jantung si janin dan pada waktu masuk ke usia 7 minggu barulah penggambaran akan lebih jelas. Berikut adalah rincian dari detak jantung janin :

  • 90 sampai 110 detak/menit – usia 6 minggu.
  • 140 detak/menit – usia di atas 9 minggu.
  • Usia 5 sampai 8 minggu terkadang detak jantung dapat melambat dan bisa tidak sampai 90 detak/menit yang disebut juga dengan bradycardia yang menjadi salah satu risiko keguguran. ( Baca juga :  Bahaya Membiarkan Gigi Berlubang Bagi Ibu Hamil )

Jadi, untuk detak jantung yang dianggap normal pada janin adalah sekitar 120 sampai 160 detak/menit di mana pada level tersebut memang dianggap lebih cepat apabila membandingkannya dengan detak jantung anak-anak atau orang dewasa. Jantung pada janin akan mengalami perkembangan menjadi lebih fungsional sesudah usia kehamilan mencapai 12 minggu.

Para ibu hamil wajib memerhatikan akan ada tidaknya detak jantung janin yang melambat pada usia kehamilan 5 sampai 8 minggu karena jika tidak sampai 90 detak/menit, risiko keguguran sangat tinggi. Itulah alasan mengapa para ibu hamil disarankan untuk menjaga pola makan dengan konsumsi makanan dengan nutrisi tinggi serta mudah untuk dicerna. Nutrisi tersebut akan sangat penting bukan hanya supaya kesehatan tubuh ibu hamil, namun supaya bayi dapat berkembang dengan baik dan sehat.

Baca juga : Bahaya Kekurangan Yodium bagi Ibu Hamil

Detak Jantung Bayi dan Anak-anak

Untuk detak jantung bayi dan anak-anak, tidak perlu terkejut kalau menemukan bahwa kecepatannya melebihi detak jantung orang dewasa. Ini disebabkan oleh kebutuhan suplai darah yang memang lebih besar. Jantung perlu bekerja secara lebih cepat supaya kebutuhan suplai darah tersebut dapat terpenuhi. Bisa dilihat di bawah ini yang merupakan detak jantung bayi dan anak pada keadaan normal.

  • 123 sampai 159 detak/menit pada usia 1-2 hari.
  • 129 sampai 166 detak/menit pada usia 3-6 hari.
  • 107 sampai 182 detak/menit pada usia 1-3 minggu.
  • 121 sampai 179 detak/menit pada usia 1-2 bulan.
  • 106 sampai 186 detak/menit pada usia 3-5 bulan.
  • 109 sampai 169 detak/menit pada usia 6-11 bulan.
  • 89 sampai 151 detak/menit pada usia 1-2 tahun.
  • 73 sampai 137 detak/menit pada usia 3-4 tahun.
  • 65 sampai 133 detak/menit pada usia 5-7 tahun.
  • 62 sampai 130 detak/menit pada usia 8-11 tahun.
  • 60 sampai 119 detak/menit pada usia 12-15 tahun.

Detak jantung juga akan ditentukan oleh seberapa aktif kegiatan bayi dan anak-anak tersebut, contoh konkret seperti saat mereka mengalami kesakitan atau menangis. Saat merasa kesakitan atau menangis, mereka akan memiliki detak jantung lebih cepat hingga 180 detak/menit. Detak jantung pada anak juga bisa meningkat pada waktu anak dehidrasi maupun demam.

Baca juga : Makanan Sehat untuk Orang Demam

Detak Jantung Orang Dewasa

Khusus untuk orang dewasa, dengan perhitungan di atas usia 10 tahun, jadi mulai dari usia 11 atau 12 tahun detak jantung akan mulai stabil pada angka 60 hingga 100 per menitnya. Namun pengecualian bagi para atlet yang banyak melakukan aktivitas fisik atau olahraga. Denyut jantung pada waktu para atlet beristirahat akan kurang dari 60 detak/menit, yaitu pada angka sekitar 40 kali dalam setiap menitnya. Detak jantung manusia pada normalnya memang beragam, apalagi akan terjadi peningkatan khususnya saat seseorang berolahraga, tengah emosi (bergairah atau cemas), posisi tubuh, dan suhu tubuh yang meningkat.

Kondisi Jantung yang Tidak Normal (Aritmia)

Detak jantung sewaktu-waktu bisa menjadi tidak normal dan terjadinya hal tersebut bukan tanpa penyebab. Ada beberapa kondisi di mana detak jantung bisa dipengaruhi oleh kondisi tersebut sehingga menjadikannya berdetak tidak seperti biasanya. Aritmia adalah masalah yang terjadi pada denyut jantung yang menjadikan detaknya tidak normal, entah itu menjadikan iramanya menjadi tidak teratur, terlalu lambat atau justru terlalu cepat, dan berikut adalah jenis-jenis aritmia.

  1. Bradikardia. Kondisi ini adalah kondisi detak jantung yang melambat dan bahkan terlalu lambat dan bisa saja berada pada angka 60 detak/menit ke bawah yang terjadi pada seseorang yang bukan seorang atlet. Sebab gangguan tersebut bisa berasal dari bagian kelistrikan jantung atau yang disebut juga dengan nodus sinoatrial, yaitu yang dianggap sebagai alat pacu jantung. Hal ini juga dapat terjadi karena jantung yang mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh kardiovaskular maupun serangan jantung.
  2. Takikardia. Ini adalah kondisi di mana detak jantung berjalan terlalu cepat meski pada waktu tubuh sedang dalam keadaan istirahat atau tidak melakukan apapun dan detaknya bisa lebih dari 100 detak/menit. Takikardia supraventricular atau SVT merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan adanya detak jantung yang denyutnya mendekati 150 detak/menit bahkan bisa juga di atas 150. Ada gangguan yang terjadi di bagian sistem listrik jantung dalam kondisi SVT ini dan penderita perlu mendapat pertolongan sesegera mungkin dari para petugas medis.
  3. Fibrilasi ventrikel. Kondisi ini juga menjadi salah satu jenis aritmia yang penderitanya bisa mengalami hilangnya kesadaran dan lebih seriusnya adalah kematian secara tiba-tiba yang diakibatkan oleh detak jantung tidak teratur yang cepat. ( Baca :  cepat lelah dan jantung berdebar )
  4. Fibrilasi atrium. Kondisi ini dapat terjadi pada seseorang pada waktu jantung berdetak secara tidak teratur dan tingginya tingkat kontraksi pada organ tersebut.

Akibat dan Gejala Aritmia

Ketidaknormalan kondisi detak jantung, baik itu tidak teratur, terlalu cepat maupun terlalu lambat akan membuat penderita aritmia merasakan atau mendapatkan gejala-gejala sebagai berikut :

  • Nyaris pingsan atau bahkan bisa saja langsung tidak sadarkan diri.
  • Merasakan nyeri yang ada pada bagian dada. ( Baca  : Penyebab Dada Sakit di bagian Tengah )
  • Merasa sesak saat mengambil napas.
  • Cepat merasa lelah.

Penting bagi penderita yang mengalami gejala-gejala tersebut untuk segera memeriksakannya ke dokter supaya jenis aritmia yang diidap dapat didiagnosis dan diketahui lebih dini. Diagnosis yang dilakukan secara cepat setelah adanya gejala-gejala tersebut juga akan membantu penderita untuk memastikan bahwa jenis aritmia yang diderita tidak serius dan mematikan, seperti jenis fibrilasi ventrikel. Pada jenis tersebut, seseorang yang mengalami gejalanya bisa langsung pingsan dan bahkan bisa tidak bernapas dan kehilangan denyut.

Hal tersebut dapat terjadi diakibatkan oleh adanya penurunan secara drastis pada tekanan darah serta suplai darah yang menuju otak dan organ-organ vital lainnya. Suplai darah dapat berhenti secara tiba-tiba dikarenakan darah tidak mampu dipompa oleh jantung. Bila Anda pada situasi di mana ada seseorang yang menderita jenis aritmia fibrilasi ventrikel, segera hubungi dokter dan ambulans. Metode CPR atau napas buatan bisa dilakukan asalkan Anda terlatih seraya menunggu pertolongan medis.

Baca juga : Cara Mengatasi Darah Rendah

Pemicu Aritmia

Seseorang dapat menderita aritmia yang disebakan oleh beberapa faktor di bawah ini:

  • Terjadi perubahan pada struktur organ jantung.
  • Pernah mendapat serangan jantung.
  • Mengidap diabetes.
  • Mengidap penyakit yang berhubungan dengan kelenjar tiroid.
  • Mengidap tekanan darah tinggi atau hipertensi.
  • Mengidap penyakit jantung koroner.
  • Mengonsumsi alkohol maupun kafein terlalu berlebihan.
  • Efek samping yang berasal dari obat-obatan tertentu.
  • Terkena sengatan listrik.
  • Menggunakan obat-obatan terlarang atau narkoba.
  • Memiliki kebiasaan merokok.
  • Polusi udara yang buruk.
  • Mengalami stres atau tekanan batin.

Diagnosis Aritmia

Ada beberapa tipe diagnosis yang digunakan demi mendeteksi kondisi penyakit aritmia, yaitu antara lain adalah:

1. Kateterisasi Jantung

Metode kateterisasi adalah metode di mana alat yang mirip dengan studi elektrofisiologi digunakan dan dimanfaatkan untuk memeriksa keadaan jantung, dan alat tersebut dinamakan kateter. Proses pemeriksaan baru dapat dilakukan bila X-ray dan zat pewarna khusus tersedia sebagai alat bantuan sehingga kondisi pembuluh darah jantung, katup jantung, koroner dan bilik jantung dapat diketahui secara menyeluruh.

2. Studi Elektrofisiologi

Metode ini juga kerap dimanfaatkan karena penyebab dan lokasi aritmia dapat dideteksi secara lebih mendalam dan mudah di mana teknik pemetaan penyebaran impuls listriklah yang digunakan pada bagian jantung. Proses pemetaan ini dilakukan dengan kateter yang dimasukkan ke sejumlah pembuluh darah jantung; elektroda akan menyertai kateter tersebut ketika proses dimasukan ke pembuluh darah. Studi elektrofisiologi pada dasarnya juga dapat dimanfaatkan sama seperti ketika melakukan dengan teknik tes tekanan demi diketahuinya penyebab dan lokasi aritmia. Cara kerja dari metode ini adalah di mana jantung akan dirangsang untuk berkontraksi pada tingkat yang bisa menyebabkan terjadinya perubahan denyut. Untuk itulah dibutuhkan elektroda.

3. Tes Tekanan

Teknik ini akan makin efektif apabila dalam penggunaannya dikombinasikan dengan elektrokardiogram. Dalam proses tes tekanan, ada latihan fisik yang perlu dilakukan oleh pasien, seperti berjalan biasa di atas treadmill atau sekadar mengayuh sepeda statis layaknya fasilitas olahraga yang ada di gym. Melalui sebuah monitor, detak jantung pasien akan dapat diteliti berikut tekanan darahnya. Dari proses tersebutlah seberapa jauh tingkat kenormalan irama detak jantung bisa terlihat sebelum mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh kegiatan fisik yang diminta tadi.

Baca juga : Cara Melatih Kesehatan Jantung

4. Elektrokardiogram

Metode yang juga dapat disingkat EKG ini adalah metode yang biasa juga digunakan untuk mendiagnosa kondisi detak jantung yang tidak normal. Proses metode ini adalah dengan melakukan perekaman kegiatan elektrik yang ada pada jantung. Untuk proses diagnosis ini diperlukan elektroda.

5. Ekokardiogram

Proses metode ini juga adalah dengan memeriksa keadaan detak jantung pasien di mana otot dan katup jantung akan dievaluasi supaya penyebab aritmia dapat dideteksi. Untuk metode ini, yang diperlukan adalah bantuan gelombang ultrasound.

6. Monitor Holter

Pemeriksaan dengan metode ini sebenarnya dikerjakan dengan alat yang cara kerjanya sama seperti elektrokardiogram berikut tujuan dilakukannya diagnosis teknik ini. Hanya saja yang membedakan cara kerja monitor Holter dari elektrokardiogram adalah bahwa pasien bisa membawa monitor ke rumah supaya proses perekaman dari aktivitas jantung dapat dilakukan setiap hari secara praktis tanpa harus dengan bantuan dokter.

Catatan tambahan di sini adalah bahwa aritmia sebenarnya bisa didiagnosis dengan memeriksa detak jantung seperti biasa pada beberapa kasus, tapi gejala yang sama juga rupanya dapat menimbulkan kondisi selain aritmia. Untuk mendapat kepastian bahwa pasien benar-benar mengidap aritmia dan mengetahui penyebabnya secara detil dan benar, maka penting untuk melakukan diagnosis melalui tes-tes tersebut. Pengobatan yang tepat juga akan diberikan kepada pasien berdasarkan diagnosis yang tepat.

Cara Mencegah Aritmia

Aritmia memang dikenal sebagai penyakit yang cukup mengerikan, terutama pada jenis tertentu. Namun tidak ada yang perlu dikhawatirkan selama kita mengerti apa saja yang perlu dilakukan demi mencegah kondisi tersebut. Berikut adalah cara untuk mencegah aritma :

  • Melakukan olahraga ringan secara rutin.
  • Berhenti dari kebiasaan merokok dan menjauhkan diri dari kebiasaan tersebut. ( Baca : Bahaya Merokok Bagi Kesehatan )
  • Mengurangi konsumsi minuman yang ada kadar kafein serta alkoholnya.
  • Menjaga bobot tubuh sehingga tetap sehat.
  • Mengonsumsi makanan empat sehat lima sempurna.
  • Mengurangi dan menghindari stres.
  • Mengonsumsi obat apapun perlu dilakukan di bawah pengawasan dan atas resep dari dokter organ tubuh tidak menerima obat secara sembarangan. Hati-hati akan obat pilek dan batuk karena ada zat stimulant yang terdapat di dalam kedua obat sehingga detak jantung dipicu menjadi lebih cepat.

Baca juga : Cara Menjaga Agar Jantung Tetap Sehat

Cara Mengobati Aritmia

1. Kardioversi

Dokter biasanya akan memilih untuk menempuh cara ini apabila obat-obatan sudah tidak mampu menangani aritmia. Penanganan ini biasanya diperlukan bagi penderita aritmia takikardia supraventrikular serta aritmia fibrilasi atrium. Cara pengobatan satu ini adalah dengan memberikan kejutan listrik yang biasanya dilakukan pada bagian dada pasien demi menormalkan detak jantung. Sebelum dilakukan metode ini, anestesi akan diberikan kepada pasien.

2. ICD atau Implantable Cardioverter Defibrillator dan Alat Picu Jantung

Detak jantung akan bisa dijaga dalam keadaan stabil dengan dipasangnya alat ini pada pasien, namun hanya pada jenis aritmia tertentu. Pemasangan alat ini adalah di bawah kulit dada yang ada di area atas dan saat perubahan irama jantung sudah mulai terdeteksi, ada sengatan listrik pendek yang dikirim ke jantung agar irama yang menunjukkan ketidaknormalan detak jantung bisa dihentikan dan membuat kondisi detak jantung kembali seperti semula.

3. Ablasi

Penanganan dengan metode ini dipilih oleh dokter setelah penyebab aritmia telah diketahui secara pasti. Ablasi adalah proses pengobatan aritmia di mana kateter perlu dimasukkan ke pembuluh darah yang berada di bagian kaki dengan panduan X-ray. Sewaktu sumber gangguan irama jantung yang tidak normal telah ditemukan, bagian kecil pada jaringan jantung akan dirusak menggunakan alat berukuran kecil tersebut.

4. Obat-obatan

Memang, sebelum beralih ke metode-metode penanganan yang disebutkan di atas, obat-obatan adalah solusi yang diberikan oleh dokter. Obat-obat yang diberikan biasanya berupa obat-obatan yang akan menjaga detak jantung terus berada dalam keadaan stabil dan beta akan dihambat oleh obat-obat tersebut. Risiko darah menggumpal serta risiko stroke juga bisa berkurang dengan efek obat-obatan yang dikenal dengan antikoagulan tersebut. Rivaroxaban, warfarin serta aspirin merupakan obat yang termasuk dalam jenis obat antikoagulan. Saat obat sudah tidak lagi mempan untuk menangani aritmia, maka metode-metode lain yang telah disebutkan di atas menjadi pilihan dokter.

Tips Menjaga Kestabilan Detak Jantung

Kestabilan dan kenormalan detak jantung sebenarnya bisa dijaga dengan baik asal dengan cara yang benar. Di bawah ini adalah beberapa tips yang bisa menjadi referensi bagi yang ingin menjaga kesehatan jantung agar denyutnya tetap berada pada angka normal

  • Mengonsumsi Teh Hijau

Teh merupakan peran penting bukan hanya dalam penurunan berat badan, melainkan juga risiko sakit jantung. Bagi yang tidak meminum teh hijau sama sekali mempunyai risiko terkena serangan jantung lebih tinggi dari mereka yang mengonsumsi teh hijau dengan porsi 12 ons atau lebih dari itu dalam satu hari. Jadi, teh hijau yang kaya akan antioksidan ini juga mampu menstabilkan detak jantung dan menjaga kesehatan organ penting tersebut.

  • Mengonsumsi Minyak Zaitun

Daripada menggunakan minyak goreng biasa, alangkah baiknya mulai dari sekarang menggantinya dengan minyak zaitun dalam proses memasak. Karena adanya asam lemak mono tak jenuh yang terdapat di dalam minyak esensial ini, maka tidak heran kalau kolesterol tinggi sekalipun akan mampu diturunkan kadarnya. Denyut nadi dan jantung keduanya akan terjaga kesehatannya berkat banyaknya kandungan kolesterol baik pada minyak zaitun. Jadi, minyak zaitun sangat baik bila digunakan setiap hari untuk memasak.

  • Mengonsumsi Makanan Berkandungan Magnesium

Detak jantung akan lebih stabil dan bahkan organ vital di dalam tubuh ini juga akan lebih sehat apabila setidaknya 270-400 miligram asupan magnesium terpenuhi oleh tubuh. Contoh makanan yang bisa dimasukkan ke dalam daftar menu sehari-hari demi mendapatkan kandungan magnesium cukup, antara lain adalah kurma, biji labu, almond, oatmeal, biji rami, gandum, dan sayuran hijau.

  • Mengonsumsi Makanan/Minuman Berkandungan Kalsium

Kalsium tidak hanya bagus untuk kesehatan tulang karena kenyataannya mendapat asupan 1.000 miligram kalsium per hari akan mampu membuat detak jantung berada pada kondisi normal dan stabil senantiasa. Kalsium yang tinggi biasanya terdapat pada kubis, sereal, tahu, keju, susu, brokoli dan yogurt. Makanan-makanan tersebut bisa disiapkan setiap hari dalam rangka menjaga kestabilan detak jantung.

Baca juga : Makanan yang Mengandung Kalsium TInggi

  • Mengonsumsi Makanan/Minuman Berkandungan Kalium

Ini dia mineral yang sama sekali tidak boleh terlewat dan harus juga selalu dipenuhi oleh tubuh. Kontraksi otot-otot jantung kemungkinan tidak bisa berjalan lacar tanpa adanya mineral ini di dalam tubuh. Sumber makanan dengan kandungan kalium yang besar, antara lain adalah salmon, kacang kedelai, tomat, air kelapa, pisang, plum, alpukat, dan jeruk. Jadi, pastikan bahwa makanan tersebut selalu ada dalam daftar menu harian secara berganti-gantian supaya ada variasi tidak bosan.

  • Mengonsumsi Makanan Berkandungan Asam Lemak Omega-3

Kestabilan detak jantung dan kesehatan organ ini juga dapat dijaga dengan mengonsumsi minyak ikan. Ini dikarenakan minyak ikanlah yang dianggap sebagai sumber asam lemak omega-3 paling tinggi yang akan melancarkan peredaran darah juga. Untuk makanan yang dianjurkan, tiram, tuna, sarden dan mackerel adalah yang paling banyak terdapat Omega-3 di dalamnya. Kacang-kacangan adalah saran khusus untuk vegetarian.

Baca juga : Makanan yang Mengandung Omega 3 Tinggi

Itulah beberapa informasi penting tentang detak jantung normal pada manusia, mulai dari janin hingga orang tua, serta kondisi aritmia secara detil. Bila merasa bahwa gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas pernah dialami, cegah dan atasi segera sebelum menjadi semakin serius dan mematikan.

fbWhatsappTwitterLinkedIn