Psikosomatis – Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Psikosomatis merupakan suatu gangguan fisik yang dipengaruhi oleh faktor psikologis yang berlebihan dan disebabkan oleh beberapa hal, seperti stres, kepribadian dan perilaku kesehatan yang maladaptif. Psikosomatis berasal dari bahasa Yunani, psyche yang artinya psikis dan soma yang artinya badan. Berdasarkan Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorders edisi ke empat (DSM IV) disebutkan bawah istilah psikosomatis telah digantikan dengan kategori diagnostik faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.

Psikosomatis merupakan masalah kesehatan jiwa yang sulit untuk dikenali dan diobati daripada masalah kesehatan fisik pada umumnya. Seringkali masyarakat memandang sebelah mata bahkan mengabaikan masalah kesehatan jiwa ini. Padahal World Health Organization (WHO) telah menyampaikan bahwa pada tahun 2020 nanti diperkirakan depresi akan menjadi penyakit kedua terbanyak setelah penyakit jantung dan pembuluh darah. Maka dari itu, kita perlu untuk mengenal dan mempelajari lebih dalam ilmu terkait gangguan psikosomatis, mulai dari penyebab, gejala, diagnosa, pengobatan dan pencegahannya.

Penyebab Psikosomatis

Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya psikosomatis, mulai dari masalah keluarga hingga pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan. Beberapa faktor mungkin saling berkaitan dan dapat meningkatkan terjadinya gangguan psikosomatis. Mencegah salah satu faktor tidak akan memberikan jaminan bahwa seseorang tidak akan mengalami gangguan psikosomatis.

Ada sebauh buku yang berjudul Clinical Hypnotherapy yang ditulis oleh David dan Leslie, mereka mengatakan bahwa terdapat 7 faktor utama yang paling sering menyebabkan gangguan psikosomatis. Berikut akan dijelaskan secara ringkas 7 faktor tersebut:

  1. Conflict

Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik dalam hidupnya, baik konflik internal maupun konflik eksternal. Konflik internal akan muncul apabila pada diri seseorang terdapat dua hal yang saling bertentangan. Pada dasarnya kedua hal ini memiliki tujuan yang sama baik akan tetapi saling bertolak belakang sehingga mengakibatkan timbulnya masalah.

Sebagai contoh, seorang pegawai diketahui selalu mengalami nyeri kepala pada akhir pekan. Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata ada dua hal dalam dirinya yang bertentangan. Pertama, ada bagian dari dirinya yang ingin menghabiskan akhir pekan dengan beristirahat bersama keluarganya. Kedua, bagian lain dari dirinya mengharuskan dia tetap bekerja lembur untuk mencapai target atau mendapatkan tambahan komisi dari perusahaannya. Keadaan yang bertolakbelakang dari dirinya ini bisa menyebabkan timbulnya konflik yang apabila terus berlanjut dapat memicu terjadinya gangguan psikosomatis. (baca: jenis-jenis kepribadian)

  1. Organ Language/Unresolved Problem

Hal ini merupakan salah satu cara pikiran alam bawah sadar kita berbicara kepada kita tentang masalah yang kita alami dan belum terselesaikan. Pikiran alam bawah sadar kita akan memberikan rasa sakit pada bagian tertentu pada tubuh kita. Kita akan merasakan hal ini sebagai simptom atau gejala. Diharapkan dengan adanya gejala ini maka pikiran sadar kita memberikan perhatian akan pikiran bawah sadar kita.

Kalau dibahasakan maka gejala ini mengatakan kepada kita “Saya tidak suka dengan apa yang sedang anda lakukan”. Jadi untuk menyelesaikan akar masalahnya, seorang tenaga kesehatan perlu untuk menggali lebih jauh ke dalam bawah sadarnya. Sebagai tambahan, mungkin yang terlihat dari luar sebagai masalah belum tentu menjadi sumber masalah dalam diri seseorang. (baca: jenis gangguan mental pada anak)

  1. Motivation

Motivasi merupakan sesuatu yang diperlukan oleh seseorang untuk melakukan dan mencapai suatu hal. Namun terkadang motivasi dapat menjadi pencetus timbulnya gangguan psikosomatis. Misalkan, seseorang yang memiliki tujuan yang tersembunyi untuk mendapatkan keuntungan tersebut. Contohnya sebagai berikut, ada seorang anak yang malas belajar sehingga dirinya selalu mendapatkan nilau ujian yang jelek. Setelah diteliti, ternyata anak ini melakukan hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan teguran dan marah dari orangtuanya.

Berdasarkan pemikiran anak tersebut, teguran dan marah dari orangtuanya merupakan cara dia untuk mendapatkan perhatian dari orangtuanya. Contoh lain, misalnya seseorang yang sengaja sakit untuk mendapatkan perhatian dari keluarga atau orang terdekatnya. Dikarenakan saat dia sehat, keluarga atau orang terdekatnya tidak pernah memperhatikannya. (baca: gejala gangguan mental)

  1. Past Experience

Pengalaman masa lalu menjadi salah satu faktor timbulnya gangguan psikosomatis yang tidak dapat dihiraukan, terutama pengalaman yang menyakitkan. Pengalaman masa lalu yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini dapat tertanam dalam persepsi pikiran bawah sadar seseorang dan mempunyai pengaruh sangat kuat serta dapat bertahan lama.

Contohnya, seseorang yang ketika SD yang selalu dibullying oleh temannya, maka dia akan takut untuk mengenal orang lain dan selalu menyendiri. Karena dia merasa dia selalu dimanfaatkan tatkala dia memiliki teman. Contoh lain, seseorang yang phobia akan sesuatu. Munculnya phobia ini bisa secara spontan atau berdasarkan pengalaman. Ketakutan yang timbul pada masa lalu dapat terbawa hingga saat ini dan akan sangat mengganggu kehidupan seseorang. (baca: jenis-jenis penyakit fobia)

  1. Identification

Faktor ini membuat seseorang menjadikan dirinya sama dengan satu figur yang ia kagumi. Contoh adalah seseorang yang sering ditipu oleh temannya. Ternyata orang ini mempraktekkan perilaku idolanya yang selalu ditipu sehingga pada akhirnya bisa sukses dan kaya. Kondisi ini menjadikan orang tersebut melakukan sesuatu yang bahkan tidak sesuai dengan keadaan dirinya. Nantinya, hal ini dapat menimbulkan gangguan psikosomatis. (baca: jenis gangguan kepribadian)

  1. Self-Punishment

Self-punishment atau hukuman untuk diri sendiri merupakan perasaan bersalah terhadap apa yang dilakukan pada masa lalu dan akhirnya bermanifestasi sebagai perilaku menghukum diri sendiri. Seseorang yang mengalami hal ini perlu untuk diberikan nasehat agar bisa memafaafkan dirinya sendiri dan menghentikan tindakannya tersebut.

  1. Sugesstion/Imprint

Imprint merupakan sebuah kepercayaan yang diberikan dalam pikiran seseorang, biasanya oleh seseorang yang dipandang sebagai orang terpercaya.

Info penting lainnya:

Gejala Gangguan Psikosomatis

Terdapat berbagai gejala yang timbul karena gangguan psikosomatis, diantaranya ialah:

  1. Gangguan Sistem Kardiovaskuler

Pada sistem kardiovaskuler, pengaruh gangguan psikosomatis seperti rasa takut atau rasa cemas dapat menyebabkan meningkatnya denyut jantung, meningkatkan tekanan darah. Gejala lain yang sering didapati yaitu takikardia, palpitasi, aritmia, nyeri dada, napas pendek, lelah, merasa seperti akan pingsan dan sukar tidur.

  1. Gangguan Sistem Pernapasan

Pada kondisi tertentu, seperti ketakutan atau rasa panik, bisa menyebabkan bernapas secara cepat (hiperventilasi). Kondisi ini tentunya sangat berbahya jika terus berlanjut bisa menjadikan seseorang henti nafas.

  1. Gangguan Pencernaan

Gejala yang dapat terjadi berupa rasa terbakar di dada (heartburn) dikarenakan naiknya asam lambung ke esofagus (refluks). Gejala lain yang dapat timbul berupa, mual dan muntah, sembelit dan diare.

  1. Gangguan Sistem Otot dan Rangka

Pada kondisi stress yang meningkat, kontraksi otot dapat meningkat dan menjadi tegang. Hal ini dapat menimbulkan gejala, yaitu nyeri otot, nyeri punggung, kekakuan, nyeri sendi dan nyeri pinggang. (baca: muskuloskeletal)

  1. Gangguan Sistem Endokrin

Gangguan endokrin dalam hal ini diperankan oleh hormon-hormon tubuh. Ketika seseorang mengalami gangguan psikosomatis, tidak jarang mereka akan mengalami gejala misalnya cepat marah, sedih yang berlebihan, mudah terkejut dan sensitif. Pada wanita bisa juga mengalami gangguan menstruasi, seperti siklus menstruasi tidak teratur, nyeri yang berlebihan ketika menstruasi, darah yang keluar sedikit atau lebih banyak dari biasanya. (baca: penyebab tidak haid)

  1. Gangguan Sistem Imunitas

Sistem imunitas merupakan pertahan tubuh terhadap invasi mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh kita. Penurunan sistem imun basa saja terjadi kepada seseorang yang mengalami gangguan psikosomatis. Jika sistem imun menurun maka orang tersebut akan lebih mudah untuk terinfeksi kuman penyebab penyakit. Selain itu, orang yang sudah menderita penyakit tertentu juga harus waspada terhadap gangguan psikosomatis. Dikarenakan apabila mengalami psikosomatis, maka dapat menyebabkan sistem imun menurun dan penyakit orang tersebut menjadi lebih parah. (baca: jenis penyakit autoimun)

  1. Gangguan Sistem Integumen

Sistem integumen terdiri dari kulit, kuku, rambut dan beserta struktur yang terkait seperti kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Ketika seseorang mengalam kecemasan berlebihan maka akan timbul gejala berupa keringat berlebihan (hiperhidrosis). Pada orang dengan riwayat dermatitis, depresi atau cemas bisa menyebabkan orang tersebut berprilaku menggaruk-garuk area yang gatal secara berlebihan sehingga memperburuk kondisi dermatitisnya. Gejala menggaruk-garuk seperti ini juga bisa timbul tanpa sebab. (baca: penyebab tubuh sering berkeringat)

  1. Sistem Neurologis

Sistem neurologis berkaitan dengan otak dan serabut saraf yang berperan mengatur dan mengkoordinasikan seluruh aktivitas tubuh. Gejala yang dapat timbul berupa sakit kepala, migrain, vertigo, kesemutan, kram dan mati rasa.

Informasi penting lainnya:

Diagnosis Psikosomatis

Penderita psikosomatis biasanya datang ke dokter dengan keluhan-keluhan yang tidak spesifik dan tidak didapatkan diagnosa penyakit tertentu. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa 89% gejala paling sering di area badannya, 45% mengalami kecemasan. Alur pemeriksaan yang biasa dokter lakukan dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan penunjang. Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada penderita psikosomatis yaitu:

  1. Faktor sosial dan ekonomi. Hal ini terkait dengan lingkungan kerja, kondisi keuangan, status pekerjaan, hubungan dengan keluarga dan masyarakat dan pola hidup. (baca: antisosial)
  1. Faktor Perkawinan. Hal ini terdiri dari perselisihan, perceraian, hubungan seksual dan keadaan anak-anak yang nakal.
  1. Faktor Kesehatan. Hal ini meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat konsumsi obat-obatan, riwayat merokok dan pemakaian narkoba.
  1. Faktor Psikologis. Hal ini termasuk kondisi stress, keadaan jiwa waktu sakit atau tertimpa masalah dan kekhwatiran yang berlebihan.

Pada umumnya penderita dengan gangguan psikosomatis dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

  1. Terdapat keluhan tentang fisik akan tetapi tidak terdapat penyakit fisik dan kelainan organik yang dapat menyebabkan keluhan tersebut.
  2. Adanya kelainan organik namun pada kategori primer di mana yang memicunya adalah faktor psikologis.
  3. Adanya kelainan organik namun dijumpai pula gejala lain yang timbul bukan sebab penyakit organik tersebut melainkan karena faktor psikologis.

Untuk diagnosis perlu dievaluasi faktor-faktor sebagai berikut:

  1. Komponen organik versus komponen non organik.
  2. Komponen fungsional non psikogenik versus psikogenik.
  3. Dasar kestabilan emosi (kepribadian premorbid dan predisposis)
  4. Stres yang menimbulkan gejala-gejala.
  5. Beratnya gangguan fisik atau psikologik.

Dari pemeriksaan fisik biasanya dokter akan memperoleh hasil adalah adanya peningkatan denyut nadi, peningkatan tekanan darah atau peningkatan suhu tubuh. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan atas rekomendasi dokter yang memeriksa. Biasanya dokter menyarankan pemeriksaan penunjang untuk mendukung hasil yang didapat dari anamnesa dan pemeriksaan fisik. (baca: serangan panik)

Pengobatan Psikosomatis

Pengobatan psikosomatik pada dasarnya harus dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu aspek pengobatan somatis, pengobatan secara psikologis serta psikofarmakoterapi. Dokter akan menentukan metode mana yang paling tepat berdasarkan jenis kasus dan faktor-faktor yang berkaitan dengannya.

Ada sekitar 1/3 penderita psikosomatis yang datang dan berobat ke dokter umum tapi tidak diketahui mempunyai gangguan organik, sementara 1/3 penderita lainnya diketahui mempunyai gangguan organik dengan keluhan berlebihan. Pengobatan penderita psikosomatis harus dengan sabar dan simpati, biasanya banyak penderita yang tertolong dengan cara seperti ini. Terapi untuk penderita psikosomatis, dibagi menjadi:

  1. Aspek Psikiatri

Dalam hal ini penderita diterapi berdasarkan sisi psikiatrik. Terapi dalam hal ini merupakan suatu hal yang sulit. Seorang Dokter spesialis psikiatri harus memusatkan terapi pada pemahaman dan mekanisme fungsi yang terganggu serta membantu penderita menyadari sifat atau gejala yang dialaminya.

  1. Aspek Medis

Terapi dalam hal ini akan dilakukan sesuai dengan keluhan penderita ketika datang ke dokter. Biasanya dokter akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk mendengarkan keluhan penderita. Terapi medis biasanya dokter akan meresepkan beberapa obat yang dapat menurunkan atau menghilangkan gejala yang diderita. Umumnya terdapat 3 golongan obat senyawa psikofarmaka:

  • Obat tidur (hipnotik)

Obat ini diberikan dalam jangka waktu pendek 2-4 minggu. Obat yang dianjurkan adalah senyawa benzodiazepin dengan waktu kerja pendek seperti nitrazepam, flurazepam dan triazolam. Pada insomnia dengan kegelisahan, penderita dapat diberikan obat senyawa fenotiazin seperti tioridazin dan prometazin.

  • Obat penenang minor dan mayor

Obat penenang minor seperti diazepam yang efektif digunakan pada penderita yang mengalami kecemasan, agitasi, spasme otot, delirium dan epilepsi. Benzodiazepine hanya diberikan pada penderita kecemasan hebat maksimal 2 bulan. Obat penenang mayor yang paling sering digunakan adalah senyawa fenotiazin dan butirofenon seperti clorpromazin, tioridazin dan haloperidol.

  • Antidepresan

Biasanya obat yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah amitriptilin dan imipramin. Pemberian obat dimulai dari dosis kecil kemudian ditingkatkan.

Pemberian obat-obatan psikofarmaka hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter spesialis yang merawat. Efek samping apabila menggunakan obat ini secara berlebihan dapat membahayakan kondisi penderita. (baca: terapi sakit jiwa)

  1. Jenis Terapi lain

Terapi jenis lain ini meliputi psikoterapi kelompok dan terapi keluarga, teknik relaksasi, hipnosis, biofeedback, acupressure dan akupuntur. Terapi ini tidak menggunakan obat-obat psikofarmaka melainkan melakukan interaksi, latihan ataupun pemijatan yang dapat memberikan efek tenang dan nyaman pada penderita.

Informasi pennting lainnya:

Pencegahan Psikosomatis

Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak mengalami gangguan psikosomatis yaitu:

  1. Mengontrol tingkat stres

Mengontrol tingkat stres dapat membantu tubuh kita terhindar dari gangguan psikosomatis. Dikarenakan stress yang berlebihan akan memicu terganggunya senyawa-senyawa kimia di otak yang dapat menimbulkan gangguan psikosomatis. (baca: ciri-ciri stres – penyebab stres)

  1. Istirahat teratur

Istirahat secara teratur menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan apabila ingin terhindar dari gangguan psikosomatis. Istirahat yang cukup memberikan kesempatan bagi tubuh kita untuk memperbaiki sel-sel tubuh dan membersihkan sisa-sisa racun dari aktivitas sehari-hari. Hal ini membuat tubuh kita menjadi lebih sehat dan dapat beraktivitas dengan optimal kembali. (baca: akibat kurang tidur malam – insomnia)

  1. Konsumsi makanan bergizi

Menjaga pola makan yang bergizi seimbang merupakan salah satu aspek penting untuk menjaga kebugaran dan kesehatan fisik dan psikis. Menghindari makan-makanan mengandung pengawet atau makanan cepat saji dapat membuat tubuh kita menjadi lebih mudah untuk menghadapi setiap masalah dan terhindar dari stres yang berlebih.

  1. Rekreasi

Rekreasi bersama keluarga, kerabat atau teman membuat kita menjadi lebih bahagia secara psikis. Karena dengan berinteraksi dengan banyak orang, kita bisa mendiskusikan berbagai hal dan mencari solusi terhadap berbagai hal yang dihadapi. Secara tidak langsung melalui rekreasi bersama-sama menjadi terapi buat diri kita dalam menurunkan tingkat stres dari segala masalah yang dihadapi sehari-hari. (baca: cara meningkatkan mood)

  1. Olahraga

Berolahraga setiap hari secara teratur karena latihan fisik menjadi salah satu obat bagi tubuh yang mudah, gratis dan efektif bagi setiap orang. Berolahraga tidak harus lama, cukup 30 menit setiap hari selama 5 hari dalam seminggu sudah cukup untuk menjaga sistem imunitas dan kardiovaskuler. Dengan meningkatnya sistem imun, maka mencegah kita untuk terkena penyakit. (baca: manfaat olahraga bagi kesehatan tubuh)

  1. Beribadah

Menjaga Ibadah bagi umat beragama tentunya merupakan hal yang wajib untuk dilakukan. Dengan beribadah dan berdo’a kepada Tuhan menjadikan diri kita lebih tenang dan ikhlas dalam menghadapi setiap masalah. Memudahkan kita dalam mengambil keputusan dan menjaga perilaku kita sehari-hari.

Baca juga:

Itulah beberapa hal yang bisa disampaikan mengenai psikosomatis. Psikosomatis memang terkadang sulit untuk terdeteksi bahkan oleh dokter sekalipun. Namun bukan berarti psikosomatis tidak dapat disembuhkan. Dengan niat yang sungguh-sungguh dan kerja keras maka psikosomatis ini dapat sembuh bahkan tanpa penggunaan obat-obatan sekalipun. Jika gejala dirasakan semakin memberat, segeralah datang ke dokter terdekat. Semoga artikel ini bermanfaat untuk pembaca sekalian.

fbWhatsappTwitterLinkedIn