Peritonitis – Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tidak banyak orang yang mengetahui tentang penyakit peritonitis. Atau mungkin pernah mengalami dan bahkan pernah menjalani pengobatannya, namun tidak mengetahui istilah peritonitis. Dan sesuai nama akhir dari penyakit ini, yaitu “tis”, peritonitis berkaitan dengan peradangan atau infeksi (Baca juga : Mata Malas Ada Rdang dan Radang Sendi Jari Tangan)

Peritonitis adalah peradangan lapisan tipis yang terdapat di bagian dalam dinding perut (peritoneum). Peradangan ini bisa diakibatkan oleh infeksi bakteri, infeksi jamur, atau cedera perut. Cedera perut maksudnya, cedera dalam rongga perut akibat perawatan medis seperti kateter dialisis atau makan lambung atau endoskopi. Jarang dan hampir tidak pernah terdengar nama organ yang disebut peritoneum ini. Apa yang dimaksud peritoneum

Peritoneum adalah lapisan tipis (membran) yang terdapat pada rongga perut dan panggul. Pembuluh darah, pembuluh getah bening, dan pembuluh saraf dalam perjalanannya melalui organ yang disebut peritoneum ini. Peritoneum juga menjaga agar sejumlah organ besar, terutama organ pencernaan yang berada di di dekatnya untuk tetap berada di tempat. Hal memungkinkan tersebut karena peritoneum juga menghasilkan cairan serosa.

Karena peritoneum letaknya berada di seluruh bagian perut, yang di dalamnya terdapat berbagai sistem organ, maka radang pada peritoneum yang disebut peritonitis, dapat menyebabkan berbagai penyakit lain / komplikasi, seperti :

  • Infeksi lain yang terjadi di seluruh tubuh, karena pembuluh darah yang melalui peritoneum. Infeksi ini dapat menyebabkan kegagalan organ tertentu atau berhenti bekerjanya organ tertentu secara mendadak. Contohnya adalah ensefalopatik. Pada kasus ini, organ hati mengalami kegagalan berfungsi dengan benar untuk menyaring racun karena infeksi yang menyerangnya. Akibatnya, fungsi otak ikut terganggu dan atau menurun.
  • Infeksi aliran darah (bakterimia). Hal ini terjadi karena pembuluh darah yang melalui peritoneum membawa bakteri.
  • Sindrom hepatorenal, adalah kegagalan ginjal progresif karena infeksi menyerang ginjal. Kegagalan ginjal menjalankan fungsinya juga menyebabkan sistem ekskresi terganggu dan racun akan menumpuk di dalam tubuh.
  • Sepsis, penyakit yang terjadi akibat aliran darah yang sudah bekerja terus menerus melawan bakteri penyebab peradangan.
  • Abses intra-abdominal, terjadi kumpulan nanah di daerah-daerah tubuh tertentu. Ini merupakan akibat dari produksi sel darah putih yang berlebihan karena melawan bakteri atau jamur penyebab infeksi.
  • Usus gangrene, jaringan usus menjadi mati.
  • Adhesi intraperitoneal, penyumbatan usus karena pita dari jaringan fibrinosa menempel pada saluran pencernaan.
  • Syok septik, yaitu penurunan tekanan darah yang sangat besar dan terjadi secara mendadak.

Mengingat banyaknya penyakit / komplikasi yang terjadi akibat peritonitis, maka sebaiknya kita mengenal penyakit ini lebih jauh. Dan di bawah ini akan diuraikan penyebab, gejala, pengobatan, dan pencegahan penyakit peritonitis.

Penyebab Peritonitis

Peritonitis dapat disebabkan banyak hal. Namun, secara umum penyebabnya dapat dibagi menjadi 2 :

  1. Penyebab Sekunder

Peritonitis yang diakibatkan karena penyakit, infeksi, atau gangguan pada organ tubuh lain. contoh dari penyebab ini, antara lain :

  • Radang karena jamur dan bakteri ini biasanya berasal dari organ di sekitar rongga perut, maupun organ yang melalui peritoneum.
  • Perawatan media yang menggunakan alat masuk ke dalam rongga perut, misalnya keteter dialisis, makan lambung, penggunaan endoskopi. Perawatan-perawatan ini apabila tidak dilakukan dengan teliti, maka akan menimbulkan cedera atau trauma dalam rongga perut.
  • Tukak perut terpisah.
  •  Gejala usus buntu pecah. Usus buntu yang terletak di rongga perut. Apabila organ ini terserang penyakit yang disebut usus bun dan pecah, maka semua kotoran / cairan dari usus bantu akan berada di organ sekelingnya dengan membawa bakteri.
  • Kelainan pencernaan, yang mengakibatkan sistem pencernaan tidak berfungsi normal karena faktor tertentu. Contoh kelainan pencernaan yang dapat mengakibatkan peritonitis, yaitu crohn dan diverticulistis.
  • Peritonitis karena perforasi usus besar sehingga tinja masuk ke peritoneum. Perforasi usus besar ini dapat terjadi karena komplikasi bedah, menelan benda tajam, penyisipan endoskopi atau kateter yang tidak tepat saat melakukan prosedural medis. Ketika tinja keluar dari usus besar dan masuk peritoneum, maka infeksi dapat langsung terjadi dalam waktu 24 sampai 48 jam.
  • Peritonitis yang terjadi karena masuknya darah, empedu, urin, dan cairan tubuh lain ke dalam peritoneum.
  • Perotinitis karena adanya penyakit radang panggul yang infeksi bakteri dan virusnya terbawa ke peritoneum.
  • Pembedahan yang menyebabkan robeknya rongga perut.
  • Cedera perut karena tusukan pisau atau tembakan.
  • Peradangan yang terjadi pada pankreas yang disebut pankrealistis akut.
  1. Penyebab Primer

Penyebab primer, adalah penyebab prionititis yang terjadi memang benar-benar di peritoneum. Beberapa penyebabnya antara lain :

  • Bakteri dan jamur yang menyerang peritoneum.
  • Sirosis atau kerusakan fungsi hati yang terjadi terus menerus.
  • Prosedur medis seperti dialisis peritoneal yang meang dilakukan pada peritoneum

Baca juga artikel :

Gejala Peritonitis

Bagaimana mengetahui bahwa yang kita alami kemungkinan merupakan peritonitis? Sepintas lalu, gejala penyakit ini hampir sama dengan penyakit-penyakit lainnya.  Oleh karena itu kenali gejala-gejala peritonitis, di bawah ini :

  1. Nyeri pada bagian perut, keseluruhan atau bagian tertentu saja. Nyeri ini biasanya merupakan tenda peritonitis fekal, atau peritonitis yang disebabkan masuknya tinja ke dalam peritoneum. Sakit atau nyeri perut yang dialami akut dan mendadak. Nyeri bertambah apabila bagian perut digerakkan (seperti gerakan batuk atau tertawa) dan atau bagian pinggul digerakkan.
  2. Perut terasa penuh dan kembung dan perasaan distensi (kenyang), tapi tidak mampu buang air besar bahkan kesulitan untuk membuang angin. Ini disebabkan karena kelumpuhan usus / usus tidak bekerja. Pada akhirnya menyebabkan mual dan muntah.
  3. Penyebab diare berkepanjangan. Kelumpuhan usus, selain dapat menyebabkan kesulitan bab dapat menyebabkan kebalikannya, yaitu diare.
  4. Nafsu makan berkurang
  5. Perut yang mengeras juga bisa membesar. Apabila dipegang, perut ini akan terasa sakit.
  6. Lebih sedikit buang air kecil, sementara rasa hausnya ekstrem (haus terus menerus)
  7. Merasa kelelahan, meskipun tidak aktivitas yang dilakukan.
  8. Penyebab demam menggigil. Ini merupakan gejala yang sudah parah dan harus segra konsultasi ke dokter.
    Cairan yang mengalir ke kantung penampung pada penderita gagal ginjal berwarna keruh dan akan tampak gumpalan putih seperti bintik.
  9. Untuk peritonitis yang disebabkan kerusakan fungsi hati, gejala-gejala di atas tidak langsung muncul. Penderita hanya akan merasa sering tidak enak badan dan baru terasa sakit apabila sudah penumpukan cairan di rongga perut.

Pada dasarnya, tidak semua gejala-gejala yang tercantum di atas akan dirasakan oleh penderita peritonitis. Gejala-gejala tersebut tergantung kepada penyebab peritonitis yang terjadi. Namun, apabila Anda sudah mengalami salah satu dari gejala di atas, atau demam terus-menerus, sakit perut yang hebat dan mual dan muntah yang disertai tidak bisa buang angin, maka segeralah datang dan berkonsultasi degan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Baca juga artikel :

Diagnosis Dokter

Diagnosis adalah langkah yang dilakukan oleh dokter untuk mengidentifikasi penyakit yang diderita pasien berdasarkan semua kondisi dan tanda-tanda yang dijelaskan pasien maupun keluarga. Diagnosis biasanya dilakukan prosedurnya sesuai perkiraan penyakit yang diderita, beberapa hal yang dilakukan oleh seorang dokter untuk memastikan / mengidentifikasi bahwa gejala yang ditunjukkan oleh pasien merupakan penyakit peritonitis antara lain :

  1. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dilakukan terutama pada bagian perut. Pasien penderita peritonitis perutnya keras dan sakit ketika disentuh.
  2. Tes darah dan urin. Fungsi tes urin ini dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi jamur atau bakteri dalam tubuh. Tes darah lengkap dapat memperlihatkan adanya peningkatan sel darah putih atau tidak. Peningkatan sel darah putih dalam jumlah besar menunjukkan adanya infeksi. Sementara itu kultur jaringan pada darah dapat mengetahui bakteri penyebab infeksi atau peradangan pada peritoneum.
  3. Pembedahan eksplorasi. Apabila tes darah dan urin menunjukkan hasil positif, maka pembedahan eksplorasi dilakukan untuk mengetahui penyebab peritonitis.
  4. Uji pencitraan. Dokter akan memberikan surat perintah atau rekomendasi untuk melakukan rontgen sinar X, CT Scan, atau ultrasound. Ini dilakukan untuk memeriksa apakah ada lubang atau robekan di saluran pencernaan yang menyebabkan peristonitis.
  5. Analisis cairan peritoneum. Dokter meminta uji / analisis cairan peritoneum untuk memastikan adanya infeksi dan asalnya infeksi tersebut dari peritoneum atau dari organ lain. Dengan cara disuntik, cairan peritoneum diambil dan diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan kultur jaringan pada cairan juga dapat mengidentifikasi bakteri penyebab peradangan.
  6. Pasien yang sedang menjalani prosedur dialysis peritoneal akan diperiksa juga cairannya untuk mengetahui adanya peritonitis atau tidak. Pemeriksaan ini umumnya hanya dilihat adanya kekeruhan pada cairan dan pengentalan / bintik putih pada cairan.

Pengobatan Peritonitis

Setelah melakukan berbagai pemeriksaan untuk mengetahui / mendiagnosis pasien peritonitis, maka dokter di ruang gawat darurat atau ruang ICU memberikan pengobatan. Dan secara keseluruhan pengobatan peritonitis dilakukan untuk dua hal, yaitu menghilangkan bakteri yang ada pada peritoneum dan pengendalian sumber tinja yang masuk ke dalam peritoneum (hanya peritonitis yang mempunyai ciri masuknya tinja ke dalam tubuh). Agar lebih mudah untuk pengobatan selanjutnya, pasien peritonitis akan diharuskan menjalani rawat inap di rumah sakit.
Pengobatan yang harus dijalani oleh pasien peritonistis, antara lain :

  1. Pemberian obat jenis-jenis ntibiotik dan anti jamur. Pemberian obat ini biasanya berlangsung selama 10 sampai 14 hari (baca : Bahaya Resistensi Antibiotik dan Bahaya Antibiotik Tanpa Resep  Dokter)
  2. Pemberian obat peredam rasa sakit untuk menghilangkan rasa sakit perut. Untuk peritonitis yang masih dini (belum parah), setelah beberapa hari rasa sakit di perut hilang, pasien sudah bisa melanjutkan pengobatan di rumah.
  3. Pembedahan. Pembedahan dilakukan sebagai langkah terakhir apabila peritonitis parah sehingga bagian peritoneum yang sakit dapat dikeluarkan. Selain itu, pembedahan juga dilakukan untuk mengeringkan luka / abses pada peritoneum.
  4. Memasukkan makanan ke dalam tubuh dengan cara diselang. Ini diperlukan karena kebanyakan penderita peritonitis tidak mempunyai nafsu makan dan sudah benar-benar kehilangan energi. Apabila masih memungkinkan memasukkan zat makanan melalui cairan infus atau lewat hidung, maka cara menggunakan selang tidak perlu dilakukan.
  5. Pengobatan lain sebagai tambahan, apabila pasien sudah mengalami komplikasi. Atau peradangan di peritoneum disebabkan penyakit di organ lain. Pengobatan tambahan bisa dilakukan di rumah ketika rawat jalan atau saat rawat inap di rumah sakit. Contoh pengobatan tambahan antara lain : tambahan oksigen, transfusi darah, dan memberikan cairan intravena (jenis-jenis cairan infus). Tambahan oksigen diperlukan bagi pasien yang mengalami sakit dan fungsi paru-parunya menurun. Transfusi darah dilakukan jika tekanan darah pasien mendadak sangat rendah dan abses terbuka lebar, mengeluarkan darah berlebihan. Cairan intravena diberikan kepada pasien yang nafsu makannya menurun, haus terus menerus, dan diare. Cairan menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh dengan mengganti yang hilang.

Pencegahan Peritonitis

Pada dasarnya tidak semua orang yang mengalami dialysis atau sobekan di dalam bagian perutnya mengalami penyakit perotonistis. Penyakit ini dapat menyerang dengan kondisi tertentu. Ada pula ornag-orang tertentu yang mempunyai tingkat resiko peritonistis lebih tinggi daripada orang lain. Orang yang mempunyai resiko tinggi terhadap peristonistis, yaitu :

  1. Orang yang sedang mendapat prosedur dialysis peritoneal. Orang yang sebelumnya pernah mengalami penyakit peristonitis. Apabila dalam keadaan tertentu orang sudah pernah terkena peristonitis, maka saat lain dengan kondisi yang sama penyakit ini bisa kambuh.
  2. Orang yang sedang mengalami sakit crohn, tukak perut, diverticulistis, dan penyakit pankreas.
  3. Orang yang kondisi tubuhnya memang mudah sakit. Diketahui bahwa penyakit ini diderita lebih dari 50% oleh orang yang berusia lanjut. Sementara di usia sampai 40 tahun, hanya 10% orang yang mengalaminya.
  4. Orang yang tidak terjaga kebersihannya ketika sakit. Sehingga bakteri dan jamur mudah masuk ke dalam tubuhnya.

Tidak semua orang dengan kondisi yang sama dapat mengalami peritonitis. Dan ternyata peritonitis dapat dicegah. Upaya pencegahan peritonitis, antara lain dengan :

  1. Menjaga kebersihan tangan, termasuk jari dan kuku untuk pasien yang sedang mendapatkan prosedur dialysis peritoneal. Kebersihan tangan dan kuku ini untuk mencegah bakteri dan jamur yang masuk melalui makanan yang di makannya.
  2. Apabila pasien habis mengalami pembedahan atau operasi dan menggunakan kateter selama beberapa hari, maka bersihkanlah kulit di sekitar kateter dengan antiseptik setiap hari agar tidak terjadi infeksi. Karena infeksi bisa masuk melalui jalan ini.
  3. Semua persediaan, seperti persediaan kateter, disimpan di tempat yang kering dan bersih. Bakteri dan jamur mudah hidup di daerah yang lembab dan kotor.
  4. Selama pertukaran cairan dialysis, gunakanlah selalu masker. Agar bakteri dan jamur yang terdapat dalam cairan tidak masuk melalui hidung dan mulut yang terbuka.
  5. Apabila menggunakan kateter dalam waktu yang lama, pelajarilah cara menggunakan kateter yang benar sehingga tidak menyinggung . menggores bagian dalam rongga perut. Selain itu, dipelajari pula cara menggunakan kateter agar penggantian berjalan bersih dan steril.
  6. Apabila anda sedang sakit, baru selesai operasi / pembedahan, dan sedang menggunakan prosedur dialysis peritoneal, maka disarankan untuk tidak tidur atau bermain dengan binatang peliharaan. Binatang peliharaan dapat membawa infeksi bakteri dan jamur.

Baca juga artikel :

Demikian artikel tentang peritonitis ini yang kiranya mampu membantu kita semua untuk mewaspadai peritonitis itu sendiri dengan melihat dan mengenali gejala serta mampu mencegah serta mengatasinya di awal. Diharapkan dengan uraian yang jelas, pembaca dapat memahami penyakit peritonitis lebih jauh dan lengkap. Dan dengan uraian mulai dari penyebab, gejala, pengobatan, dan pencegahan dapat membuat pembaca lebih memahami dan terhindar dari penyakit peritonitis. Semoga bermanfaat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn