Penyebab Trypophobia dan Cara Mengatasinya

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Trypopobhia merupakan ketakutan akan melihat obyek yang berlubang-lubang rapat. Ini dapat menyebabkan reaksi seperti muntah, mual, napas pendek, dan detak jantung yang lebih cepat. Cara untuk mengetahui apakah seseorang menderita Trypophobia yaitu dengan melihat reaksinya saat melihat obyek dengan lubang-lubang yang rapat. Mereka akan merasa tidak nyaman dan berusaha untuk menghindarinya. Ketakutan tersebut saat ini mulai banyak diperbincangkan oleh orang-orang di internet. Apa saja penyebabnya?

1. Menganggapnya Sebagai Bahaya

Geoff Cole dan Arnold Wilkins, peneliti dari Centre for Brain Science di University of Essex mencoba menganalisa karakteristik gambar yang ditakuti oleh penderita Trypophobia. Saat mereka melakukan analisa, mereka menemukan bahwa gambar tersebut menimbulkan reaksi phobia pada lubang-lubang yang memiliki karakteristik unik dalam kontras dan detailnya. Namun mengapa karakteristik tertentu dapat membuat seseorang merinding.

Cole mendatangi seorang pria yang mengatakan ia menderita trypophobia. Sang pria menyatakan bahwa dia akan mendapatkan reaksi phobia setiap kali dia melihat seekor gurita cincin biru. Cole yang tidak tahu tentang jenis gurita tersebut kemudian mencari tahu. Setelah itu Cole mempelajari bahwa gurita cincin biru merupakan hewan yang sangat berbisa.

Hal tersebut kemudian memberinya sebuah ide. Cole mencari gambar dari hewan-hewan yang berbisa dan dia menunjukkan beberapa hewan tersebut kepada sang pria. Ternyata dia tidak dapat melihat ke gambar-gambar itu juga. Mereka memberikan respon phobia yang sama seperti gambar dari lubang-lubang.

Cole berspekulasi bahwa jika seseorang yang menderita trypophobia melihat sebuah gambar atau obyek lubang-lubang, maka akan menstimulasi otaknya yang berhubungan dengan sesuatu yang berbahaya. Cole menyatakan bahwa itu merupakan sejenis reaksi reflek tanpa sadar yang terjadi cepat daripada otak yang sadar. Dengan kata lain, trypophobia mungkin menjadi sebuah adaptasi evolusi sehingga seseorang yang melihat obyek berbahaya (hewan beracun) akan merasakan sensasi tertentu dan menghindar darinya.

Baca : Jenis Penyakit Fobia dan Penyebabnya

2. Penularan Emosi

Tak sedikit orang yang merasa terganggu saat melihat benda-benda yang memiliki lubang-lubang dengan karakteristik tertentu. Setidaknya ada 15% orang di dunia ini dapat dikatakan menderita trypophobia dalam berbagai tingkatan. Namun ada yang menyatakan bahwa sesungguhnya trypophobia sebenarnya tidaknya nyata, walau secara medis memang dikenal adanya phobia. Ini bahkan masih kurang masuk akal daripada cyclophobia, ketakutan akan sepeda. Jadi mengapa banyak ketakutan saat melihat gambar-gambar tersebut?

Dalam sebuah episode SciShow dijelaskan bahwa trypophobia belum dikategorikan sebagai phobia. Gejala tersebut bermula pada pertengahan 2000-an, saat pengguna internet memposting gambar-gambar dengan lubang-lubang kecil dan orang-orang yang melihatnya mulai merasa jijik.

Kejadian tersebut terjadi sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu, jadi pasangan peneliti dari Essex University di Inggris memutuskan untuk melakukan penelitian tentang hal tersebut. Peneliti bernama Michael menyatakan bahwa ada karakteristik tertentu sehingga banyak orang merasa takut, gambar itu memiliki banyak detail kecil yang kontras, seperti lubang, garis, titik, dan memiliki jarak yang cukup dekat dengan pola serupa. Gambar tersebut bisa mengingatkan kita pada hewan-hewan yang berbahaya namun bisa juga mengingatkan pada penyakit kulit yang memang dihindari orang-orang.

Penjelasan lain dari munculnya fenomena trypophobia yaitu adanya penularan emosi yang berarti seseorang merasa memiliki trypophobia setelah mulai mengetahui tentang trypopobhia atau melihat orang lain menderita trypophobia.

3. Menganggapnya Sebagai Sesuatu yang Menjijikkan

Pola yang terbentuk dari suatu gambar atau benda bisa membuat kita merasa jijik. Rasa jijik tersebut memang tidak dirasakan dalam level yang sama bagi semua orang. Ini serupa saat melihat ular, ada sebagian orang yang merasa takut saat melihatnya dan ada juga yang biasa-biasa saja saat melihatnya. Mengapa banyak orang takut saat melihat ular? Tak semuanya karena merasa ular itu berbahaya, tapi karena memang merasa aneh melihat hewan tanpa kaki dan tangan, jauh rupa dari manusia.

Hal tersebut sama halnya dengan yang terjadi pada trypophobia. Saat menyaksikan gambar atau benda dengan pola tersebut maka sebagian orang merasakan hal yang aneh, sesuatu yang tak enak dilihat. Pola tersebut mengingatkan mereka pada sesuatu yang menjijikkan seperti penyakit kulit. Namun gejala yang terjadi saat seseorang menderita trypophobia memang kadang tampak berlebihan seperti sakit kepala atau mual. Hal tersebut memang berkaitan tentang tingkat emosi atau perasaan seseorang.

Cara Mengatasi Trypophobia

Setelah merasa bahwa seseorang menderita Trypophobia maka selanjutnya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya? Sebenarnya ini terserah seseorang untuk bisa lepas dari sebuah phobia atau memeliharanya dan hanya berusaha menghindari apa yang ia takutkan. Secara umum ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi phobia, antara lain:

  • Terapi relaksasi dan eksposure untuk phobia

Untuk phobia tertentu, teknik relaksasi dan terapi desensitization dapat berhasil menyembuhkan phobia. Cara kerjanya yaitu dengan belajar merelaksasi diri saat membayangkan phobia yang diderita. Misalnya saja jika seseorang takut untuk naik pesawat terbang. Mereka kemudian dibimbing untuk membayangkan naik pesawat terbang. Mulai dari awal, dan dalam setiap tahapan ia dilatih untuk melakukan relaksasi. Saat kecemasan dapat dikurangi maka pasien akan siap dengan tantangan sebenarnya. Mereka mulai mencoba mendekati hal yang benar-benar mereka takuti. Terapi ini membutuhkan dukungan dari orang terdekat untuk membantu melalui prosesnya.

Hal ini bisa juga diterapkan pada penderita Trypophobia. Mereka bisa diterapi dengan memberikan gambar-gambar yang mendekati apa yang mereka takuti. Secara bertahap setelah mereka mampu mengendalikan diri maka mereka bisa mengatasi rasa takut mereka.

Baca: Terapi Air Putih – Cara Kerja dan Manfaat

  • Terapi kognitif

Terapi kognitif dilakukan dengan penderita mempelajari atau mengindentifikasi pemikiran phobia mereka dan mengganti dengan pikiran yang lebih realistis. Misalnya seseorang yang takut untuk mengemudi ditunjukkan bahwa mengemudi sebenarnya tidak berbahaya. Terapi kognitif tidak selalu cocok untuk phobia-phobia tertentu, kebanyakan penderita phobia menyadari bahwa sebenarnya ketakutan mereka tidak rasional tapi mereka tetap saja takut. Trypophobia mungkin akan sulit untuk diterapi menggunakan terapi kognitif karena penderita sendiri kesulitan mengindentifikasi mengapa mereka takut melihat gambar-gambar dengan pola tertentu.

  • Obat-obatan medis

Ahli terapi kadang memutuskan untuk menggunakan obat-obatan medis pada pasiennya. Pada penanganan pasien dengan phobia, obat digunakan bersamaan dengan terapi dan biasanya berupa obat anti depresi. Obat antidepresi tersebut misalnya Celexa, Paxil, Prozac, Lexapro, dan Zoloft. Obat-obatan tersebut sering membantu dalam mengatasi phobia sosial.

Kadang-kadang dalam pengobatan jangka pendek, diberikan juga obat sedative-hypnotic, misalnya Xanax dan Valium. Obat-obatan tersebut dapat mengatasi kecemasan tapi bisa menjadi kebiasaan dan menyebabkan mengantuk. Obat-obatan jenis itu bukan pilihan terbaik untuk jangka panjang.

Trypophobia sendiri sebenarnya masih diragukan apakah benar-benar nyata ada atau tidak. Bagi yang mengganggapnya sebagai phobia maka bisa melakukan berbagai terapi untuk mengatasinya. Rasa takut dan jijik saat melihat sesuatu sebenarnya merupakan hal yang wajar asalnya tidak diikuti oleh gejala-gejala serius seperti muntah dan sakit kepala.

fbWhatsappTwitterLinkedIn